Loading...

085749607473 Jual Peci Kopiah Songkok Metafisika Puasa & Ilmu Kedokteran Modern




1.MENCIPTAKAN DAYA NALAR
Pada galibnya puasa sebagai penapis dan penyaring, yang selanjutnya menentukan kadar ketakwaan seseorang. la membentuk watak yang kukuh-tegar dalam segala keadaan dan waktu, tak mudah terpedaya oleh terpaan dan godaan, lantaran doktrin yang mapan menghujam di relung hati, bahkan yang hebat lagi, puasa dapat membersihkan ruhani dan kecerdikan pikir dari segala muskil kesulitan, dan bisa mengentas derajat kemanusiaan.

Manusia hidup bergantung dari udara, makanan, tanah dan alam jagat raya sekitamya. Faktor tersebut menunjukkan pengaruh berpengaruh bagi hidup dan kehidupannya menuju obyek yang material. Ini bisa diraup dengan ilmu pengetahuan. Sedang ilmu itu sendiri tak bakal dimiliki, tanpa melalui kecerdasan otak dan kecakapan kecerdikan pikir. Fungsi otak sebagai pusat syaraf, merupakan jaringan butir sel yang sangat halus, rumit dan asketis. Setiap kemajuan yang diperoleh yaitu melalui penalaran daypikir serta penelaahan pikiran yang kritis.

Karenanya, bagi para pemimpin sekecil apapun sebagai khalifah di bumi, perlu mencermati dan meneliti gerak-gerik daya otaknya, semoga setiap langkah dan tindakannya dituntut pikiran yang sehat dan jernih.

Lantaran otak menjadi pusat urat syaraf Graoto Hersen. Urat syaraf tersusun dari kumpulan sel sel yang berbilliun jumlahnya. Fungsi syaraf menjadi perantara yang mendapatkan kesan-kesan perangsang yang datang dari luar tubuh, eksklusif disampalkan kepada otak. Ilinu Psikologi dan Anatomi menyebutkan bahwa otak besar itulah yang mengatur dan mengendalikan langkah dan perbuatan nianusia. Sebab setiap sesuatu yang terjadi di luar tubuh, mustahil dapat diketahui dan disadari sebelum peristiwa itu disampalkan oleh urat syaraf kepada otak besar. Banyak pakar mengemukakan, puasa dapat mengobati banyak sekali penyakit mirip diabetes, maag, gangguan usus, gangguan pencernaan, sakit jantung, kegemukan, paru-paru, lemah tubuh atau tekanan darah tinggi. Tapi banyak pula orang beranggapan bahwa puasa penyebab menurunnya prestasi kerja berkurangnya konsentrasi dan melemahnya tenaga.

Padahal kita meyakini, justru berpuasa salah satu cara menuju sehat. WHO Expert Committee mengartikan sehat ialah terdapat keseimbangan yang optimal, baik fisik, psikis maupun sosial. Makara tidak hanya sekedar bebas dari penyakit lahiriyah, kelemahan dan cacat. Tetapi sehat yaitu keseimbangan dan keserasian jasmani dan rohani, duniawi dan ukhrawi antara fisik dan psikis. Keseimbangan merupakan prinsip dasar Islami. Agama Islam yaitu agama yang sederhana, mudah, kompleks dan universal. Ia menunjukkan tuntunan kepada ummatnya untuk hidup sederhana tapi bersahaja.

Dalam al Alquran termaktub prinisip ini dalam ungkapan:

"Makan dan minumlah, tapi jangan melampaui batas, karena Yang Mahakuasa tidak menyukai orang yang melampaui batas. (Q.S. al A'raf. 31)

Jika insan kelewat tebal jasadnya, maka kekuatan ruhaninya akan melemah atau sifat kehewanannya mengalahkan sifat ruhaniahnya..

"Makanlah ketika lapar dan berhentilah sebelum kenyang"
"Kejarlah duniamu, seolah kau hidup terus dan kejarlah akhiratmu seakan-akan kau akan mati esok hari"

Jadi prinsip keseimbangan ini dapat dilakukan dengan latihan, kebiasaan sehari-hari. Kiranya puasa di bulan Ramadan, yaitu tepat untuk pemusatan latihan semoga jiwa mempunyai disliplin yang kuat, mental terbina mapan dan ruhani yang murni. Sewaktu perut kenyang, banyak darah tersalur untuk melaksanakan proses pencernaan, dan selagi puasa, ketika perut kosong, volume darah ke adegan pencernaan dapat dikurangi dan dapat dipakai untuk keperluam lain, terutama untuk melayani otak.

Zat makanan yang telah tersaring bersih (dari usus panjang) lalu oleh jantung disalur-sebarkan ke seluruh tubuh dan disaat itulah sel-sel mendapatkan makanan.

Itulah sebabnya, meski insan memerlukan makanan harus diubahsuaikan dengan kemampuan tubuhnya, gizi yang memadai, sehingga kerja sel tersebut berjalan lancar, demikian juga kemampuan otak selaras.

Namun, apabila perut insan selalu dipenuhi makanan berlebih, maka sel-sel tadi akan kebanjiran zat makan, berakibat urat syaraf menjadi lemah, kerja otak terhambat dan mundur. Sebaliknya bila kita menunjukkan waktu sesaat bagi perut dan lambung untuk membersihkan bermacam-macam kotoran yang setahun penuh bermukim di dalamnya, maka kerja otak kita bertambah giat dan cepat sehingga menimbulkan daya yang sanggup memecahkan banyak sekali problem tanpa rasa letih.

Cara berpikir yang energik ini menghasilkan buah banyak sekali disiplin ilmu pengetahuan. Dengan berpuasa, kita dapat mengurangi atau bahkan dapat menghilangkan kemungkinan masuknya kuman-kuman kedalam lambung. Para hebat di bidang kedokteran mengakui bahwa perut sumber-sumber asal timbulnya penyakit:

"Perut yaitu sumber penyakit dan pemeliharaanya merupakan obat yang paling utama "

Orang yang terlalu kenyang, mudah diserang rasa kantuk, malas, letih dan konsentrasi, kemampuan pikir menjadi kurang. Karena itu Rasulullah saw menunjukkan peringatan kepada umatnya. "Ilmu dan kecerdikan tidak mungkin ada bersama lambung yang penuh dengan makanan". Nabi Muhammad juga bersabda "Perut semisal kolam air dalam tubuh manusia, dan pembuluh dari pergi kesana untuk diisi" Kalau perut itu sehat, maka kesehatan yang dibawa kembali oleh pembuluh-pembuluh itu. Tapi sebaliknya kalau perut itu sakit, penyakitlah yang dibawanya".

Otak yaitu titik sentral di dalam organ tubuh insan untuk berfikir, berguru dan bekerja. Ini berartl bahwa selama lambung kosong, sewaktu berhenti sejenak dari kerja keras selama setahun, cara berpikir kita lebih cemerlang.
Jadikan puasa kita yang lengkap, fisik, psikis, dan kejiwaan. Melatih ketenangan bain, menumbuhkan kecerdikan pikiran yang sehat, mengendurkan ketegangan, stress, mensirnakan iri, dengki, hasud dan cela lainnya.

2.NALAR PIKIR KE ALAM ILAHIYAT
Tak pelak lagi kemashuran para ulama atau para pengarang yang melahirkan karya karya bermutu justeru pada bulan Ramadhan. Juga tokoh politik yang berpuasa dalam tahanan, acapkali membuahkan goresan pena tulisan yang berharga.
Dengan berpuasa, bersama-sama tak bakal melemahkan fisik seseorang atau menyebabkan kekurangan gizi. Sebab tubuh insan hasil cipta Yang Mahakuasa teknologi maju yang tak tertanding. Tubuh kita bisa bertahan beberapa hari tanpa makan dan minum, alasannya hidrat arang, lemak atau protein merupakan persediaan yang cukup lama.

Ini berarti tepatlah apabila dikatakan bahwa puasa itu menghidupkan pikiran dan penglihatan mata hati.

"Apabila perutmu penuh sesak dengan makanan, tidurlah pikiranmu, luluhlah pesan tersirat dan berhentilah anggotamu dari beribadah kepada Yang Mahakuasa Rabbul `alamin dan hilanglah kebersihan hati, dan bersama-sama kehalusan pengertian yang dengan keduanyalah diperoleh kelezatan dan berkasnya dzikir pada jiwa."

Memang sesuatu yang dihasilkan kecerdasan otak, secara empirik belumlah dikatakan yang benar atau murni, sebelum dilengkapi keberhasilan ruhani atau budi pekerti. Kecakapan otak hanya sebatas obyek yang positif yang bisa diraba dan disaksikan oleh pancaindera lahir yang riil, korporil, logis dan positif. Hasil penalaran pancaindera lahiriah semata mata akin menimbulkan bermacam?macam aliran serba benda, semisal rasionalisrne, pragmatisme, positivisme, materialisme dan sebagainya. Bahkan masih juga berlanjut penyelidikannya mengenai ke Esaan Tuhan hanya berdasar pada olah pikir lahiriah semata, menumbuhkan kepercayaan adanya Tuhan yang berbentuk, berupa, berukuran atau berwujud. Bahkan bila pengamatannya itu tiada menemukan Tuhan, niscaya ia ikan mengatakan Tuhan itu tak ada (Atheis).

Sementara beranggapan, hasil pemikiran yang didasarkan hanya pada kecerdikan saja, logika dan bukti pastilah tidak akan bebas dari pengaruh nafsu. Dalam buku "der Mensh Gezund und Krank" (hal. 170) Dr. Fritz Khant menyebutkan, "dis Stanganhen sind der sits der instinkte" artinya pangkal otak itu pusatnya nafsu. Sedangkan fungsi nafsu umumnya saling bergetar dengan setan yang menjelmakan tindakan jahat dan buruk.

Dalam al-Qur'an surah Yusuf ayat 55 berbunyi:

"sesungguhnya nafsu (kerjanya) menyuruh kepada kejahatan. "

Jadi, manakala cara berpikir cuma didasarkan atas kecakapan tubuh lahir tanpa memperoleh daya dukung otak batin yang transenden, maka akan mewujudkan hasil yang serba "salah".

Sebab hakikatnya ia akan mengingkari peristiwa yang tidak dapat ditimbang, diukur, yang tak bisa disaksikan oleh pancaindera, meski bukti buktinya selalu berkembang. Dan kalau dikaji lebih dalam lagi, pastilah gerakan pikirannya bertumpu pada pengaruh keinginan mementingkan diri sendiri, angkara murka, tamak serakah, bahkan nafsu kanibalisme dan semacamnya. Akibatnva, ia tak bakal memiliki cita cita kiprah membangun bagi kesejahteraan umat, tapi kiat hidupnya hanya untuk kepentingan sendiri, mencari keuntungan sebanyak mungkin bagi gelimang kemewahannya. Umat atau bangsa yang demikian akan mudah sekali diperalat atau diperbudak bangsa lain yang memiliki kecerdasan olah pikir yang lebih memadai. Sisi lain yang unggul tentu mereka bisa menggunakan akalnya ditopang kebersihan ruhaninya atau budi pekerti. Budi bermakna kecakapan ruhaniyah dan pekerti ialah hasil kecerdasan otak (jasmani ragawi).

Tapak tapak perjalanan latihan spiritual dengan semangat jihad hanya keridhaan Yang Mahakuasa Azza Wajalla, akan diperolah hasil kecerdasan otak dan kecakapan kecerdikan pikir, membuahkan wujud kebenaran hakiki, lantaran kebersihan rohaninya dipanjatkan ke alam ilahiyat. Setiap sesuatu yang dibenarkan oleh kecerdikan belum tentu dibenarkan Rabbi dan setiap sesuatu yang disalahkan oleh kecerdikan belum tentu pula salah dalam pandangan Al Khaliq. Karena itu pula, titik tumpu kita, segala kejadian fenomena alam pastilah dikendalikan oleh sunnatullah. Surat Al Jatsiyah ayat 13 berbunyi:

"Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripadaNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar benar terdapat tanda tanda kekuasaan (Allah) bagi kaum yang berpikir. "

Jelasnya, ayat ini menyatakan bahwa seluruh jagat raya dan isinya akan ditundukkan Al Khaliq bagi umat insan dengan sains yang diterapkan, dengan teknologi, yang akan diberikan kepada mereka yang mau melibatkan akalnya dan menggunakan kecerdikan pikirnya.

Latihan spiritual yang maha akbar di bulan Ramadhan, cara terbaik mengutamakan kemapanan ibadat, berlomba dalam kebajikan dan berjuang melawan hawa nafsu. Akan terasa mumpuni, mengangkat harkat dari martabat, derajat insani, dua sisi yang diraupnya, kecerdikan dan budi, menjernihkan pandangan jiwa ruhani.

3.PUASA TAK PUAS PUASNYA MEREGUK ILMU
Tentang daya kerja sel sel dengan segala balasannya yang diderita, dalam alam kehidupan manusia, lantaran perutnya (lambung) senantiasa dipenuhi makanan yang tak selaras dengan kemampuan ragawi. Dan sebaliknya, perut atau lambung yang tak selamanya dipenuhi makanan, maka sel sel dalam tubuh tak bakal menjadi lembab, bahkan terasa panas (suhu yang sehat) yang memacu kerja urat syaraf bertambah giat dan cepat yang menimbulkan daya tarik yang berpengaruh pula. Sel sel yang menjadi panas akan menimbulkan pergeseran yang menumbuhkan daya tolak tarik "magnetische kracht" mempunyai aliran yang dinamakan tenaga listrik" yang berasal dari benda mati (materi) bisa dimanfaatkan di bidang teknik, sanggup menggerakkan atau mengangkat benda dan sebagainya. Semisal sebuah semprong lampu kalau digosok dengan secarik kain sutra atau woll maka ia mempunyai daya tarik (magnetik)

Daya tarik yang ditimbulkan sel sel tersebut, bukan mirip tenaga listrik teknik yang bisa kita lihat dengan pancaindera, melainkan tenaga listrik halus yang diterima oleh otak berupa sinar dan eksklusif dialirkan kearah budhi "Budhis lichaam". Sinar inilah yang dinamakan sinar bathin "Unvending licht atau Hat subjective licht".

