085749607473 Jual Peci Kopiah Songkok Ke-Mahakuasaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
http://steinprent.blogspot.com/2016/02/085749607473-jual-peci-kopiah-songkok_11.html
AHAM BRAHMA ASMI
Aham brahma asmi dimaksudkan disini ialah dimana aku/ diri kita ialah brahman, atman dan brahman bersatu di dalam jiwa kita, menyerupai segelas air yang di masukkan ke dalam samudra, air tersebut akan menyatu dengan air yang ada di lautan/ samudra, pertikel-pertikel terkeceil itulah airnya; jiwa kita ialah percikan pertikel-pertikel terkecil yang dibentuk oleh atman, atman bersatu dengan brahman sehingga terbentuklah menjadi jiwa, sebelum lebih lanjut terlebih dahulu akan dipaparkan mengenai eksistensi dan keyakinan kita terhadap brahman itu sendiri
Agama Hindu mendidik umatnya untuk yakin akan adanya kemahaagungan Sang Hyang Widhi Wasa. Allah merupakan sumber segala yang ada di alam ini baik yang tampak faktual maupun yang absurd (sekala - niskala).
- Tuhan berada di mana- mana dan mengatasi segala keadaan, ada tanpa diadakan atau ada karena mengadakan dirinya sendiri (Wibhu Sakti),
- Maha Pencipta (Krya Sakti), dan maha mengetahui segala- galanya (Jnana Sakti).
- Brahman ialah Maha Esa, oleh karena itu agama Hindu ialah Monotheisme.
Dalam menguasai alam semesta Allah Yang Maha Esa dikenal dalam banyak sekali manifestasi sesuai fungsi dan kemahakuasaan- Nya dalam nama "Dewa" (Dewa berasal dari kata Sanskerta DIW- Sinar).
ekam sat wipra bahuda wadanti,
agnim yamam matariswanam
Tuhan itu hanya satu adanya, oleh para Resi disebutkan dengan banyak sekali nama seperti: AGNI, YAMA, MATARISWAN
ekam ewa adwityam brahman
Tuhan itu hanya satu tidak ada duanya.
narayanad na dwityo 'asti kascit.
Narayana tidak ada dua- Nya yang hamba hormati.
1. Percaya adanya Allah (Brahman/Hyang Widhi)
Sesungguhnya, setiap agama yang ada dan berkembang dimuka bumi ini, bertitik tolak kepada kepercayaan kepada Allah Yang Maha Kuasa. Banyak hal yang mendorong kita harus percaya terhadap adanya Allah itu dan berlaku secara alami. Adanya gejala atau kejadian dan keajaiban di dunia ini, menyebabkan kepercayaan itu semakin mantap. Semuanya itu pasti ada sebab- musababnya, dan muara yang terakhir ialah Allah Yang Maha Kuasa. Tuhanlah yang mengatur semuanya ini, Allah pula sebagai penyebab pertama segala yang ada.
Kendati kita tidak boleh cepat-cepat percaya kepada sesuatu, namun percaya itu penting dalam kehidupan ini. Banyak sekali aktivitas yang kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari hanyalah berdasarkan kepercayaan saja. Setiap hari kita menyaksikan matahari terbit dan tenggelam. Demikian pula adanya bulan dan bintang yang hadir di langit dengan teratur. Belum lagi oleh adanya banyak sekali mahluk hidup dan hal-hal lain yang dapat menimbulkan kita semakin tertegun menyaksikannya. Adanya pergantian siang menjadi malam, adanya kelahiran, usia tua, dan kematian, semuanya ini mengantarkan kita harus percaya kepada Tuhan, bahwa Tuhanlah yang merupakan sumber dari segala yang terjadi di alam semesta ini.
Karena agama itu ialah kepercayaan, maka dengan agama pula kita akan merasa mempunyai suatu pegangan kepercayaan yang menambatkan kita pada satu pegangan yang kokoh. Pegangan itu tiada lain ialah Tuhan, yang merupakan sumber dari semua yang ada dan yang terjadi. Kepada-Nya-lah kita memasrahkan diri, karena tidak ada kawasan lain dari pada-Nya kawasan kita kembali. Keimanan kepada Allah ini merupakan dasar kepercayaan agama Hindu. Inilah yang menjadi pokok-pokok keimanan agama Hindu.
