Loading...

085749607473 Jual Peci Kopiah Songkok ISLAM KTP vs KEIMANAN


DIMANAKAH posisi keimanan dalam proses spiritualitas beragama kita?
Lebih lugas lagi, apakah “keimanan” itu menjadi penanda seorang muslim sudah mencapai tingkat tertinggi dalam spiritual Islam? Dan kemudian dijamin masuk surga?

Ketika Anda ingin memahami Islam secara strategis, maka pemahaman akan fase-fase spiritual semacam ini menjadi penting. Dengan memahami ini, kita mampu memperoleh roadmap - peta jalan - menuju puncak spiritual yang diajarkan Islam. Sebaliknya, orang yang tidak memahaminya akan kehilangan arah, kemana seharusnya ia melangkah dalam proses beragamanya. Dan kemudian terjebak ke dalam ritual dan seremonial belaka.

Dari sekian banyak ayat yang menginformasikan hal ini, aku menemukan ada empat tingkatan proses spiritual dalam Islam. Yang pertama yaitu “Islam KTP”. Inilah fase paling awal dari proses spiritual seseorang dalam menjalani kedalaman anutan Islam. Bisa juga disebut sebagai “Islam administratif”.

Seseorang telah mampu disebut sebagai seorang muslim, saat ia sudah membaca dua kalimat syahadat. Yang di abad modern ini, khususnya di Indonesia, lantas dicatat secara administratif dan dicantumkan di KTP sebagai orang yang beragama Islam. Orang yang demikian ini gres Islam secara formalitas. Keimanan belum masuk ke dalam jiwanya. Persis apa yang diceritakan dalam ayat berikut ini.

Qs. Al-Hujurat (49) : 14
Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman”. Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi katakanlah 'kami telah tunduk (islam)', alasannya yaitu keimanan itu belum masuk ke dalam hatimu. Namun kalau kau taat kepada Tuhan dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun pahala amalanmu; bahu-membahu Tuhan Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Keimanan yaitu keyakinan yang dibangun atas kepahaman, dan kemudian menghasilkan komitmen. Pada orang Badui itu, ia sudah berkomitmen lewat syahadatnya. Namun, bahu-membahu ia belum paham terhadap anutan Islam ini. Sehingga komitmennya masih sangat rapuh. Dan gampang goyah. Keimanan yaitu akad yang tidak tergoyahkan dikarenakan sudah memahami masalahnya.

Ketika keislaman dipraktekkan ke dalam ibadah sehari-harinya, akan kelihatan dan terasa perbedaan antara seseorang yang “berislam administratif” dengan yang sudah “berislam alasannya yaitu iman”. Keislaman yang administratif akan menghasilkan ibadah yang bersifat administratif pula, sedangkan yang alasannya yaitu iman akan meresap ke dalam jiwanya.

Sholatnya orang yang Islam KTP cenderung administratif. Yakni, sekedar sudah “tercatat oleh malaikat” dan orang-orang di sekitarnya bahwa ia sudah menjalani sholat –amilush sholah-. Bukan menegakkan shalat -aqimush sholah- dimana ia menjiwainya hingga meresap ke dalam jiwa.

Demikian pula puasanya yaitu puasa administratif. Yakni puasa yang sekedar tidak makan dan minum atau yang membatalkannya, mulai dari fajar hingga maghrib. Tapi tidak mempuasakan jiwanya untuk memproses keimanannya agar naik kelas menjadi bertakwa.

Termasuk pula, ibadah-ibadah lainnya menyerupai dzikir, zakat-sedekah, umroh-haji, dan lain sebagainya pun hanya bersifat administratif. Menggugurkan kewajiban belaka. Tak ada penghayatan yang menggetarkan jiwa dalam proses keberagamaannya.

Maka, inilah pentingnya “ngaji teori” sebelum kita ngaji praktek di dalam kehidupan nyata. Meskipun nilai beragama kita berada di tataran praktek, tetapi kalau tidak paham teorinya kita bakal “kesasar” alias tersesat. Setidak-tidaknya, prakteknya hanya akan berkualitas permukaan yang bersifat administratif belaka.

Bagaimana menurut Anda?


Sumber : http://agusmustofa.com/?page=ngaji&id=20
            Diposkan oleh 10.52
lainnya 873001067441871558

Posting Komentar

emo-but-icon

Beranda item

Popular Posts