Hakiki urat syaraf otak yang mengandung daya tarik listrik tadi akan menjelmakan daya kecerdikan pikir yang memiliki kemampuan menangkap sesuatu yang ada di luar jangkauan akalnya dan lebih meyakinkan lagi bisa membuka tirai yang menutupi sesuatu problem atau peristiwa yang pada galibnya dipandang sulit dan pelik.

Kiranya insan yang memiliki kadar cara berpikir berkualitas inilah yang sanggup menghadapi segala kendala dan memecahkan setiap problem tanpa merasa letih kecerdikan otaknya, dan cenderung rasa cintanya terhadap segala macam ilmu pengetahuan. Seperti tak puas puasnya mereguk ilmu. Seperti ungkapan Rasul "Carilah ilmu mulai dari buaian hingga keliang lahat "

Nilai nilai pikiran yang demikian inilah yang bisa dimiliki oleh mereka yang lambungnya tidak selalu dipenuhi makanan atau dengan kata lain mereka yang menunaikan puasa yang dituntut oleh syara. Pada umumnya melahirkan para ulama, kyai ataupun cendekiawan muslim yang mumpuni serta tokoh tokoh bibit unggul yang dibanggakan.

Inilah bukti yang dipraktekkan Rasulullah saw, mendidik umatnya dengan berpuasa, mensucikan jiwa, menatap renung keheningan hati, satu satunya menelusuri jati diri, meski berawal dari bangsa Arab yang kala itu dikenal dalam sejarah sebagai bangsa "Jahiliyah" yang hidupnya hanya untuk hawa nafsu, yang oleh bangsa Persia dan Romawi Kuno dianggap suatu bangsa yang paling rendah derajatnya, bahkan lebih rendah dari "kambing dan onta".

Maka berkat latihan dan pendidikan puasa yang diinjeksikan Rasulullah saw, dengan sekejap berbalik menjadi bangsa yang bermoral, memanjat ke alam kebesarannya, berubah menjadi bangsa yang berpengaruh jasmani dan rohaninya, memiliki kemampuan menciptakan dasar ilmu pengetahuan. Mereka tidak lagi tercela dengan sebutan kambing dan onta, namun berbalik menjadi bangsa yang berkuasa, malah negeri Persia dan Romawi yang semula menghina mereka, jatuh di bawah kekuasaannya.

Dengan tampuk kekuasaan yang diraihnya, sanggup pula menunjukkan pimpinan, pendidikan, pengajaran nilai tamaddun yang sangat bermanfaat bagi bangsa lain, yang hingga kini mengagumkan para pakar sejarah dunia. Dalam buku "The Spirit of Islam" menyebutkan, (Under the inspiring influences of the great Prophet who give them acot and nationality started from soldiers into scholars." Dengan pengaruh pendidikan dari Nabi Muhammad saw yang menghidupkan suatu sistem kenasionalan mendirikan tentara, sehingga menjadi umat terpelajar dan intelek).

Mereka menyadari bahwa dengan berpuasa dapat menentukan kelebihan derajat insan dari pada hewan, yakni otak dan budinya. Tapi ada insan yang bersifat mirip binatang, yang tujuannya hanya "doyan mangan" (makan melulu) dan memuaskan hawa nafsunya belaka, maka tak mungkin mereka mencapai kemajuan, utamanya dibidang mental spiritual.

Sejarah bangsa bangsa, sebagaimana bangsa Babilonia, Macedonia dan bangsa lain yang bisa meraup kemajuan, lantaran mereka banyak mengurangi makan dan minum, meski dengan gizi yang seimbang. Mahatma Ghandi dengan puasanya menjadi senjata ampuh untuk mengusir penjajah.

Kemajuan suatu bangsa yang hanya didasarkan atas ilmu pengetahuan dan teknologi semata, tetapi menyangkal bahwa pendidikan ruhani (budhi) yaitu bisa menjurus ke arah kebenaran hakiki dan kejujuran, maka rasa cinta terhadap sesama ataupun kepada makhluk di luar insan dianggapnya tidak menguntungkan, keadilan hanya terdapat pada golongan yang lebih berpengaruh dan berkuasa, penghargaan dan penghormatan hanya terdapat pada insan yang bergelar, setumpuk harta kekayaan, kedudukan dan yang menyandang pangkat melulu.

Dari situ pulalah tercermin kemuliaan dan kebanggaan yang nisbi hanya ditujukan kepada yang berwenang, alasannya dianggapnya paling terhormat, walau cara berpikirnya hanya dituntut oleh rumus rumus kaku yang diperoleh dari kecerdikan dan kecakapan alat pancaindera lahir yang memuja obyek kebendaan atau kesenangan lahiriah, sedang budi dipandang kurang sesuai dengan intelektualnya, bahkan tidak selaras dengan tuntunan rumus patokan dari bayangan tiga dimensi atau tidak pas dengan logika ilmu bukti.

Paham yang bertalian dengan ilmu pengalaman di luar alam benda "metafisika" intuisi, inspirasi ataupun ragam transenden yang tak bertepi, dianggapnya hanya suatu "impian yang mustahil". Bahkan dikatakan sebagai tahayul, nonsen atau sulapan, tidak terangkum oleh akal. Yang dipercayanya hanya buah pikiran otak "verstand" dan harus bebas leluasa, sedangkan mahkluk mahluk hidup yang bertebaran di jagat raya disangkalnya.

Buat menghindari sistem berpikir yang demikian ini, sepatutnyalah disadari bahwa dalam setiap diri pribadi manusia, sebagaimana diuraikan terdahulu, memiliki otak batin dan otak lahir "sensus interior dan sensus exterior'' Dalam buku "uber deas Wewen and den Ursprung des mensechen (hal.30) oleh Shoeseki Kaneko menyebutkan, "Die Volvermontft bersthtaus zweizeinten, Namlich erzens aus den auf die obyekte welt bersogenen Kentnissen". Budhi mempunyai dua fungsi, yang pertama, mendapatkan daya daya pikiran yang mengandung unsur ilmu pengetahuan lahir dan yang kedua, ialah ilmu pengetahuan mutlak dasar hakikat kehidupan.

4.AKU LAHIR DAN AKU BATIN
Puasa sebagai institusi disiplin spiritual moral dan fisik yang menerawang ke alam ilahiyat, yaitu tujuan mulia mencapai tingkatan spiritual insan yang paling tinggi. Kesempuranaan perjalanan ruhani puasa di bulan Ramadhan, yaitu lebih mendekatkan diri kepada Yang Mahakuasa SWT sebagai ditekankan dalam hadits:

"Barang siapa yang berpuasa dalam bulan bulan rahmat dengan percaya kepada Ku dan mencari keridhaan Ku ...

Kiranya ibadah puasa yang paling intens cenderung menumbuhkan kesadaran akrab kepada Tuhan dan hadirnya Allah. Dimana mana Yang Mahakuasa senantiasa melihat hamba-hambaNya dalam segala tingkah laku pokal. Inilah yang menjadi rujukan disiplin spiritual yang tinggi, kebangkitan jati diri dalam kehidupan spiritual pula.

Karena tubuh jasmani yang dimiliki otak dinamakan otak lahir, maka tubuh ruhani pun mempunyai otak batin. Ragawi disebut "badan kasar" dan tubuh ruhani dinamakan "badan halus". Untuk mengetahui susunan dan adegan penggalan kasar, dibutuhkan contoh pendalaman ilmu Parasit, Anatomi, Biologi. Dengan perantara ilmu tersebut, akan diketahui gerak-gerik saya lahir dan saya batin, " sehingga disadari bahw di dalam pusat tubuh halus terdapat adegan yang terpenting yang disebut otak batin atau Budi sebagaimana sabda Rasulullah SAW

"Dalam tuhuh insan ada segumpal daging, kalau daging itu baik niscaya balk pula seluruh tubuh dan kalau ia jelek, maka jelek jua seluruh tubuh. Segumpal daging itu yaitu Kalbu".

Yang dimaksud kalbu dalarn hadis ini yaitu jantung lahir yang terletak di tubuh "kasar" yang harus dialirkan ke jantung ruhani tubuh "budi". Fungsi jantung jasmani memompakan darah keseluruh tubuh. Sedangkan fungsi jantung ruhani memompakan bion bion ke segenap penjuru tubuh rohani (badan halus).

Jantung lahir mempunyai otak, menverap obyek ke arah yang rill coorporil (nyata) berbentuk materi yang logis diraba pancaindera. Jika otak lahir mendapatkan daya daya memancarkan sinar-sinar abstrak, yang kemudian diserap otak lahir, sehingga otak lahir akan diliputi daya daya (sinar) dari otak batin yang tidak selaras dengan getaran getarannya.

Proses peresapan sinar yang diperoleh otak bathin inilah yang dinamakan "ilham" atau intuisi yang dibuahkan mereka yang berbudi dengan bias dan watak yang sempurna. Hal ini sesuai pula yang disebutkan dalam hadits perihal esensi puasa yaitu nilai spiritual dan moral.

"Barangsiapa yang tidak meninggalkan dusta dan perbuatan yang palsu, Yang Mahakuasa tidak memerlukan usahanya meninggalkan makan dan minumnya."

Agaknya hal ini pula merupakan perintah agama. Semisal orang yang melaksanakan shalat dan tidak memperhatikan arti hakiki dan tujuan shalat itu, maka ia akan terkutuk. Dalam memahami aspek pedoman Islam oleh Prof. Mukti Ali, juga dikemukakan segi etis dari puasa.

Dalam sebuah hadits dijelaskan sebagai berikut:

"Puasa yaitu suatu tameng muka, orang yang berpuasa hendaknya jangan bicara kotor, atau melaksanakan pekerjaan yang jelek, atau apabila ada orang yang menyakiti atau bertengkar dengannya atau pun memakinya, hendaknya ia berkata: saya sedang berpuasa".

Dalam pandangan Allah, sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas, puasa akan kehilangan nilai, bukan hanya Iantaran orang makan dan minum, tetapi karena ia dusta, berkata kata kotor, menggunjing, melaksanakan perbuatan yang tidak baik dan tingkah laku yang tidak baik yang menimbulkan dosa.

Maka jelaslah jikalau jantung Iahir mendapatkan sinar dari jantung bathin (budi) akan oke semua tubuh karena dihiasi kesempurnaan dan keluhuran budpekerti yang mulia. Itu pulalah yang dimaksud dengan Hadits Nabi yang mengajak insan semoga berbudi luhur dan terpuji, sehingga bisa mendapatkan intuisi dari Yang Mahakuasa Rabbul 'alamin. Sebab insan yang berbudi bisa menangkap petunjuk Ilahi.

Intuisi yaitu pikiran yang bersih yang diperoleh dari olah pikir yang ditingkatkan oleh alam Tuhan yang menjadikan insan yang infra dan supra intelektual dan berabstraksi.

"Bertafakur hanya dapat dilakukan kalau kondisi lambung (perut) dalam kondisi kosong, yakni dalam menunaikan ibadah puasa yang sebaik baiknya tak ubahnya mirip yang disebutkan dalam hadits. Puasa diibaratkan sebagai pengampunan terhadap dosa.

Orang yang berpuasa beriman kepada Yang Mahakuasa dan berusaha untuk memperoleh keridhaanNya dan mernpunyai maksud yang ikhlas. Rasanya hati ini benar benar suci, bersih dari dosa, melambung menuju alam malakut atau ke alam Tuhan.

Kenyataan ini merupakan tanggung jawab terhadap mereka yang menganggap puasa itu hanya mendidik insan menahan lapar dan kelemahan jasmani. Anggapan itu tinlbul dari mereka yang hidupnya hanya mengutamakan "makan dan minum" saja.

Tentu hal ini akan terasa naif, bila sekali tempo tidak mendapatkan makanan, lalu untuk mengisi perutnya akan merampas makanan apa saja tanpa peduli pemiliknya. Bahkan hewan yang lebih kecil dan lemah menjadl mangsa tanpa belas kasih, yang penting perutnya bisa kenyang.

Justru karena itu, insan yang punya daya pikir dan perasaan ini, hendaknya bisa dan menjaga serta memelihara dengan sebaik baiknya. Agama memberi tuntunan untuk membatasi hawa nafsu semoga tidak bersifat atau bertabiat mirip binatang, sebagaimana Flrman Yang Mahakuasa SWT:

"Hendaknya kau makan dan minum dan jangan melebihi batas, sesungguhnya Yang Mahakuasa tidak menyukai mereka yang melebihi batas" (Al- ?Araf: 31)

Seruan makan dan minum ini tentunya dari miliknya sendiri yang diperoleh secara halal. Ada suatu ungkapan "Kullu Wasyrabu" yang bermakna ia mennggunakan bukan miliknya sendiri milik rakyat atau milik negara. Tingkah laku semacam ini terperinci serakah atau sifat "lawwahmah", egoisentris, bahkan dia nekat melaksanakan segala cara untuk mencapai tujuannya sendiri. Na'udzubillahi min dzalik.

5.DARI EGOIS MENJADI IKHLAS
Dalam suatu perjalanan yang lebih nyata, penyakit egosentris, acapkali menggunakan golongan lain sebagai alat mensugesti atau menguasai sesuatu yang merupakan obyek. Seperti halnya kaum buruh dan tani yang dijadikan alat semoga menimbulkan pertentangan antara buruh dari majikan, yang menimbulkan penutupan perusahaan atau perkebunan, yang berbuntut pada pemutusan hubungan kerja dan terjadilah masalah pengangguran, yang berarti pula menambah kemelaratan dari penderitaan. Kegiatan nafsu yang demikian, sering dianut oleh faham kolonialis dan imperialis yang tak jarang oleh kecerdasan otak lahir tanpa didukung otak batin, maka dunia tak akan lolos dari segala ancaman kesesatan, pertentangan dan kekacauan.

Firman Yang Mahakuasa SWT dalam surat Al-Hajj 46

"Apakah mereka tidak menjelajah di bumi, padahal mereka mempunyai mata hati (otak batin) atau indera pendengaran (alat pendengar batin) yang bisa mendengarkan, maka sesungguhnya tidaklah buta alat pancaindera lahirnya akan tetapi buta pancaindera batinnya. "

Ayat ini menyinggung mereka yang tidak memperdulikan tubuh halusnya yang mempunyai pancaindera batin, tanpa dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Otak batin akan melebihi kecakapan dengan daya daya tembus luar biasa. Sehingga bisa ditingkatkan ke alam yang ajaib yang memancarkan daya dayanya menuju ke alam 'Tuhan - alam wahdaniyah'.