Adapun pokok-pokok keimanan dalam agama Hindu dapat dibagi menjadi lima adegan yang disebut dengan Panca Sraddha, yaitu percaya adanya Allah (Brahman/Hyang Widhi), percaya adalanya Atman, percaya adanya Hukum Karma Phala, percaya adanya Punarbhawa (Reinkarnasi/Samsara) dan percaya adanya Moksa.
2. Percaya adanya Allah (Brahman/Hyang Widhi)
Percaya terhadap Tuhan, mempunyai pengertian yakin dan kepercayaan terhadap Allah itu sendiri. Yakin dan kepercayaan ini merupakan pengesahan atas dasar keyakinan bahwa tolong-menolong Allah itu ada, Maha Kuasa, Maha Esa dan Maha segala-galanya. Allah Yang Maha Kuasa, yang disebut juga Hyang Widhi (Brahman), ialah ia tuhan atas segala yang ada ini. Tidak ada apapun yang luput dari Kuasa-Nya. Ia sebagai pencipta, sebagai pemelihara dan Pelebur alam semesta dengan segala isinya. Allah ialah sumber dan awal serta final dan pertengahan dari segala yang ada. Didalam Weda (Bhagavad Gita), Allah (Hyang Widhi) bersabda mengenai hal ini, sebagai berikut:
Etadyonini bhutani
sarvani ty upadharaya
aham kristnasya jagatah
prabhavah pralayas tatha. (BG. VII.6)
sarvani ty upadharaya
aham kristnasya jagatah
prabhavah pralayas tatha. (BG. VII.6)
Artinya;
Ketahuilah, bahwa semua insani mempunyai sumber-sumber kelahiran disini, Aku ialah asal mula alam semesta ini demikian pula kiamat-kelaknya nanti.
Aham atma gudakesa
sarva bhutasaya sthitah
aham adis cha madhyam cha
bhutanam anta eva cha. (BG.X.20)
sarva bhutasaya sthitah
aham adis cha madhyam cha
bhutanam anta eva cha. (BG.X.20)
Artinya;
Aku ialah jiwa yang berdiam dalam hati segala insani, wahai Gudakesa. Aku ialah permulaan, pertengahan dan penghabisan dari mahluk semua.
Aku ialah jiwa yang berdiam dalam hati segala insani, wahai Gudakesa. Aku ialah permulaan, pertengahan dan penghabisan dari mahluk semua.
yach cha pi sarvabhutanam
bijam tad aham arjuna
na tad asti vina syan
maya bhutam characharam. (BG. X.39)
bijam tad aham arjuna
na tad asti vina syan
maya bhutam characharam. (BG. X.39)
Artinya:
Dan selanjutnya apapun, oh Arjuna, saya ialah benih dari segala mahluk, tidak ada sesuatupun bisa ada, bergerak atau tidak bergerak, tanpa aku.
Dan selanjutnya apapun, oh Arjuna, saya ialah benih dari segala mahluk, tidak ada sesuatupun bisa ada, bergerak atau tidak bergerak, tanpa aku.
Tuhan (Hyang Widhi), yang bersifat Maha Ada, juga berada disetiap mahluk hidup, didalam maupun doluar dunia (imanen dan transenden). Allah (Hyang Widhi) meresap disegala kawasan dan ada dimana-mana (Wyapi Wyapaka), serta tidak berubah dan kekal kekal (Nirwikara). Di dalam Upanisad (k.U. 1,2) disebutkan bahwa Hyang Widhi ialah "telinga dari semua telinga, pikiran dari segala pikiran, ucapan dari segala ucapan, nafas dari segala nafas dan mata dari segala mata", namun Hyang Widhi itu bersifat gaib (maha suksma) dan absurd tetapi ada. Di dalam Bhuana Kosa disebutkan sebagai berikut:
"Bhatara Ciwa sira wyapaka
sira suksma tan keneng angen-angen
kadiang ganing akasa tan kagrahita
dening manah muang indriya".
sira suksma tan keneng angen-angen
kadiang ganing akasa tan kagrahita
dening manah muang indriya".