Otak batin hanya dapat dipancarkan daya tembusnya dengan jalan tafakkur "creatifermegen", meditasi dan perenungan yang hakiki. Meditasi yang demikian ini dapat dilakukan dengan teratur dan tertib, latihan yang sungguh-sungguh, apabila seluruh alat pencernaan dapat beristirahat dengan sebaik baiknya manakala melaksanakan puasa di siang hari.

Dengan menunaikan ibadah puasa, maka daya pikir akan mendapatkan pancaran daya yang dialirkan oleh "budhi", sehingga terjadilah perpaduan yang harnionis antara daya otak lahir akan luluh sifatnya yang semula menjadi sentral nafsu nafsu, menjadi pikiran yang bersih dan murni yang disebut "religius instink" atau mutmainnah.

Menurut hukum kekekalan daya "Behound wet der energie", tidak ada daya yang hllang lenyap tanpa berubah menjadi daya lain. Semisal, elektron yang kehilangan sifatnya sebagai elektron akan berubah menjadi sinar atau gelombang aether. Proses ini dinamakan "radio aktivitet". Daya yang dapat meruntuhkan elektron menjadi aether dapat dinamakan daya radio aktif

Demikian juga daya otak lahir yang berpadu dengan daya otak batin, akan berubah menjadi daya lain yang disebut "badan budi" yang disebut juga "De Gesstelijke kracht". Maka otak lahir yang semula berada di bawah pengaruh nafsu egosentris setelah perpaduan itu berubah sifatnya menjadi suci yang selalu mengandung undangan untuk kebajikan, etis dan berkeadilan. Nafu egois ini berubah menjadi ikhlas.

Hasil bekerja otak yang demikian menjelmakan pikiran yang murni dan asli yang mengandung rasa perikemanusiaan yang dalam. Dan hasil pemikiran yang demikian akan bisa menghasilkan teori teori baru, menciptakan pendapat gres yang bermanfaat bagi seluruh umat mengenal kenyataan yang tidak diketahui oleh orang lain, mengetahui sesuatu tanpa analisa "empiris realitas", disebabkan dalam cara berpikinya di dorong oleh pancaran yang dapat ditingkatkan ke arah kenyataan yang mutlak "het transendental".

Dengan uralan ini dapat disadari betapa faedah dan pesan tersirat puasa bagi kecerdasan otak dan kecakapan berfikir. Sekiranya umat Islam zaman ini dalam melaksanakan ibadah puasanya benar benar mencontoh jejak puasa Nabi dan para sahabat, yang dengan hasil puasanya mereka menjadi hebat pikir dan berhasil membina suatu negara yang demokratis yang belum pernah dicapai oleh bangsa-?bangsa sebelum mereka.

Maka, umat Islam di zaman ini sedikitnya setahun sekali dengan ibadah puasanya akan berhasil menjelmakan ahli-ahli pikir yang infra dari supra intelektual, seniman yang genius, sastrawan dan pujangga yang bisa membentuk pembaharuan di bidangnya masing masing dan merubah rona dunia masyarakat orde gres dalam segala bidang pembangunan material dan spiritual sesuai dengan jadwal Pemerintah yang terus kita laksanakan. Dalam hal ini Umat Islam berperan sebagai tenaga penggerak "driving force"

6.OBATKU PUASA
Dr. Lord Stoddart dalam bukunya "'The New World of Islam" menyebutkan Muhammad yaitu pembangun ruhani yang hebat, spesialis strategi, pemimpin umat, politikus ulung, ekonom serta sebagai seorang yang sosialis demokrat, dia menolak segala kebanggaan yang diberikan atas diri pribadinya.

Juga dalam buku "Hero is a Prophet", Thomas Carlyle mengemukakan, "umat Islam yang telah rnenerima pimpinan bimbingan Nabi Muhammad saw kemudian berhasil mendirikan pemerintahan di Spanyol yang sangat mengagumkan di kurun pertengahan, sedangkan bangsa Eropa kala itu masih diliputi kebodohan."

Sementara dalam buku "The Law Quartely", Prof. Vaswani mengatakan: "Dengan wahyu Yang Mahakuasa Yang Maha Pemurah, agama Islam menjadi suluh kemajuan di Afrika, Cina, Asia, Eropa, Persia dari Hindustan, sedang Eropa masih tidur nyenyak, kemudian umat Islam membangkitkan dan memberi bimbingan bagi mereka "

Dalam New Internationale Encyclopaedie disebutkan "Dunia sekarang harus banyak terterima kasih kepada Islam, alasannya merekalah yang mempelopori kemajuan dunia." Umat Islam telah membangun gedung-gedung yang mengagumkan dunia mirip Taj Mahal dan AI Hambra yang kondang kolaka itu.

Mereka itulah yang mula-mula menemukan Aljabar, Ilmu Hitung, Kimia dan obat-obatan. Mereka yang pertamakalinya mendirikan Universitas di Baghdad, sehingga rombongan dari luar negeri, utamanya dari Eropa datang kesana untuk menjadi murid umat Islam.

Dalam Encyclopaedia Britannica menyebutkan, "Islam telah lebih dulu mengarang bermacam macam buku yang kemudian dikutip orang seantero jagat hingga sekarang. Di Cairo mereka telah mendirikan perpustakaan yang kondang di dunia. Sedangkan di masa itu London sebagai daerah yang kotor dan jelek, serta jalan-jalannya berbau busuk, padahal orang Islam mendirikan Cordova yang terkenal lantararan keindahan gedung gedung dan kebun kebunnya yang menawan."

Juga dalam buku "Ottasen's Eenvondige Wereld Geschidemis. Dr. Kernkamf menulis "Orang Islam menjadi dokter yang pandai dan hebat ilmu pengetahuan. Mereka itulah yang pertama kali mengarang angka satu hingga sepuluh yang digunakan hingga sekarang. Mereka sudah berhasil membuat dari meracik obat obatan, menciptakan penerangan (lampu) di jalan, mendirikan masjid dan istana yang indah, bercocok tanam, sedanlgkan orang Eropa mendapat beras dari orang Islam."

The roman Empire oleh Edward Gibson menyebutkan, bahwa dunia gres dibangun oleh Muhammad yang dianut oleh sejumlah 450 juta insan di atas dasar spiritualitas.

Pujangga Barat lain berkata: "Long before the French revolution, Islam stood for liberty, equality and, Fraternity (lama sebelum Revolusi Perancis. Islam telah berdiri tegak dalam kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan).

Demikianlah hasil karya yang dihasilkan oleh kecakapan otak lahir dan kecerdasan otak bathin yang dimiIiki oleh umat Islam di zaman Nabi dan Khulafaurrasyidin serta hebat falsafah dengan melaksanakan puasa. Cobalall kita simak dan teliti biografi orang orang besar dan kalangan intelektual yang genius, tentu akan diketahui bahwa dalam hidupnya senantiasa berpuasa.

Seorang cendikiawan Barat yang masuk Islam mengatakan "First satisfy your intellect through sound reasoning, Faith will automatically spring up" (Terlebih dahulu hendaklah diselidiki dan ditimbang secara mendalam sehingga hasil pemikiranmu dapat memuaskan dan keyakinan "iman" otomatis akan datang sendiri).

Demikianlah belakang layar puasa yang sanggup mencetak insan menjadi intelek dan berkeprimanusiaan yang tinggi dan berkepribadian menuju kebahagiaan lahir dan batin yang sangat besar sekali manfaatnya kepada sesama mahluk hidup, masyarakat, bangsa dan negara.

Seorang hebat kesehatan berkata "Pencernaan itu yaitu pusat penyakit dan berpantang itu yaitu pokok obat." Ada yang berpendapat bahwa susunan kata tersebut yaitu hadits Nabi, sehingga sementara ulamapun berpendapat demikian, bersama-sama bukan sabda Nabi, melainkan pitutur seorang shalih zaman dahulu.

Dalam buku Al Lu'lu Marshu halaman 73, Imam Zarkasyi berkata, ucapan itu tidak bersumber dari pada sabda Nabi, melainkan ucapan seorang tabib.

Peribahasa Latin menyebutkan: Plenus Venter non student it benter yang artinya: perut yang penuh makanan sukar belajar. Dan itulah sebabnya Napoleon Bonaparte mengatakan "Obatku yaitu puasa."

 

7.PUASA DAN PSIKOSOMATIK
Sabda Nabi Muhammad saw.:

"Makan banyak yaitu penyakit dan berpantang yaitu pangkal semua obat. "

Untuk menunjukan kebenaran sabda Nabi tersebut, dibutuhkan penelitian dari cabang ilmu kesehatan misalnya, ilmu urai (Anatomi), ilmu pengobatan serta ilmu ilmu obat obatan, ilmu sebab-?sebab penyakit (Aetiologi). Ilmu asal datangnya penyakit (Pathogeni), ilmu ketentuan hilangnya penyakit (Prangnostik).

Sekali saja Nabi bersabda dibutuhkan penelitian dalam bermacam ilmu padahal dia yaitu orang awam tidak pernah berguru berguru. Namun setiap Sabda Nabi selalu menjadi pengasuh dan pendorong kepada umatnya semoga memanjatkan pikiran ke arah ilmu pengetahuan untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. Karena setiap ayat Al-Qur'an dan Sabda Nabi bila tanpa dianalisa segi ilmu pengetahuan, baik yang eksak ataupun yang ajaib tentu akan dijumpai kekaburan dan akan menyimpang dari tujuan hakiki

Sabda Nabi itu menerangkan bahwa makan banyak yaitu penyakit atau dengan kata lain perut itu yaitu sentral penyakit, yang pada ketika tertentu harus diistirahatkan daripada makanan, yaitu dengan "berpuasa"

Kalau kita coba menganalisa Sabda Nabi tersebut maka dapat ditarik tiga kesimpulan. Pertama orang yang sedang berpuasa perutnya dalam keadaan kosong akan menyebabkan kosongnya zat zat makanan di dalam usus kecil. Oleh karena itu darah terpaksa menghisap zat zat yang lembap dalam usus dan perut sebagai gantinya

Orang sang sering mengalami keadaan yang demikian pada umumnya mempunyai daya penglihatan tajam, gerak cepat serta memiliki kecakapan menganalisa problem dengan mudah.

Kedua, setelah zat zat yang lembap yang siap dihisap oleh darah tadi hilang, maka usus dan perut menjadi kering dan panas, semisal dengan mesin kalau kehabisan air menjadi kering dan panas.

Orang yang dalam keadaan demikian biasanya rnempunyai sifat sederhana dalam segala hal, bertindak tegas dalam mengambil keputusan. tanpa sikap ragu ragu.

Ketiga, usus dan perut yang dalam keadaan kering tadi, maka lendir yang berada dalam usus dan perut akan menjadi hancur. Sebab lendir inilah yang menjadi sumber penyakit. Karena kalau lendir ini selalu bertambah banyak dalam perut dan usus akan menyebabkan timbulnya penyakit yang dinamakan "Muces zichten". Dan bila seseorang dihinggapi penyakit ini, maka keadaannya bersikap pasif, rendah, dan lemah daya berpikirnya serta lambat dalam segala galanya.

Muces ziehten ini banyak jenis dan macamnya antara lain menyebabkan lemahnya pencernaan, karena makanan di dalam perut tidak lekas hancur halus lantaran licin oleh banyaknya lendir tadi yang menimbulkan kerja syaraf otak dan tubuh menjadi lamban dan lemah.

Lambatnya kerja serat syaraf otak menyebabkan pikiran menjadi tumpul, sukar sekali untuk berpikir dan mendapatkan pelajaran, sedangkan tubuh jasmani selalu terasa berat, malas dan lemah.

Jika penyakit ini tidak segera diatasi, boleh jadi akan menimbulkan banyak sekali penyakit lain, misalnya penyakit yang dalam bahasa latin dinamai "psoriasis" yakni penyakit supak (schilfrende huild zichte), penyakit mati palsu dan lumpuh (verlamming). Pada akhirnya akan menimbulkan penyakit demam selama seminggu berturut turut tanpa panas. Akan tetapi sesudah timbul panas yang bergelora dari perut naik ke otak sehingga meliputi seluruh tubuh dan pada umumnya membawa rnaut.

Demikianlah bahayanya penyakit yang disebabkan perut yang selalu kebanjiran makanan, bukan saja terhadap tubuh jasmani tetapi juga akan menimbulkan perubahan tabiat yang tidak baik.

Untuk menghindari timbulnya penyakit ini tidak ada lain, kecuali dengan pada suatu ketika perut harus beristirahat atau dengan kata lain puasa. semoga supava lendir dalam usus dan perut menjadi hancur. Maka dengan melaksanakan puasa, tubuh jasmani dan tabiat akan menjadi sehat.
Kiranya kalau kita simak hadits Nabi tersebut, betapa pentingrlya melaksanakan puasa yang hingga sekarang ini menjadi perhatian dan penelitian para pakar ilmu, utamanya ilmu kedokteran-kesehatan.

8.PUASALAH, NISCAYA SEHAT
Sabda Nabi:

"Hendaklah kau berpuasa, niscaya kau sehat. "

Yang dimaksud dengan puasa menurut batasbBatas yang ditetapkan oleh Yang Mahakuasa SWT.

Hakikat puasa pada hadits ini, ialah puasa yang menurut batas batas yang ditetapkan oleh AIIah SWT dan garis yang telah ditentukan Nabi Muhammad saw saw, yaitu berpuasa sebulan lamanya dalam setahun dan boleh ditambah diwaktu lain yang dinamakan puasa sunnah.

Menurut pedoman Islam tidak dibolehkan bagi penganutnya berpuasa terus-menerus. Karena kalau berpuasa yang demikian akan menimbulkan penyakit pula yang terperinci luka dan bisul dalam perut karena terlalu lama menderita lapar. Tentunya, hat ini tidak perlu direntang-panjangkan bagaimana bias dampak akibatnya.

Pada setiap agama tidak sama cara dan aturan di dalam melaksanakan puasa. Dalam Agama Budha berpuasa siang malam hingga beberapa hari lamanya tanpa berbuka sebagaimana puasanya Mahatma Gandhi selama 40 hari (siang/malam). Puasa semacam ini sangat berat, barangkali hanya dapat dilakukan oleh beberapa orang saja.

Juga puasa orang Yahudi dan Nasrani dengan syarat menahan diri dari makanan yang berdarah dan rempah rempah, akan tetapi pada waktu pagi di perkenankan makan sepotong roti yang memakai daging. Puasa demikian itu terlalu ringan.

Karena itu pulalah, maka Agama Islam mengambil jalan tengah puasa yang tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan, sederhana sesuai dengan kemampuan fitrahnya sebagai umat pertengahan sebagalmana firman Yang Mahakuasa SWT:

"Demikianlah Aku (Allah) jadikan kau umat pertengahan sebagai bukti kepada manusia." (Al Baqarah 2:46)

Menurut pedoman Islam, dalam melaksanakan puasa tidak hanya diwajibkan menahan lapar dan haus semata, akan tetapi wajib pula menahan dan menutup segenap alat pancaindera dari segala macam pengaruh dan perbuatan maksiat, dan harus bisa mencegah gerakan tubuh maupun bisikan batin yang dapat menimbulkan pengaruh pada perbuatan jelek, tidak terpuji.

Jelasnya segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh pancaindera, baik dengan perantaraan mata, hidung, mulut, indera pendengaran maupun kulit, maka hasil tangkapan tadi yaitu merupakan daya daya atau elektron bebas yang eksklusif masuk melalui indera masing masing. Kemudian daya daya tadi melaksanakan Process of Relay, lalu berubah menjadi arus listrik hidup "bio electrisiteit" yang terus mengalir ke pangkal otak hingga di pusat akan dan terus ke otak besar groate hersen. Yang kemudian menimbulkan kesadaran atau pikiran yang dinamai ruh pikir atau Anima Mentalis, ialah pikiran yang tersusun dari bioelectronen.

Oleh karena pancaindera terusun dari materi atau jasad kasar, maka segala sesuatu yang ditangkap olehnya tentu berupa serba benda, yakni keadaan yang positif yang berbentuk materi, maka dengan sendirinya dalam pikiran menyimpan gambaran gambaran yang serba materialistis.

Sebagaimana diterangkan bahwa daya daya yang berada di pangkal otak menjelmakan nafsu (instincten). Oleh karenanya pangkal otak disebut "sentralnya nafsu" yakni pikiran yang materialistis, pikiran yang mempunyai obyek ke arah kebendaan semata dan keinginan yang mengandung daya daya kebencian kemurkaan dan sebagainya.

Setelah itu daya daya tadi mengalir ke dalam pusat kemauan yang disebut juga "pusat gerakan" atau motorische centrum lalu mengalir melalui urat syaraf dan akhirnya menuju ke otak untuk melaksanakan gerakan, perbuatan, tindakan dan semacamnya

Oleh karena daya daya pikiran tadi telah berpadu dengan daya daya nafsu maka daya daya itu mengandung sifat hewaniyah atau anima mentalis, sehingga hasil pemikiran yang demikian dipengaruhi oleh sifat sifat yang serupa dengan hewan.

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa segala sesuatu yang didengar oleh telinga, yang dilihat oleh mata, yang dirasakan oleh kulit, yang dikerjakan oleh tangan yang digerakkan oleh kaki, yang terbayang dalam pikiran atau angan angan dan segala macam gerakan tubuh, semuanya itu bercampur dengan nafsu hewan, sebagai akhir proses yang berasal dari daya daya atau elektron bebas yang ditangkap oleh masing masing alat pancaindera yang mengalir dari urat syaraf kedalam otak.

Elektron yaitu daya hidup tubuh, yakni tubuh membutuhkan elektron elektron bebas untuk hidupnya atau dengan kata lain: zat hidup harus ada pada elektron. Makara elektron tidak membutuhkan pertukaran zat hidupnya, oleh karena itu ia memiliki hubungan eksklusif dengan pusatnya ialah Yang Maha Mutlak, Yang Maha Hidup dan Menghidupkan, yaitu Yang Mahakuasa SWT.

Kalau elektron yang berada di dalam tubuh hanya digunakan untuk kebutuhan lahiriyah berupa benda, kekayaan, kemewahan, makan banyak dan enak tanpa diberi kesempatan untuk melaksanakan hubungan dengan asas pusatnya (Allah SWT), maka elektron tadi akan berontak. Ibarat masyarakat, rakyat dalam suatu negara yang tidak diberi kesempatan melaksanakan hubungan dengan pemerintah pusatnya, maka rakyat itu akan berontak karena tidak diberi hak asasi atas mereka

9.PUASA TAKLUKKAN SINAR IBLIS
Adalah mafhum belaka bahwa nafsu itu mengandung undangan yang dapat disamakan dengan instink hewan, antara lain instink lapar instink menghindarkan diri atau mencari perlindungan, instink loba instink tamak, instink berkelahi, berperang, dan semacamnya.

Semua nafsu tersebut yaitu berbentuk api yang ajaib yang mengandung undangan berupa keinginan yang berkobar untuk memberikan maksudnya, tak ubahnya bagaikan api yang berkobar untuk menjilat apa saja yang berada di sekitarnya.

Api yang ajaib itu hanya mempunyai hubungan saling menggetar resonansi dengan mahluk yang tersusun dari api yang abstrak, ialah iblis dan setan.

Iblis dan setan menurut kejadiannya berasal dari elektron hidup berujud dari daya daya elektro magnetik, semisal dengan sinar membunuh (dudende snruol?) yang mempunyai gelombang 0,000,0! hingga dengan 0,000,001 Iebih pendek dari gclombang arus Iistrlk tehnik bolak balik, Iebih pendek dari telegraf tanpa kawat, Iebih pendek dari gelombang radio dan sinar cahaya, bahkan lebih pendek dari sinar ultra violet.

Oleh karenanya, siapa yang tidak dapat mengendalikan hawa nafsunya akan menjadi korban sinar iblis (setan), pikirannya selalu dikendalikan iblis yang mengajak berbuat buruk dan jahat sesuai dengan sifat yang dimiliki oleh iblis (setan).

Maka untuk mencegah semoga nafsu nafsu ahlak bertindak leluasa di dalam tubuh harus senantiasa diusahakan suatu alat yang ampuh untuk menaklukannya ialah dengan daya daya yang mempunyai gelombang yang lebih pendek daripada gelombang Iblis, yaitu Sinar Tuhan "Nurullah"

Sinar Tuhan dapat diperoleh dengan bermacam syarat beribadah antara lain ialah puasa, sehingga dengan otomatis elektron elektron bebas yang berada ditubuh jasmani memanjat ke alam Tuhan. Karena Sinar Tuhan yaitu gelombang paling pendek dari semua gelombang dan menembus alam semesta, dalam segala keadaan, termasuk otak manusia.

Sinar Tuhan yang menembus ke dalam otak insan sanggup menghancur-leburkan gelombang iblis dan setan yang bersarang di dalam otak. Sinar Tuhan yang menembus ke otak manusia, lalu sinar itu diserap oleh tubuh budi maka akan menimbulkan pikiran disebabkan daya daya dalam otak telah beresonansi dengan Alam Tuhan.

Otak yang berisi Sinar Tuhan dinamakan otak batin yang sanggup mencegah segala acara hawa nafsu (iblis dan setan) sehingga pancaindera dan alat alat tubuh dapat dikendalikan dengan sempurna.

Misalnya mata dapat dicegah dari pandangan yang membawa pengaruh buruk, indera pendengaran dapat dicegah dari mendengarkan kata kata yang menunjukkan pengaruh menimbulkan amarah lisan, dapat pula menahan kata kata buruk, memfitnah dan kata kata yang tidak sedap, kotor menyakitkan hati orang, rasa dengki, iri hati, loba, tamak rakus, takabur, riya dan segala macam tindakan tingkah laku dan gerak gerik yang menjurus kepada kejahatan dapat dihindari.

Jelaslah bahwa melaksanakan puasa menurut pedoman Islam tidak hanya sanggup menahan lapar dan haus semata, melainkan harus bisa menutup semua pintu pintu alat pancaindera semoga tidak kemasukan daya daya iblis dan setan. Sabda Nabi:

"Beberapa banyak orang berpuasa tetapi pusanya tiada berarti kecuali Iapar menahan lapar dan dahaga saja."

Maksud hadits ini, orang yang berpuasa hanya menahan lapar dari dahaga tetapi tidak dapat mencegah perbuatannya dari pengaruh nafsu iblis dan setan, maka puasanya tidak memperoleh pesan tersirat apa--apa.

Sabdanya lagi: "Siapa yang tidak dapat menahan kata kata buruk dan berbuat buruk maka bagi Yang Mahakuasa tiada guna ia menahan lapar dan dahaganya "

Jadi yang dimaksudkan dengan puasa bukan hanya sanggup menahan lapar dan haus saja, tetapi rohaninya (badan halus) harus bisa pula menghalau nafsu nafsu Iblis dan setan yang mengandung undangan untuk berbuat jahat .

Berkata Umar lbnul Khattab "Perangilah nafsu nafsumu sebelum kau memerangi musuh musuhmu". Memerangi hawa nafsu pasti dapat ditundukkan dengan melaksanakan puasa ialah puasa lahiriyah dan puasa rohaniyah. Puasa lahiriyah yakni menahan makan dan minum, dan Puasa rohaniyah ialah menutup alat pancaindera dan segala macam days days yang menimbulkan nafsu yang berkonotasi kepada perbuatan yang maksiat.
10.PUASA DAN ILMU KEDOKTERAN MODERN
Untuk menutup pintu pintu pancaindera dapat dilakukan tanpa banyak mengalami kesulitan bagi orang yang perutnya kosong dari makanan, atau dengan kata lain dengan puasa lahiriyah dan batiniyah.
Kalau pintu pintu pancaindera dapat tertutup semuanya, maka bio elektronik bion bion yang berada di dalam otak tidak lagi mempunyai tuntutan materialistis, yakni tanpa memperhatikan peristiwa di sekitarnya. Di waktu itu tidak lagi mendapatkan aksesori daya daya penginderaan sehingga dengan sendirinya bio elektronik tadi sudah lepas hubungannya dengan penginderaan yang berarti hubungan pribadinya dengan dunia luar telah terputus
Dalam keadaan demikian bio-elektronik yang berada di dalam otak menjadi otonom, walaupun pada hakikatnya elektron itu mempunyai sifat selalu bergerak bergetar dan berputar putar tanpa berhenti untuk menambah tenaganya. Akan tetapi pada ketika itu elektron otomatis harus berhenti sehingga bio-elektronik (bion) menjadi lenyap dan kembali menjadi aether bagaikan air yang pada mulanya bergelombang-gelombang lalu membisu dan tenang, bio-elektronik yang sudah berhenti berputar di dalam otak, kemudian pikiran yang materialistis menjadi pikiran yang abstracherend (anima abstractiva). Adalah pikiran pikiran yang halus yang dinamakan “ruh pikir” atau “corpus mentallis”,
Dari situasi pikiran yang demikian inilah yang dapat dipanjatkan ke dalam abstrak. Dari alam abstrak, pikiran akan mendapatkan sinar yang menjelmakan pikiran yang bersifat apa yang disebut “sinar batin” (inwending licht), yakni sinar pikiran yang suci bersih yang dinamakan “budhi”. Sinar pikiran yang suci dapat melaksanakan peristiwa saling menggetar dengan alam Tuhan, dan tak mungkin daya daya iblis dari setan dapat mendekatinya. Sebagaimana juga elektron di dalam susunan atom kalau ditambah muatannya maka ia bertambah cepat gerakannya dan bertambah tinggi nilai angka getarannya, sehingga dapat saling menggetarkan dengan elektron yang sama angka getarannya.
Demikian juga orang yang berpuasa, yang dengan puasanya dipanjatkan ke alam Tuhan akan mempunyai keinginan keras untuk hidup suci dan ikhlas, ia akan memiliki ilmu pengetahuan yang dituntut oleh Tuhan yang sulit dimengerti oleh kecerdikan (ratio), wajahnya selalu damai dan gembira. Keadaan yang demikian dinarnai “Transfigurasi”.
Tetapi bila berpuasa lahiriyah saja, ia hanya bisa menahan lapar dan haus, sedangkan pintu pintu pancainderanya dibiarkan bebas terbuka atau tanpa mengendalikan hawa nafsunya, maka otaknya tak mungkin dapat beresonansi dengan alam Tuhan, sehingga mustahil dapat merubah nafsu lawwahmah dan amarah (polemor da egosentris-nya) menjadi nafsu suci, berbuat ikhlas.
Dengan ringkas dapat diuraikan sebagai berikut: Setelah daya daya pikiran masuk ke dalam tubuh budhi, lalu berlangsung process of relay tadi, maka daya daya pikiran menjadi terikat dengan daya badan.
Daya daya ini menjelmakan pikiran yang mengandung budhi yaitu pikiran yang sudah terikat oleh dasar ke Tuhanan. Disaat itulah pikiran yang sudah terikat oleh dasar ke Tuhanan tadi mempunyai kemampuan untuk menangkap Sinar Tuhan (Nurullah). Makara budhi merupakan bantalan peserta dari gelombang sinar yang memancar dari alam Tuhan. Sedangkan alam Tuhan sebagai sender atau gelombangnya. Oleh karena budhi mempunyai antena yang tinggi, sehingga karenanya bion bion yang menyusun budhi dapat melaksanakan acara saling menggetar dengan alam gaib, maka ia dapat menangkap dengan terperinci bunyi suara atau peristiwa gaib. Yang dipancarkan oleh alam ajaib yakni dalam alam yang mempunyai empat atau lima ukuran dan seterusnya, malah hingga puncaknya segala keadaan (het centrale beginsel), yaitu alam makrifat maupun hakikat. Disaat inilah “ruhani” sedang mengembara menuju hakikat yang immaterial, oleh karena seluruh pribadinya telah dikuasai aspirasi, sebagaimana firman Allah:
Wahai nafsu yang damai (religius) hendaklah kau kembali kesisi Tuhanmu dengan lapang dada yang diridlai, dan hendaklah engkau masuk golongan hamba Ku yang shaleh kemudian masuklah ke dalam surga Ku.” (Q.S. Al Fajar ayat 27,28,29 dan 30)
Dengan uraian ini dapat dimaklumi bahwa Sinar Tuhan itu hanya dapat ditangkap oleh mereka yang berbudhi, yang sanggup mengekang hawa nafsunya dengan melaksanakan puasa, shalat dan lain lain ibadah yang dilakukan dengan khusuk dan diiringi perbuatan yang lapang dada semata mata karena Allah, tanpa pamrih yang diarahkan menuju keridhaan Yang Mahakuasa jua.
Dengan pancaran Sinar Yang Mahakuasa yang menjadi pusat ilmu pengetahuan mereka dapat menangkap intuisi, aspirasi yang sanggup membuka tirai belakang layar alam, berupa ilmu pengetahuan, bukan yang eksakta saja, melainkan yang abstrak, yang relatif hingga yang adikara ajaib wetenschap yang mustahil dapat ditangkap dan dianalisa oleh pengetahuan eksakta dan logika.
Inilah ilmiah dan belakang layar puasa kalau dilakukan dengan tekun sebagaimana digariskan Yang Mahakuasa dan Rasulnya.
Sabda Nabi: “Jika telah tiba bulan bulan rahmat maka terbuka pintu surga dan tertutup pintu neraka dan setan -setan nafsu terbelenggu oleh rantai. “
Hadis ini menunjukkan kalau sudah tiba saatnya bulan bulan rahmat maka:
1. Terbuka pintu surga, bermakna bagi mereka yang puasanya dapat merubah daya nafsu setaniyah menjadi daya yang murni yang menimbulkan niat murni lapang dada perbuatan yang membawa kemaslahatan. Terhadap mereka yang puasanya mirip inilah maka pintu surga terbuka baginya.
2. Tertutup pintu neraka, ialah orang orang yang benar benar mentaati perintah puasa, sehingga berhasil memadamkan api nafsu jahatnya, yang berarti ia telah berhasil menyelamatkan dirinya daripada api neraka yakni pintu neraka tertutup baginya.
3. Setan terbelenggu, mereka yang berpuasa dengan tekun yang dipanjatkan ke alam Tuhan, sehingga daya ruhaninya berhasil menaklukkan daya daya setan. Inilah yang dimaksudkan bahwa setan terbelenggu dibulan puasa.
Demikian juga meski bulan mubarak bulan rahmat tiba, akan tetapi bila umat Islam tidalk berpuasa bahkan dengan sengaja tanpa udzur, maka pintu surga tertutup baginya dan pintu neraka tetap terbuka baginya dan setan tetap bertebaran mengajak makan-minum kepada mereka dan batinnyapun tunduk kepada undangan ajakan tercela dan penuh maksiat.
Jadi mereka tidak merantai setan, tetapi sebaliknya mereka sendiri yang dibelenggu setan.
Diriwayatkan al Bazaar dan Ibnu Abbas, yang artinya:
“Sesungguhnya Rasulullah bila sudah masuk bulan Ramadhan, dia membebaskan orang orang tawanan dan menunjukkan makan kepada orang orang orang yang membutuhkan”.