Artinya:
Allah (Ciwa), Dia ada di mana-mana, Dia gaib, sukar dibayangkan, bagaikan angkasa (ether), beliau tak dapat ditangkap oleh nalar maupun panca indriya.
Allah (Ciwa), Dia ada di mana-mana, Dia gaib, sukar dibayangkan, bagaikan angkasa (ether), beliau tak dapat ditangkap oleh nalar maupun panca indriya.
Walaupun amat gaib, tetapi Allah hadir dimana-mana. Beliau bersifat wyapi-wyapaka, meresapi segalanya. Tiada suatu tempatpun yang Beliau tiada tempati. Beliau ada disini dan berada disana Allah memenuhi jagat raya ini.
"Sahasrasirsa purusah sahasraksah sahasrapat,
sa bhumim visato vrtva tyatistad dasangulam". (Rg Veda X.90.1)
Tuhan berkepala seribu, bermata seribu, berkaki seribu, Ia memenuhi bumi-bumi pada semua arah, mengatasi kesepuluh penjuru.
sa bhumim visato vrtva tyatistad dasangulam". (Rg Veda X.90.1)
Tuhan berkepala seribu, bermata seribu, berkaki seribu, Ia memenuhi bumi-bumi pada semua arah, mengatasi kesepuluh penjuru.
Seribu dalam mantra Rg Veda di atas berarti tak terhingga. Allah berkepala tak terhingga, bermata tak terhingga, bertangan tak terhingga. Semua kepala ialah kepa_Nya, semua mata ialah mata-Nya, semua tangan ialah tangan-Nya. Walaupun Allah tak dapat dilihat dengan mata biasa, tetapi Allah dapat dirasakan kehadirannya dengan rasa hati, bagaikan garam dalam air. Ia tidak tampak, namun jikalau dicicipi terasa adanya disana. Demikian pula menyerupai adanya api di dalam kayu, kehadirannya seperti tidak ada, tapi jikalau kayu ini digosok maka api akan muncul.
Eko devas sarva-bhutesu gudhas
sarva vyapi sarwa bhutantar-atma
karmadyajsas sarvabhutadhivasas
saksi ceta kevalo nirgunasca. (Svet. Up. VI.11)
Allah yang tunggal sembunyi pada semua mahluk, menyusupi segala, inti hidupnya semua mahluk, hakim semua perbuatan yang berada pada semua mahluk, saksi yang mengetahui, yang tunggal, bebas dari kualitas apapun.
sarva vyapi sarwa bhutantar-atma
karmadyajsas sarvabhutadhivasas
saksi ceta kevalo nirgunasca. (Svet. Up. VI.11)
Allah yang tunggal sembunyi pada semua mahluk, menyusupi segala, inti hidupnya semua mahluk, hakim semua perbuatan yang berada pada semua mahluk, saksi yang mengetahui, yang tunggal, bebas dari kualitas apapun.
Karena Allah berada di mana-mana, ia mengetahui segalanya. Tidak ada sesuatu apapun yang ia tidak ketahui. Tidak ada apapun yang dapat disembunyikan kepada-Nya. Allah ialah saksi agung akan segala yang ada dan terjadi. Karena demikian sifat Tuhan, maka orang tidak dapat lari kemanapun untuk menyembunyikan segala perbuatannya. Kemanapun berlari akan selalu berjumpa dengan Dia. Tidak ada kawasan sepi yang luput dari kehadiran-Nya.
Yas tisthati carati yasca vancanti
Yo nilayam carati yah pratamkam
dvatu samnisadya yanmantrayete
raja tad veda varunas trtiyah (A.W. IV.16.2)
Siapapun berdiri, berjalan atau bergerak dengan sembunyi-sembunyi, siapaun yang membaringkan diri atau bangun, apapun yang dua orang duduk bersama bisikan satu dengan yang lain, semuanya itu diketahui oleh Allah (Sang Raja Alam Semesta), ia ialah uyang ketiga hadir di sana.