 
11.DAYA CIPTA RUH RABBANI
Firman Yang Mahakuasa Subhanahu wa Ta’ala:
“Puasa itu pada bulan Ramadan, pada bulan itu diturunkan Al Qur’an buat menjadi petunjuk bagi insan dan berisi keterangan yang benar dan yang salah. (Q.S. al Baqarah ayat 185)
Sebelum Nabi Muhammad saw. diutus menjadi Rasul, dunia dalam galap gulita, semua negara dan kerajaan di zaman itu berbuat sewenang wenang kepada rakyatnya, tidak ada peraturan dan undang undang, melainkan rakyat harus takluk dibawah kekuasaan Sang Penguasa, mirip negeri Romawi, Persia dan lain lain.
Terlebih lagi ditanah Arab, Nabi Muhammad saw. melihat sendiri keadaan masyarakatnya dan kaumnya berada dibawah kekuasaan nafsu setan yang merupakan penyakit ruhaniyah yang sudah sekarat. Mereka tidak mengenal Tuhan, tidak mengenal keadilan, kemanusiaan, kepribadian, kebangsaan, persatuan dan persaudaraan. Bagi mereka, yang disebut Tuhan ialah siapa yang paling berani, patung patung dan berhala. Yang dinamakan kemanusiaan siapa yang merampok, merampas, berjudi dan minum minuman keras sebanyak mungkin, yang dinamakan keadilan siapa yang lebih berpengaruh menindas yang lemah, yang dinamai kebangsaan siapa yang paling berani memeras dan memperbudak rakyat. Menyembelih dan membunuh dianggap pahlawan, bahkan membunuh anak perempuannya yang gres lahir dianggapnya perbuatan terhormat. Masyarakat terpecah belah menjadi beberapa kabilah atau puluhan partai yang antara satu dengan lainnya selalu bersengketa, saling bertengkar dan bermusuhan, berebut kekuasaan untuk keunggulan dan kekuasaan tanah Makkah, sehingga senantiasa terjadi pembunuhan dan perang saudara, untuk kepentingan partai dan golongannya sendiri. Kekacauan, keonaran dan sarangnya kemusyrikan tertanam berakar di dalam hawa nafsu mereka. Demikianlah keadaan di tanah Makkah sebelum Nabi Muhammad saw diutus.
Dalam masa yang sangat kritis itu maka Muhammad (sebelum menjadi Rasul) selaku insan yang mempunyai budhi yang luhur yang setiap ketika memusatkan pikirannya, juga ruhaninya untuk mencari jalan keluar ingin melepas rakyat dari segala tindakan yang membelenggu mereka, ingin membasmi perbudakan, keganasan pengacau dan teror, menyapu bersih pemeras pemeras negara dan rakyat, memberangus kutu kutu dan ulat ulat yang selalu mengorek kemajuan negara, melenyapkan kemewahan dan kesombongan pembesar pembesar dan kepala kepala kabilah yang mempertahankan kabilah atau partai golongan maupun aliran.
Untuk mensukseskan cita cita yang luhur dan maha berat itu, maka dia mengambil keputusan yang amat berani untuk menjauhkan pribadinya dari segala macam pergaulan yang berada dalam kekuasaan nafsu hewaniyah.
Beliau meninggalkan istrinya Siti Khadijah pergi ke gua Hira dilereng bukit Tsur (sekarang Jabal Nur, karena disitulah Nabi mendapatkan Nurullah (Wahyu Allah).
Di dalam gua yang jauh dari daerah kaumnya, ditempat yang sunyi hening dan gelap gulita itu dia menyendiri, tujuannya hanya satu ialah membuat konsepsi untuk melepaskan kaumnya dan umat yang sedang dihinggapi penyakit ruhani yang tak mungkin dapat disembuhkan dengan pengobatan yang dihasilkan otak (ratio) melainkan harus disembuhkan dengan pengobatan ruhaniyah yang suci murni. Maka daya daya pikiran dan ruhani dia di panjatkan ke alam yang tak terbatas hingga ke puncak semua alam, sehingga segenap alat pancaindera dia tertutup sama sekali dari segala macam pengaruh disekitarnya dan dari segala macam tuntutan materiil
Perbuatan yang demikian inilah yang dinamakan: “mencipta” (mental licham) dan creativ Iicham yang dinamakan juga ruh rabbani.” Setiap daya ciptanya makin ditingkatkan sehingga elektron di dalam pikirannya kembali menjadi aether lalu dilepaskan tenaganya yang mulanya menjadi penggerak elektron yang dalam keadaan berputar putar, maka tenaga yang dilepaskan tadi berubah menjadi menjadi “Sinar Bathin”, yaitu sinar ajaib yang mempunyai gelombang amat pendek.
Karena dia memang mempunyai budhi luhur, maka tentu tidak begitu sulit bagi dia untuk mencapai tingkat kcsadaran jagat raya cosmisch bewustzyn, ialah kesadaran yang dapat menghimpun segenap perasaannya untuk menyatu dengan Nurrullah (Unio Mystica). Orang yang begini berarti telah berhasil menundukkan nafsunya (instinct handeling), nafsu murka (driften) nafsu mementingkan diri sendirl, nafsu loba tamak atau dengan kata lain kepribadian yang diselubungi oleh nafsu.
Nabi bersabda: “Orang yang gagah berani bukanlah orang yang dapat menyerbu musuhnya dengan tangkas dalam pertempuran, akan tetapi orang yang gagah berani itu bersama-sama yang kuasa dan bisa menahan nafsunya. “
Dengan terselubungi oleh nafsu suci, sehingga daya daya ruhaniyah dapat menunjukkan komando kepada segenap alat jasmaninya. Karena pada hakikatnya yang dinamakan insan ialah “ruhaniyah”nya, sedangkan tubuh jasmani hanyalah sebagai alat semata.
Demikianlah usaha dia sebagai insan biasa sebelum menjadi Rasul di gua Hira.
Setelah mencapai waktu 40 malam dia bertafakkur, hingga tanpa dia sadari tiba tiba datanglah Malaikat Jibril dalam rupa insan menemui dia selaku zat pembawa sinar (wahyu) Yang Mahakuasa SWT. Peristiwa nu terjadi pada malam tanggal 17 bulan Ramadan, yakni malam ditetapkannya dia menjadi Rasulullah untuk memproklamirkan Islam sebagai agama bagi seluruh umat manusia.

12.JIBRIL ZAT PEMBAWA WAHYU
Malaikat yaitu makhluk halus (gaib) yang dijadikan dari sinar, sebagaimana Sabda Nabi saw:
“Dijadikan Malaikat daripada sinar (Nur) dan dijadikan Jin daripada api yang bernyala nyala dan dijadikan Adam sebagaimana keadaanmu. “
Wahyu Yang Mahakuasa disampaikan kepada dia dengan perantaraan Malaikat Jibril. Makara Malaikat Jibril yaitu selaku zat pembawa wahyu “draagstof’, kemudian oleh Malaikat Jibril dipantulkan ke alam tubuh budi beliau.
Yang dimaksud Malaikat dijadikan dari sinar, bukannya sinar mirip yang kita lihat dengan pancaindera lahir, melainkan yaitu sinar yang relatif abstrak, yang terdiri dari proton dan neutron yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan atom atom nitrogen atau zat lemas yang berada di dalam atmosfir yang menimbulkan atom carbonium atau zat cair.
Ilmu alam menerangkan bahwa atom hidrogenium menyimpan sifat radioktif, sedang intinya terdiri dari 6 proton dan 8 elektron. Dinamakan juga C.14, persenyawaan antara C.14 dengan oksigen dari udara, menjelmakan zat asam arang C0.2, yang dapat diserap oleh tumbuhan tumbuhan yang merupakan dasar kehidupan yang sangat besar sekali faedahnya bagi tumbuh tumbuhan dan sangat penting pula bagi ilmu hayat “Biologi”.
Begitu juga halnya sinar Malaikat malaikat, termasuk Malaikat Jibril sebagai pembawa wahyu, merupakan dasar dasar proses hayati atas kehidupan insan yang sangat penting bagi kehidupan ruhani dan sangat besar pula faedahnya bagi ilmu Metabiologi yang merupakan cabang ilmu Metafisika.
Demikianlah proses turunya wahyu Yang Mahakuasa SWT, yang diterima Rasulullah saw. dengan perantaraan Malaikat Jibril yang ditangkap melalui tubuh budhi dia yang berfungsi sebagai alat penerima, sedangkan Jibril berfungsi sebagai alat pembawa wahyu dari zendernya, yaitu alam wahdaniyah.
Setelah wahyu wahyu Yang Mahakuasa SWT, diterirna oleh Nabi, maka kemudian disampaikan kepada manusia. Dalam keadaan demikian pun dia berfungsi sebagai alat penerimanya. Persoalan wahyu, hanya dapat dianalisa ilmu Metafisika, bukan ratio semata mata. Oleh karena otak insan hanya berfungsi kepada keadaan yang riil, nyata, yang dapat diraba dan diraga serta disaksikan oleh pancaindera.
Aliran listrik tidak akan bisa mengetahui apakah bersama-sama hakikat dari listrik itu sendiri. Manusiapun tidak akan dapat menguraikan dengar lisan maupun dengan tulisan, apakah yang dinamakan manis kecut pahit getir dari sebagainya.
Manusia dengan alat pancainderanya tidak bisa meraba dan melihat sinar Rontgen, Sinar Gamma, Sinar Ultra Violet, gelombang radio dan infrared.
Sebagaimana diketahui dalam ilmu Fisika, matahari menjadi pusat planeten system (sistem planet) yang memancarkan sinar cahayanya ke segenap penjuru alam. Sinar matahari tampaknya putih. Pada hakikatnya sinar putih itu terdiri dari nuansa paduan sinar (straal bundel) yang beraneka warna yang masing masing sinar itu mempunyai angka gelombang sendiri pula.
Dapat dibuktikan apabila sinar masuk kedalam kamar gelap melalui celah celah kecil dan di depan celah itu diletakkan gelas prisma, maka sinar putih tadi terpancar menjadi beberapa sinar yang masing masing mempunyai warna mirip kuning, hijau. merah, biru dan seterusnya yang masing masing gelombangnya dapat ditetapkan dari warna sinar tadi.
Dalam buku Lehrbuch der Physic fur Medisiner, Biologen und Psychologen, oleh E. Lecher hal 4l menyebutkan bahwa cahaya matahari tersusun dari paduan Sinar yang beraneka warna. Sinar itu pada hakikatnya yaitu isr muatan yang ditambahkan kepada isi muatan elektron asli, lalu dilepaskan kembali dan gelombang sebagai sinar.
Alam dunia ini dengan segenap isinya baik manusia, tumbuh tumbuhan dari hewan sangat membutuhkan sinar matahari. Pertama, sinar matahari yang mengandung bermacam-macam warna sinar itu, kita perhatikan di antaranya satu sinar saja Misalnya sinar hijaunya.
Dedaunan mempunyai warna hijau yaitu karena sinar hijau dari matahari yang diilaukan oleh daun daun tadi dan ilauan yang berwarna hijau itu ditangkap oleh mata kita yang kelihatan berwarna hijau. Sinar yang berwarna lain oleh daun dihisapnya. Proses ini berdasarkan resonansi. Dan setelah daya dayanya bergabung dengan chlorophyl dari daun daun ditambah dengan zat asam arang, maka di dalam daun daun tidak terbentuklah zat tepung. Proses ini di sebut “assimilasi”.
Kedua Sinar matahari dapat meruntuhkan gabungan putih telur yang berada dikulit tubuh dan reruntuhannya sanggup membunuh bakteri kuman dikulit, temasuk kuman-kuman Tuberculose (TBC).
Ketiga, sinar Ultraviolet dari matahari dapat menambah vitamin, antara lain vitamin D dapat mencegah rachitis. Keempat, sinar matahari dapat menimbulkan kelenjar hormon pada kulit yang dapat menambah ketajaman pancaindera.
Kelima, sinar matahari dapat menunjukkan echo atau susunan persyaratan yang menimbulkan kesegaran.
Demikianlah antara lain faedah sinar matahari atas alam dunia ini dan seluruh makhluk di dalamnya, termasuk kesehatan jasad manusia.
Dapat dibayangkan bila tidak ada sinar matahari, pasti keadaan alam dengan segala isinya akan rusak dan binasa, juga barangkali mustahil ada kehidupan.
13.AYAT MEMILIKI DIMENSI TERAWANG KEILMUWAN
Manusia sebagai mahluk yang tersusun dari dua jenis tubuh ialah tubuh kasar dan tubuh halus, visible dan invisible, tubuh jasmani dan tubuh ruhani. Tubuh jasmani tersusun dari materi. Untuk memenuhi proses pertumbuhan dan kesehatan jasmaninya, dibutuhkan alat atau materi yang tersusun dari materi, terdapat dijagat raya pula yang diolah oleh sinar matahari untuk kesempurnaan hidup tubuh jasmaninya.
Hakikatnya, kesehatan jasmani banyak bergantung pada pengaruh sinar matahari, maka tubuh ruhanipun memerlukan kesehatan untuk kebahagiaan hidupnya. Oleh karena tubuh ruhani bukan tubuh kasar yang tersusun dari materi, melainkan tubuh halus yang tersusun dari bion bion ajaib yang memiliki sinar gelombang pendek “mesa energi “, maka sudah sewajarnya makanan yang dibutuhkan ruhani bukan berupa materi atau pengaruh dari sinar matahari, melainkan makanan yang berupa sinar dari yang Maha Abstrak pula, yaitu sinar Allah.
Matahari yang menjadi pusat “planeten system” yang selalu memancarkan cahaya, maka sinarnya itu tidak hingga kealam dunia ini tanpa zat pembawanya (droogstof). Zat pembawa sinar matahari ke bunk kita ini tentu lebih halus lagi dari sinar matahari, bahkan lebih halus dari aether.
Matahari sinar Yang Mahakuasa (wahyu) pun mempunyai zat pembawa zat. Zat pembawa sinar Yang Mahakuasa yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw. ialah malaikat Jibril. Makara Malaikat Jibril yaitu merupakan zat pembawa wahyu. Karena wahyu itu dipancarkan oleh Yang Maha Suci, sudah tentu tidak akan turun kepada sebarang manusia, melainkan harus memancarkan kepada insan yang suci pula ruhaninya dan yang “dikendakiNya”, dengan jalan saling menggetar yang dibawa Malaikat Jibril sebagai alat pengantar sinar, sebagaimana juga gelombang elektro magnetik bila menemui sesuatu yang mempunyai angka getaran dari elektron atau bion bion yang sama, maka elektron elektron tadi akan menggetar. Sinar Yang Mahakuasa yang dibawa Malaikat Jibril itu menembus kedalam seluruh tubuh Nabi melalui tubuh rasa. Terus mengalir ke dalam tubuh nafsu, Ialu mengalir kedalam tubuh pikiran dan ke dalam tubuh akal, yaitu ruang yang mengatur jalannya pikiran dan melaksanakan perincian, yang aliran itu masing masing terlebih dahulu melaksanakan “process of relay” masuk kedalam tubuh badan budhi (de Geestelijke kracht).
Di dalam tubuh budhi lalu dihambat (dljemput) dan segera bion bion yang menyusun tubuh budhi Rasulullah melaksanakan peristiwa resonansi dengan Sinar Yang Mahakuasa (Het Goddelijk Principe, De Geestelijke Essence, Het Levens Beginsel) yang akhirnya memancar mewujudkan firman firman yang menjadi dasar dari segala macam jenis Ilmu pengetahuan, baik yang eksak, abstrak, relatif ajaib , maupun yang adikara abstrak.
Dapat diibaratkan dengan lampu listrik, apabila arus listrik mengalir melalui alat penghambat (weerstand), maka ditempat itu timbul panas yang tingginya sesuai dengan besar penghambatan dan besarnya arus listrik. Derajat panas di dalam kawat tadi segera menjadi sangat tinggi dan akhirnya kawat itu menyala.
Semisal juga dengan sinar matahari yang menembus egosterin yang melekat pada lemak kulit tubuh “cholesterine” lalu berubah menjadi vitamin D yang berfaedah bagi pertumbuhan tulang belulang dalam tubuh.
Kalau sinar rontgen dapat digunakan untuk mengobati bermacam penyakit yang disebabkan infeksi, bakteri kuman penyakit TBC, penyakit encok rematik dan kalau arus listrik diathermie dapat digunakan memberi tubuh “electronomi” atau untuk memperabukan “electro calgulatte” padahal daya daya dari sinar matahari, sinar rontgen dan sinar sinar lain tersebut, kesemuanya yaitu berasal dari sinar sinar benda (materi), maka betapa maha hebatnya sinar Allah, “Wahyu” yang dipancarkan atas pribadi Nabi Muhammad saw pasti tidak hanya menyimpan daya daya penyembuh atas segala macam penyakit jasmani dan ruhaniyah semata, melainkan sanggup pula menunjukkan kesejahteraan hidup bagi seluruh alam dan isinya. Lantaran sinar Yang Mahakuasa itu berasal Zat Yang Maha Menghidupkan dan Memberikan hidup serta Kehidupan, yaitu pencipta segala otak dari sekalian alam, baik alam benda stoffelijk gebied, alam pikiran wereld van Gedachten en verbeelding”, alam angan angan “iden wereld”. alam ruhaniyah “Geesten Wereld” alam dengan empat ukuran, lima, enam dan hingga beberapa dimensi, alam Malakut dan alam tidak terbatas.
Demikian proses pancaran wahyu yang dialirkan atas pribadi Rasultillah saw. Makara yang dinamakan wahyu yaitu suatu ilmu pengetahuan yang datangnya dari Yang Mahakuasa SWT, ilmu pengetahuan yang mutlak yang paling, tinggi berdiri diatas segala kecakapan otak, dan mustahil didapatkan kesalahan, yang dipancarkan atas hambaNya yang ditugaskan menjadi Nabi atau Rasul untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia.
Firman Yang Mahakuasa Azza wa Jalla
“Wahai segenap insan sudah datang kepadamu keterangan dari Tuhanmu dan Aku telah turunkan atasmu sinar yang terang benderang ” (Surat An Nisa ayat 174)
Kalau sinar matahari terdiri dari sinar straal bundel yang tersusun dari bermacam macam sinar yang beraneka warna dan setiap warna mempunyai gelombang sendiri, maka sinar Yang Mahakuasa yang diturunkan atas Nabi Muhammad saw, terpencar pula menjadi 6666 sinar (ayat) yang tersusun menjadi kitab suci Al Qur’an dan setiap ayat memiliki gelombang sendiri sendiri yang panjangnya dapat ditetapkan dari bentuk, susunan ayat tersebut. Sebagai kata kunci tak ada yang bisa menandingi, karena Kalam Yang Mahakuasa ini sarat dengan dimensi keilmuwan kecerdasan yang sentral. Tumpuan hakiki dari segala ilmu dijagat raya seisinya. “Ulul Abrar”
Bahkan setiap abjad dari ayat itu juga memiliki gelombang sendiri, antara lain gelombang yang memancar kearah tuntunan dan petunjuk dalam pelaksanaan pembangunan mental, pembangunan material dan spiritual yang multi-kompleks.
14.CERMIN TRANSFIGURASI DIRI
Seperti yang diuraikan terdahulu, segala sesuatu yang ditangkap atau direkam pancaindera lahir itu berupa benda, sudah tentu menyimpan gambaran gambaran yang serba materialistis.
Pikiran yang demikian disebut pikiran yang materialistis. Daya yang ada dipangkal otak itu menjelmakan nafsu nafsu, maka pikiran yang materialistis tadi akan berbaur lagi, menjadi nafsu keinginan, kebencian, kemurkaan dan sebagainya.
Kemudian mengalir lagi ke pusat kemauan dengan melalui urat syaraf menuju otak untuk melaksanakan perbuatan. Karena daya pikiran bercampur dengan daya nafsu, maka dinamai roh hewani. Manakala nafsu nafsu ini tanpa kendali, ia akan terus bergelora dalam jiwa, laksana api yang menjilat jilat tanpa ada alat pemadamnya. Nafsu yang bersifat mirip api ini, sudah wajar kiranya bila saling bergetar atau berresonansi dengan yang sejenis, serapa jin/iblis.
Dari sinilah, berpangkal aneka perbuatan keji, sadis dan semacamnya yang semakin merajalela. Bagi orang yang melaksanakan ibadah puasa dengan seluruh amal amalannya tentunya dapat mencegah pengaruh daya setaniyah yang selalu mensugesti alat pancaindera, sekaligus dapat mengendalikan gerakan-¬gerakan perbuatan jasmaninya.
Ia dengan elektron elektron yang bebas dalam tubuh jasmaninya tengah bermunajat kehadirat Tuhan, tekun, dan taat, berupaya terus melawan godaan hawa nafsu ini. Maka barulah Yang Mahakuasa akan menunjukkan cahaya “Nur” yang dilimpahkan pada mata hati dan anggota tubuh kita.
Sehingga berkat Nur, kita diberi komando untuk mengerjakan yang baik baik saja, terjauh dari amal perbuatan lahiriyah yang tidak diridhaiNya. Atau dengan perkataan lain, karena daya daya pikiran kita sudah mengandung sinar Tuhan (Nurullah), berarti daya daya pikiran dan segala perbuatan serta tindakan mendapat bimbingan, sehingga takkan mudah dipengaruhi atau dapat mencegah acara hawa nafsu.
Sebenarnya, inilah martabat hamba hamba yang saleh. Jika kita menelangkahi diri, minimal kita berupaya, dengan niat ikhlas, membaguskan shalat dulu dalam arti kata yang sebenar benarnya, berlanjul pada amalan lainnya.
Pada hakikatnya orang yang tengah melaksanakan ibadah puasa, berusaha pula semoga menutup semua pintu pancainderanya, sehingga bio elektro yang berpangkal pada otak tidak lagi bekerjasama dengan dunia Iuar tubuh.
Tak ubahnya ia tiada berkehendak banyak sekali tuntutan materi, dengan kata lain tidak memperhatikan lagi keadaan disekitarnya. Dikala otak tidak lagi mendapatkan beban daya aksesori dari penginderaan, maka dengan sendirinya bio elektron terlepas dari ikatannya, yang berarti seluruh pribadinya memutuskan hubungan dengan dunia luar. Selanjutnya, kerja otak menjadi otonom, selalu bergerak, bergetar, berputar putar tiada henti untuk menambah tenaga. Namun pada ketika itu dengan kehendak sendiri otomatis elektron tadi berhenti berputar, lantas menjadi lenyap dan kembali menjadi aether; mirip halnya air yang pada mulanya beralun, bergelombang dan berputar lalu secara otomatis membisu dan tenang.
Bio-electron yang sejenak berhenti berputar pada otak, maka daya pikiran yang semula berbentuk pikiran materialistis lalu berabstraksi (anima abstraktiv ) menjadi pikiran yang halus disebut ruh pikir (corpus mentalis)
Kehebatan pikiran yang mirip ini bisa memanjat ke alam ajaib dan memberi sinar kepada pikiran. Sinar yang berasal dari alam ajaib tadi diterima oleh pikiran disebut “sinar batin”.
Kemudian pikiran yang semacam ini dapat melaksanakan getar menggetar (resonansi) dengan alam Malakut yaitu alam yang mengandung nafsu nafsu suci Dalam pedoman Islam, Malaikat itu dibuat dari Nur, yakni sinar yang bersih dan suci. Justru itu pula Malaikat sebagai makhluk suci tidak pernah membangkang terhadap perintah Ilahi.
Sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
“Apabila sudah masuk Ramadan, dibukalah semua pintu surga, ditutup semua pintu neraka dan dibelenggu semua syaitan. “
Bagi martabat hamba Yang Mahakuasa yang saleh berpuasa dengan sebagus bagusnya berikut amalan lainnya, pastilah pikirannya beresonansi dengan Malaikat ke alam yang Suci, bahkan hingga pula ke alam yang Maha Suci atau Alam Tuhan.
Berarti dia akan mendapatkan sinar dari Tuhan (Nurullah). Orang yang diliputi kesucian ini, akan menjadi genius memiliki kecakapan mencipta. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil daya cipta yaitu bernilai tinggi diluar kemampuan kecerdikan dan ratio, bahkan dalam waktu yang sangat singkat dapat memiliki pengetahuan yang luas. Roman mukanya selalu tampak ceria, damai dan perbawa, kendati diliputi oleh banyak sekali peristiwa yang luar biasa. Tak ubahnya, ada sentuhan energik dari Rabbi yang marnpu membuka hijab antara kedirian manusia- insan dengan kehebatan Kosmos dalam keluasan Alam Semesta.
Itulah tranfigurasi bagi dirinya. Puasa dapat mengubah daya-daya nafsu lawwamah dan ammarah (polemos dan egosentris) menjadi nafsu Suci.
Seperti dikemukakan terdahulu, menurut hukum kekekalan daya, tidak ada energi yang lenyap tanpa beralih menjadi daya lain. Sebagaimana juga pada energi mekanik dapat berubah menjadi energi termik Maka sudah wajar, manakala orang yang puasanya ditingkatkan ke Alam Tuhan, tentulah menghancur-lumatkan nafsu polemos dan egosentris hingga sehalus halusnya, hingga berubah sifat dengan gelombangnya menjadi sinar bathin yang disebut juga sinar ruhani.
Dalam ilmu Fisika disebutkan, elektron-elektron yang kehilangan sifatnya akan kembali menjadi eather dan bergelombang menjadi sinar yang akan sanggup menembus segala keadaan. Sebagaimana halnya atom dan ion-ion dipecah pecahkan didalam elektron- elektronnya dengan pertolongan atom, maka tenaga yang keluar dari reruntuhan itu sangat besar dari hebat sekali. Begitu juga butir-¬butir debu (Corpuscula) bila dipecah pecahkan dengan hawa panas (termis energi) akan hancur lebur menjadi hawa atau uap.