Yo nilayam carati yah pratamkam
dvatu samnisadya yanmantrayete
raja tad veda varunas trtiyah (A.W. IV.16.2)
Siapapun berdiri, berjalan atau bergerak dengan sembunyi-sembunyi, siapaun yang membaringkan diri atau bangun, apapun yang dua orang duduk bersama bisikan satu dengan yang lain, semuanya itu diketahui oleh Allah (Sang Raja Alam Semesta), ia ialah uyang ketiga hadir di sana.
Kendatipun Allah itu selalu hadir dan meresap di segala tempat, tetapi sukar dapat dilihat oleh mata biasa. Indra kita hanya dapat menangkap apa yang dilihat, didengar, dikecap dan dirasakan. Kemampuannya terbatas, sedangkan Allah (Hyang Widhi) ialah Maha Sempurna dan tak terbatas.
Di dalam Weda disebutkan bahwa Allah (Hyang Widhi) tidak berbentuk (nirupam), tidak bertangan dan berkaki (nirkaram nirpadam), tidak berpancaindra (nirindryam), tetapi Allah (Hyang Widhi) dapat mengetahui segala yang ada pada mahluk. Lagi pula Hyang Widhi tidak pernah lahir dan tidak pernah tua, tidak pernah berkurang tidak juga bertambah, namun Beliau Maha Ada dan Maha Mengetahui segala yang ada di alam semesta ini. Allah berkuasa atas semua dan Tunggal atau Esa adanya.
Karena Allah tidak terjangkau oleh pikiran, maka orang membayangkan bermacam-macam sesuai dengan kemampuannya. Allah yang Tunggal (Esa) itu dipanggilnya dengan banyak nama sesuai dengan fungsinya. Ia dipanggil Brahma sebagai pencipta, Wisnu sebagai pemelihara dan Ciwa sebagai pelebur/pemralina. Banyak lagi panggilannya yang lain. Ia maha tahu, berada dimana-mana. Karena itu tak ada apapun yang dapat kita sembunyikan dihadapan-Nya. Orang-orang menyembah-Nya dengan bermacam-macam cara pada kawasan yang berbeda-beda. Kepada-Nyalah orang menyerahkan diri, mohon tunjangan dan petunjuk-Nya biar ia menemukan jalan jelas dalam mengarungi hidup ini.
Agama Hindu mendidik umatnya untuk yakin akan adanya kemaha Agungan Sang Hyang Widhi Wasa. Allah merupakan sumber segala yang ada di alam ini baik yang tampak faktual maupun yang absurd (sekala - niskala). Allah berada di mana- mana dan mengatasi segala keadaan, ada tanpa diadakan atau ada karena mengadakan dirinya sendiri (Wibhu Sakti), Maha Pencipta (Krya Sakti), dan maha mengetahui segala- galanya (Jnana Sakti). Brahman ialah Maha Esa, oleh karena itu agama Hindu ialah Monotheisme.
Dalam menguasai alam semesta Allah Yang Maha Esa dikenal dalam banyak sekali manifestasi sesuai fungsi dan kemahakuasaan- Nya dalam nama "Dewa" (Dewa berasal dari kata Sanskerta DIW- Sinar).
Reg Weda Mandala I Sukta 164, mantra 46:
ekam sat wipra bahuda wadanti,
agnim yamam matariswanam.
Artinya:
Tuhan itu hanya satu adanya, oleh para Resi disebutkan dengan banyak sekali nama seperti: AGNI, YAMA, MATARISWAN
Upanishad IV.2.1.
ekam ewa
adwityam brahman
Tuhan itu hanya satu tidak ada duanya.
Upanishad IV.2.1.
ekam ewa
adwityam brahman
Tuhan itu hanya satu tidak ada duanya.
Narayana Upanishad
narayanad na dwityo 'asti kascit.
Narayana tidak ada dua- Nya yang hamba hormati.