15.MENYIMAK FENOMENA JAGAT
Setelah pikiran itu masuk ke dalam budhi, berlangsunglah process of relay dengan sinar sinar budhi, sehingga menjelmakan pikiran yang terikat dasar Ketuhanan. Di kala itulah budhi merupakan alat peserta (onvanger) dari gelombang gelombang sinar yang datang dari alam Tuhan.
Apabila budi telah mendapatkan sinar Tuhan, maka secara eksklusif akan mendapatkan tuntunan, pimpinan, dan petunjuk Tuhan serta ilmu pengetahuan di atas dasar dasar kodrat dan iradat. Dengan perantaraan budhinya ia akan memiliki antena yang tinggi, sehingga bisa menangkap dengan terperinci suara-suara atau peristiwa yang terpancar dari alam abstrak, dari alam yang mempunyai 4 atau 5 dan 6 ukuran (dimensi), bahkan hingga kepuncak segala keadaan Het sentrale beginsel.
Dalam melaksanakan kontemplasinya disebut pula tengah berma’rifat kepada Yang Mahakuasa SWT. Di ketika berma’rifat ini, bio-elektron tidak lagi berputar putar, sehingga urat syaraf sejenak tiada lagi memancarkan impuls listrik hidup yang datang melalui pancaindera.
Akibat dari proses yang demikian ini mata tidak lagi merasa melihat, indera pendengaran tidak mendengar, kulit tidak mencicipi panas atau dingin, sehingga ia tidak mengetahui peristiwa yang terjadi di seputarnya. Seolah olah dia sedang tidur, ruhani sedang mengembara menuju hakikat yang immaterial. Menjelajah, berawal dari elemen padat yang imanen menuju titik tumpu yang transenden tiada bertepi.
Dalam suasana yang hening ini, tubuh kasar dan tubuh halusnya menjadi damai dan tentram menuju ke alam Tuhan.
Firman Yang Mahakuasa Azza wa Jalla dalam Al Qur’an:
“Hai nafsu yang tentram, hendaklah engkau kembali kehadirat Tuhanmu dengan lapang dada dan diridhai, dan hendaklah engkau masuk golongan hambaKu yang saleh kemudian masuklah ke dalam surgaku, “
Untuk memenuhi panggilan Tuhan sebagaimana termaktub dalam ayat tersebut, maka ketika itu budhi harus memancarkan sinarnya yang eksklusif beresonansi. Menurut ilmu Metafisika, sinar budhi ini memiliki kilometer. Disaat sinar budhi itu menangkap sinar Tuhan, ia berbentuk
“Artheris”, karena sinar Tuhan ini tak bakal di peroleh mereka yang tiada berbudi, sekalipun ia memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi. Dalam suasana aspirasi inilah maka Sinar Yang Mahakuasa yang menjadi Sumber segala ilmu segera memancarkan gelombangnya berupa sinar kearah budi, sehingga terbukalah tabir belakang layar alam yang akan menunjukkan ilmu pengetahuan yang sanggup memecahkan banyak sekali masalah atau peristiwa, baik yang bekerjasama dengan dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, pemerintahan maupun peristiwa yang akan terjadi dan aneka problem sulit dan rumit yang sedang dihadapinya.
Ilmu pengetahuan yang demikian ini disebut ilmu yang relatif ajaib yang tak mungkin ditangkap dan dianalisa oleh ilmu pengetahuan eksak ratio dan logika, itulah sebabnya betapa kehebatan pendidikan puasa dengan segala amalannya bagi kesehatan jasmani dan rohani serta ilmu pengetahuan. Dan tentu dapat disadari pula betapa ruginya orang yang berpuasa tetapi tidak memperoleh kccakapan batin yang sangat tinggi nilainya dan sangat dibutuhkan umat manusia. Sebab mereka cuma sekedar puasa memenuhi kewajiban lain tidak.
Betapa bahagia mereka yang berhasil dengan puasanya, apalagi bila sebelumnya sudah dibekali ilmu pengetahuan eksak mirip Anatomi, Kimia, Geologi dan Astronomi, dan sebagainya, atau dengan kata lain kalau puasa dilakukan oleh golongan intelektual maka dengan demikian semakin mapan dan sinambung pula ilmu ilmu yang diperolehnya yakni ilmu yang “Serba Meta”.
Sejauh itu pula kita bakal merasakan, barangkali tidak terlalu sulit buat mengobati diri kita sendiri, setelah secara sadar mengenal diri sedalam dalamnya dan beroleh manfaat pula berkat amalannya secara benar dan bagus.
Meski dimafhumi bahwa jasmani kita dapat diobati dengan obat konvensional hasil kecakapan otak, namun kesehatan yang bersama-sama belumlah memadai karena dalam diri kita terdiri dari batin dan lahir. Dan inilah ilmu Psikosomatik merumuskan bahwa banyak penyakit bergantung pada keadaan batin si penderita. Apalagi di dalam tubuh kita merupakan apotik terlengkap.
Doktor Paryana Suryadipura dalam bukunya “Manusia dengan Atoomnya” juga menyebutkan bahwa di dalam tubuh kita selain memiliki daya batin, juga “vizvitalis” (daya hidup) kemudian yang terpenting yaitu “viz medicatrix naturae” sebagai daya penyembuh asli, tenaga yang terbatas berkat karunia Ilahi dengan dibekali rasa pasrah kepada sumber dari semua tenaga yang Maha Kuasa.

16.JIWA IKHLAS MEMBAWA SEJAHTERA
Berkat pedoman Al Qur’an yang disampaikan Rasulullah saw, maka keadaan umat yang pada mulanya dihinggapi penyakit ruhani yang sudah sekarat itu, dalam masa beberapa tahun saja telah berbalik menjadi umat pembina negara yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, umat yang berjiwa pendekar dan penggagas dalam segala macam pembangunan yang mengagumkan para hebat sejarah dunia hingga sekarang ini.
Umat yang pada mulanya terpecah pecah menjadi 360 kabilah/partai/golongan yang selalu bercakaran, bermusuhan dan saling berebutan pengaruh dan kedudukan, akhirnya berubah menjadi menjadi umat yang satu, umat yang bersaudara yang mengarahkan tujuannya diatas kepentingan bersama demi kesejahteraan hidup bersama tanpa memandang kulit dan bulu, antara pria dan wanita, kesemuanya didasarkan atas ketakwaan kepada Yang Mahakuasa semata, untuk mencapai kebahagiaan hidup bersama baik didunia maupun akhirat.
Hal tersebut sesuai dengan firman Yang Mahakuasa Azza wa Jalla:
“Hendaklah kau berpegang kepada tuntunan Yang Mahakuasa keseluruhannya dan janganlah kau menjadi umat/bangsa yang berpecah belah, dan hendaklah kau menyadari nikmat Yang Mahakuasa yang dikaruniakan atasmu pada waktu kau saling bermusuhan, lalu Yang Mahakuasa jadikan kau umat yang bersatu hati, maka dengan nikmat Yang Mahakuasa tadi terciptalah persaudaraan diantaramu” (Ali lmran ayat 103)
Berdasarkan fiman Yang Mahakuasa tersebut, jelaslah bahwa persatuan lahir batin membawa kesejahteraan hidup bangsa dalam negara. Dengan persatuan lahir batin tak mungkin timbul sengketa, permusuhan dengki iri hati, loba, tamak, rebut kedudukan dan saling menjatuhkan sebagaimana yang dialami masyarakat Arab jahilliyah.
Setelah mereka mendapatkan pedoman ajaran Allah, berupa Al Qur’an yang diinjeksikan kepada mereka oleh Rasulullah saw, mereka menjadi umat yang satu hati, satu cita cita dan satu tujuan untuk mencapai kesejahteraan hidup bersama, mereka bukan lagi umat jahiliyah, melainkan telah berubah menjadi menjadi umat yang berbahagia.
Jadi yang dinamakan negara sejahtera bukan hanya tergantung atas kekayaan bumi dan alamnya semata, melainkan harus dititik beratkan atas budi pekerti rakyatnya. Walau suatu negara menurut pandangan lahir telah mencapai puncak kemajuan teknologi, namun belum dapat dinamakan negara sejahtera.
Ada beberapa negara yang kaya raya. yang cukup syarat-syaratnya untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya bahkan hasil kekayaan negaranya berlimpah ruah. Akan tetapi apakah negara negara itu sudah dikatakan negara sejahtera, rneski negara itu sudah dikatakan kaya raya dan terdapat beberapa raja uang, pengusaha bermodal, pabrik yang besar, gedung bertingkat menjulang-julang kelangit, akan tetapi bila disampingnya masih terdapat beratus- ribu penderitaan dan gangguan gangguan dibidang keamanan yang senantiasa mengganggu ketentraman bagi penduduknya.
Maka dari itu, suatu negara belum dapat dinamakan sejahtera bila di dalam negara itu tidak terdapat ketertiban (rust on orde and welvarend, terlebih lagi kalau di negara tadi senantiasa timbul permusuhan, penindasan, perampasan dan semacamnya. Oleh karenanya ketertiban batin geestelijke weerde dan ketertiban lahir harus dimiliki setiap orang.
Ketertiban lahir dan batin akan banyak berhasil dengan pendidikan puasa. Orang yang tidak melaksanakan pelanggaran karena takut kepada petugas keamanan, maka orang itu tidak memiliki ketenangan lahir-batinnya.
Sedangkan orang yang memiliki ketertiban lahir-batin, baik ada petugas keamanan maupun tidak ada, ada inspeksi atau tidak ada, ada kontrol atau tidak ada, ia akan tetap berlaku jujur disebabkan ketertiban laku batinnya diperoleh dengan puasa lahiriyah dan batiniyah (mutmainnah) (religius instinct) yaitu keinginan orang untuk berbuat baik, yang ditimbulkan oleh jiwa yang ikhlas, jiwa Ketuhanan (goddelijk heids inden mens).
Dari jiwa Ketuhanan itu akan memancarkan sifat sifat terpuji, perikemanusiaan (humaniteit) kepribadian dan kebajikan (ethica) rasa cinta kcpada sesamanya (liefdadigheid), keadilan (rechtvardigheid) kesusilaan (moral) dan rasa keindahan (aesthetica)
Sifat sifat yang demikian yaitu menjadi alat pendorong (stuwkracht dan dinamisch motif) untuk mengatasi setiap negara sebagaimana telah dialami masyarakat Arab dibawah pimpinan Rasulullah saw dengan bimbingan Al Qur’an guna menjadi menyerupai bagi seluruh umat.
Hal itu sebagai sebagaimana difirmankan Yang Mahakuasa Azza wa Jalla
“Sesungguhnya Aku telah nyatakan bermacam perumpamaan (ibarat) didalam al Qur’an ini kepada manusia, akan tetapi senantiasa mereka memhantah. ” (al Qur’an surat al Kahfi ayat: 54)