Banyak gelar lagi yang dipersembahkan oleh umat Hindu kepada Allah Yang Maha Esa sebagai:
Sang Hyang Parameswara (Raja Termulia), Parama Wisesa (Maha Kuasa), Jagad Karana (Pencipta Alam) dan lain- lainnya. Sebagai Pencipta Ia bergelar Brahma (Utpati), sebagai Pemelihara dan Pelindung (Sthiti) Ia disebut Wisnu dan dalam fungsi atau kekuasaan- Nya mengembalikan segala isi alam ini kepada sumber asalnya (pralina) Ia bergelar Siwa. Dalam ketiga gelar perwujudan inilah Ia disebut Tri Murti.
3. Sifat - Sifat Tuhan
Di dalam kitab Wrhaspatitattwa terdapat keterangan ihwal sifat- sifat Allah yang disebut Asta Sakti atau Astaiswarya yang artinya 8 sifat kemahakuasaan Tuhan.
Wrhaspatitattwa sloka 14:
- Hana Anima ngaranya
Kesaktian Allah yang disebut Anima, Anu" yang berarti "atom". Anima dari Astaiswarya, ialah sifat yang halus bagaikan kehalusan atom yang dimiliki oleh Sang Hyang Widhi Wasa.
- hana Laghima ngaranya
Kesaktian Allah yang disebut Laghima. Laghima berasal dari kata "Laghu" yang artinya ringan. Laghima berarti sifat- Nya yang amat ringan lebih ringan dari ether.
- hana Mahima ngaranya
Kesaktian Allah yang disebut Mahima, Mahima berasal dari kata "Maha" yang berarti Maha Besar, di sini berarti Sang Hyang Widhi Wasa meliputi semua tempat. Tidak ada kawasan yang kosong (hampa) bagi- Nya, semua ruang angkasa dipenuhi.
- hana Prapti ngaranya
Kesaktian Allah yang disebut Prapti, Prapti berasal dari "Prapta" yang artinya tercapai. Prapti segala kawasan tercapai oleh- Nya, ke mana Ia hendak pergi di sana Ia telah ada.
- hana Prakamya ngaranya
Kesaktian Allah yang disebut Prakamya, Prakamya berasal dari kata "Pra Kama" berarti segala kehendak- Nya selalu terlaksana atau terjadi
- hana Isitwa ngaranya
Kesaktian Allah yang disebut Isitwa, Isitwa berasal dari kata "Isa" yang berarti raja, Isitwa berarti merajai segala- galanya, dalam segala hal paling utama.
- hana Wasitwa ngaranya
Kesaktian Allah yang disebut Wasitwa, Wasitwa berasal dari kata "Wasa" yang berarti menguasai dan mengatasi. Wasitwa artinya paling berkuasa. Yatrakamawasayitwa berarti tidak ada yang dapat menentang kehendak dan kodrat- Nya
- hana Yatrakamawasayitwa ngaranya
Kesaktian Allah yang disebut Yatrakamawasayitwa, Yatrakamawasayitwa berarti tidak ada yang dapat menentang kehendak dan kodrat- Nya.
Kedelapan sifat keagungan Sang Hyang Widhi Wasa ini, disimbulkan dengan singgasana teratai (padmasana) yang berdaun bunga delapan helai (astadala). Singgasana teratai ialah lambang kemahakuasaan- Nya dan daun bunga teratai sejumlah delapan helai itu ialah lambang delapan sifat agung/ kemahakuasaan (Astaiswarya) yang menguasai dan mengatur alam semesta dan makhluk semua.
Dari pemaparan di atas dapat kita tarik bayangan sebagai dasar fatwa kita mengenai Aham Brahman Asmi yaitu saya ialah Brahman/ Tuhan. Karena Allah itu ada dimana-mana termasuk juga diri kita, karena diri/ jiwa kita ialah pertikel terkecil dari brahman itu sendiri. Kita percaya terhadap apa yang ada dan apa yang akan ada semua ialah kehendak dari Tuhan, jadi pada intinya Allah itu ada dalam setiap jiwa insani manusia.