17.I’TIKAF DAN TAFAKKUR
Firman Allah:
“Dan janganlah kau melaksanakan hubungan kelamin dengan isteri isterimu di waktu kau sedang ber’itikaf di dalam masjid ” (AI Baqarah ayat 187)
Definisi i’tikaf ialah berdiam (bertafakkur, bermeditasi) untuk sementara waktu di dalam masjid, daerah tempat ibadah disertai dengan puasa, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.:
“Tidak ada i’tikaf melainkan dengan berpuasa. “
Maka berpuasa yaitu syaratnya: i’tikaf menurut keterangan Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hambal menyatakan bahwa berpuasa menjadi syaratnya i’tikaf. Diutamakan ber i’tikaf pada sepertiga yang terakhir di dalam bulan Ramadhan, berdasarkan contoh dari Rasulullah saw, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Siti Aisyah:
“Nabi saw ber itikaf pada sepuluh hari yang terakhir di dalam bulan Ramadhan sehinggabeliau diwafatkan oleh Allah. Kemudian ber¬i’tikaf isteri isteri dia “
Untuk kaum wanita yang ber i’tikaf tentunya di dalam masjid di daerah khusus untuk wanita Maksud ber i’tikaf umumnya mengharapkan untuk berjumpa dengan Lailatul Qadar. Seorang yang ber’i’tikaf tidak dibenarkan keluar dari masjid melainkan karena hajat biasa dan minat syar’iyah misalnya: hajat biasa. membuang hajat kecil dan buang air besar. haid, mandi kalau ihtilaam, mengambil air wudlu dan semacamnya.
Untuk menemukan atau mendapatkan peristiwa Lailatul Qadar (turunnya Malaikat), tidaklah mudah. Oleh karenanya diharapkan ber’itikaf, yakni mengasingkan diri dari masyarakat ramai dan membanyakkan shalat sunnah disamping shalat wajib, bertasbih dan bertahmid semoga pikiran dapat dipanjatkan ke taraf mutmainnah (religius intinct) sehingga daya daya pikiran berubah menjadi butir butir zat mutlak untuk dipanjatkan menuju Yang Maha Mutlak (Allah SWT).
Firman Allah
“Wahai nafsu mutmainnah hendaklah engkau kembali kepada Tuhanmu dengan ridla dan diridlai dan hendahlah engkau masuk golongan HambaKu yang shaleh, kemudian masuklah ke dalam surgaKu. ” (al Fajr ayat 27, 28, 29 dart 30)
Diwaktu bertafakkur maka urat syaraf tidak lagi mendapatkan impuls listrik yang datang dari pancaindera. Karena pancaindera telah tertutup semuanya tidak mendapatkan tuntunan yang bersifat material, yakni tidak mendapatkan rangsangan dari luar/tubuh jasmani, sehingga daya daya ini menjadi otonom dan lambat laun memasuki alam yang immaterial yang menimbulkan pikiran yang normatif, pikiran yang abstrakeerend (anima abstractiva). Yang merupakan syarat utama untuk memasuki alam Tuhan, alam Wahdaniyah, yaitu daya daya pikiran yang berfungsi intuitief. Makara daya daya listrik hidup dalam potensi, lalu berlangsung proses ulangan system of relays yang melepaskan elektron hidup (bio electronen).
Sebagaimana juga daya listrik pada setiap benda pengantar daya listrik (electrische geleider) merupakan daya dalam potensi. Apabila daya listrik tadi mengatur di dalam kawat, maka disekitar kawat itu segera timbul medan daya magnet (magnetische krachtveld). berdasarkan hukum penarik sumbat.
Dalam keadaan bertafakkur dari bias meditasi dan kontemplasi, otak tidak bekerja lagi, karena daya bio electronen yang berada dalam otak telah tertumpah mengalir ke dalam ruang budhi (de geestelijke kracht) yang menjelmakan menjadi sinar rohani (meta energi). Kalau khusuk dalam tafakkur, maka meta energinya pun akan mempunyai antena yang tinggi.
Antena yang rendah walaupun dapat menangkap suara, tetapi bunyinya terganggu atau feeding, akan tetapi antena yang tinggi akan menangkap bunyi yang terang terperinci dari alat penyiar radio (radio zinsder).
Demikian juga meta energi yang tinggi yang mencapai taraf “mutmainnah” (zule vreede) mempunyai daya tembus luar biasa yang dapat dipancarkan ke alam jagat raya. Dalam kitab “We onbekende Mensch ontaarding of vernienwing”, hal 318, oleh dr. Alexis Carrel, menyebutkan: “ziyn guest omvat met be hull) van mathematishe abstractics zowel de electronen als de sterren “, artinya: “Rohaninya yang mutlak dengan perhitungan dapat mendekati electron electron maupun bintang bintang”. Maka, disaat bertafakkur itu benar benar sadar atas dirinya dan kesadaran terhadap Yang Maha Kuasa (Allah).
Sehingga terpancarlah kesadaran batinnya, bahwa yang dinamakan insan yaitu rohaninya, sebagaimana juga disebutkan dalam kitab “Leber das Wesen und den ursprung des Menschen”, hal 21 oleh Shoseki Kaneko: “In Ganzheid in Allheid ist der Menscherst wirklicht er selbst”, artinya: “Pada kesimpulannya maka insan menyadari atas pribadinya”.
Jadi kesimpulannya mereka sendiri ber i’tikaf dengan bertafakkur akan menimbulkan:
1. Kesadaran atas diri sendiri yang bersifat jasmani (het lichamelijk zielbewustzijn).
2. Kesadaran atas diri sendiri yang bersifat rohani (het psychisch ziel berwutzijn). Kedua ksadaran tersebut sebagai totalitas yang dinamakan “het zuiverzielfbewust zijn” ialah kesadaran yang murni.
3. Kesadaran jagat (het cosmesche berwustzijn).
Berkumpulnya tiga kesadaran ini dinamakan Roh Rabbani (aetheris lichaam) yakni sinar Yang Mahakuasa memancar kepada pribadi orang yang bertafakkur. Dalam kitab: “De Religie Vanden Islam” hal. 127 oleh Maulana Muhammad Ali M.A.L.L.B., menyebutkan: “Roh Rabbani berasal dari suku kata Robb, berarti pencipta dari segala yang maujud dari yang menyempurnakan.”
Di waktu sinar Yang Mahakuasa memancar ke dalam pribadinya, maka disaat itulah yang ber’i’tikaf dan bertafakkur mendapatkan “Nurullah” (het goddelijke in denmens). Yang dipantulkan ke alam Malaikat sebagai zat pembawa Nurullah atas pribadi orang tersebut, berupa intuisi (ilham, lah dunni, kasyaf), baik yang “Infra” maupun yang “Supra”. Serangkaian tatanan integral dalam munajat Khalwat dan madhah sebagai titian menelusuri titik sumber yang tanpa batas. Berupa petunjuk sesuai dengan yang diniatkan/dihajatkan semua orang yang ber i’tikaf, inilah yang disebut “Malam Lailatul Qadar”.
Firman Yang Mahakuasa Azza wa Jalla
“Allah mengaruniakan rahmat (shalawat) atasmu beserta para MalaikatNya untuk melenyapkan gelap menjadi terang benderang atasmu Dan Yang Mahakuasa pengasih atas mereka yang beriman. Ucapan mereka tatkala menemui Alam Wahdaniyah (A Halt): “Selamat Yang Mahakuasa menyediakan atasmu pahala yang besar (mulia). ” (Al. Ahzab ayat 43, 44)
18.LAILATUL QADAR
“Sesungguhnya Aku (Allah) turunkan al Qur’an di malam “Lailatul Qadar “. Tahukah engkau apakah bersama-sama Lailatul Qadar itu. Lailatul Qadar yaitu lebih baik dari pada 1.000 (seribu) bulan. Di malam itulah turun para malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhan mereka untuk segala urusan sejahtera pada malam itu hingga fajar menyingsing. ” (AI Qur’an surat al Qadar ayat 1 5)
Di ayat tersebut Yang Mahakuasa menerangkan bahwa “Lailatul Qadar”, lebih baik (utama) dari 1000 (seribu) bulan, marilah kita coba analisa kandungan dalam ayat tersebut.
Dalam “Kentering van het Westelijk Wereldbeeld”, hal 76, oleh J. Gebeer, menyebutkan bahwa kecepatan sinar ruhani (meta energi) menurut ilmu Metafisika adalah: 30.000.000.000.000.000 km per detik (tiga puluh Quadrillion km per detik). Sedangkan di dalam Fisika kecepatan sinar biasa adalah: 300.000 km per detik.
1. Kecepatan sinar menurut Fisika
Setiap detiknya: 300.000 km.
Satu menit : 300.000 x 60 = 18.000.000 km .
Sehari Semalam: 108.000.000×24=25920.000.000 km
Satu bulan: 25920.000.000 x 30 hari = 777. 600.000 km.
Seribu bulan: 777.600.000×1000 = 777.700.000.000.000 km
Yang tersebut diatas ialah kecepatan sinar biasa dalam fisika dalam 1000 (seribu) bulan.
2. Kecepatan sinar Ruhani, (meta energi) dalam Ilmu metafisika
Sinar Ruhani setiap detiknya:
30.000.000.000.000.000 km. Kalau sinar biasa dalam 1000 (seribu) bulan mempunyai kecepatan 777.600.000.000.000 km. Maka sinar ruhani dalam satu detik bila dibandingkan dengan kecepatan sinar biasa masih ada kelebihan : 30.000.000.000.000 km 777.600.000.000 km = 29.222.400.000.000 km atau = 37, 627 bulan, 9 hari, 10 jam, 39 detik 21,6 detik.
Jadi jelaslah di dalam al Qur’an tersebut dinyatakan bahwa “Lailatul Qadar” itu lebih balk (utama) daripada 1000 (Seribu) bulan. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa mereka yang ber i’tikaf dan bertafakkur dibulan bulan rahmat benar penar lebih baik daripada seribu bulan.
Karenanya tidak mustahil bila orang yang ber i’tikaf dan bertaffakkur dalam bulan bulan rahmat dapat menjumpai sinar Malaikat, sehingga dapat menyaksikan peristiwa di alam gaib, hakikat semesta alam yang mengandung ilmu pengetahuan baik yang berujud intuisi “baik” yang infra maupun yang supra intelektual.
Filsafah dan ilmu pesan tersirat (de absolute waarheid), ialah tingkat kesarjanaan yang dikaruniai eksklusif dari Yang Mahakuasa SWT yang oleh hebat filsafat dinamai: intelek Ketuhanan, orang yang dikaruniai intuisi eksklusif (directe aanschouwing).
Lalu kalau kita cermati surat al Ma’arij, ayat 4 yang artinya:
“Malaikat dan Jibril naik padaNya (menghadap Allah) pada hari yang ukurannya lima puluh ribu tahun. “
Jadi Jika Malaikat bergerak dalam satu hari, sama dengan insan mengelilingi jagat raya selama 50.000 tahun. Sementara ada rekayasa perhitungan Ir. Sahri Muhammad, bahwa kecepatan Malaikat 2.816.358 kali kecepatan cahaya, hampir 10 juta km/detik. Kita mafhurn mereka yaitu dalam roh, yang tak bisa dilakukan dengan alat teknologi apapun.
Di dalam mencari Lailatul Qadar ini Rasulullah bersikap sangat arif. Bukan untuk nyepi dipuncak gunung, tempat-tempat keramat atau kegua gua. Melainkan umatnya disuruh mencari dengan banyak bertaubat., membaca Al-Qur’an, dzikir dan ber i’tikaf di masjid.
“Sesungguhnya Nabi Muhammad saw. tatkala sudah masuk malam kesepuluh (dari bulan Ramadan) dia bangun diwaktu malam dan membungunkun isteri dia serta mengencangkan kainnnya. (Hadis Bukhari, Muslim dari Aisyah ra)
Begitulah contoh teludan Nabi yang maksum, dijamin terjauh dari berbuat dosa, untuk diikuti umatnya. Bangun beribadah di kala malam hening, bermunajat kehadirat Yang Mahakuasa Rabbul Izzati seraya meratapi alur dosa perbuatannya yang khilaf kepadaNya, merupakan tanda keprihatinan yang paling dalam, sekaligus mengemban tanggungjawab yang diamanatkan sebagai khalifah dibumi.
Malam kekuasaan Yang Mahakuasa dan malam kemuliaan yang dilimpahkan Yang Mahakuasa kepada alam dan manusia, Salah satu sunnah yang dianjurkan untuk orang menunaikan ibadah puasa Ramadan, selain taubatan nasuha dan ber i’tikaf di masjid, ialah membaca Al Qur’an dengan tartil dan tertib.
Lantaran itu pula kaum Muslimin Indonesia merasa berbahagia dan bersyukur kepada Yang Mahakuasa SWT, yang telah menurunkan Wahyu Al Qur’an pada tanggal 17 bulan rahmat dimalam Lailatul Qadar.
Dengan demikian kita dapat hidup mendapatkan cahaya hidayah dari Yang Mahakuasa guna kebahagiaan lahir dan bathin, di dunia dan akhirat.
19.FITRAH KEMENANGAN UMAT
Betapa rasa syukur dan bahagia, setelah satu proses hidup mendahului hari ini. Di bulan ramadan yang penuh berkah, sebulan lamanya kita melaksanakan ibadah puasa dan segala amalannya. Terasa nikmat bagi mereka yang melaksanakan puasa dengan bagus, lalu bergayut lebih dalam lagi, syukur tiada tara, dihari pengembalian fitrah insani, Idul Fitri sungguh bahagia.
Idul Fitri bermakna hari raya Fitrah yang, juga berarti kembali kepada asal kejadian insan yang suci. Islam mengajarkan bahwa insan dilahirkan sama, dia suci tak terbesit dosa. Namun sejauh itu, insan tak tetap menjadi bayi yang renyah gelak sembari tidur, karena harus tumbuh meningkat remaja dan suatu ketika menjadi bau tanah bangka. Hakikat Idul Fitri secara harfiah bermakna kembali kepada fitrah insani, hari raya fitrah. Lalu arti fitrah sendiri, sedikitnya memiliki empat arti. Yaitu berbuka, kesucian, kejadian, asli dan agama Islam. Pelatihan akbar selama Ramadan, kalau kita menghitung-hitung amalan yang ditunaikan dan berhasil membersihkan jiwa dari segala dosa, maka yang tinggal yaitu jiwa yang asli, terjauh dari pencemaran. Jiwa asli itulah sosok dari kejadian asli insan yang dikehendaki AI Khaliq.
Sebenarnya dihari yang rupawan dan syahdu ini, sebagai perenungan hakiki bagi pengenalan din, dipertanyakan dari mana kita datang dan akan kamana kelak?. Maka sejenak timbullah dibenak setiap muslim atau keyakinan, bahwa kita dan segala perpautan daur hidup dan kehidupan jagat raya ini, apakah pangkal, kekayaan, harta dan sebagainya, bukanlah milik kita. Sungguh rupawan kalau kita kenang makna hakikat hidup dan arti mati. Karena hanya inilah yang menjadi pokok kisah dihari ini Idul Fitri dan kapan juapun bagi manusia. Itulah sebabnya led disebutkan sebagai hari persinggahan para musafir dalam menempuh perjalanan yang tak bisa mencerna batas tepinya.
Barangkali insan dapat bercerita perihal ladang dunianya dan jenisnya sendiri mungkin ia berkata indah, atau jelek, baik atau jahat. Masing-¬masing berpulang pada tanggapan nuraninya. Idul Fitri menampakkan perpaduan antara lain spiritual dan Ibadah dengan suasana suka cita, gembira serta kemewahan. Tak ubahnya cerah ceria, karena berhasil menunaikan peran agamanya dibulan Ramadan, dengan rujukan harapan amal kebajikan benar benar, Imanan Wahtisaban dan tentunya setiap muslim serta merta tahmid dimana saja mereka berada, kecuali daerah yang dipandang hina.
Agaknya semakin lengkaplah ibadah kita, apabila muslim melaksanakan ibadah puasa, tarwih serta amalan terpuji lainnya, kemudian menunaikan zakat. Dalam surat Al Baqarah ayat 43 disebutkan yang artinya:
“Dan dirikanlah shalat dan keluarkanlah zakat, dan tundukkanlah beserta orang orang yang tunduk”
Memang ibadah shalat menjauhkan dari perbuatan sesat dan mungkar, puasa memang menjadi humanis yang penuh taqwa. Shalat dan zakat selalu dikaitkan untuk menempa keimanan seseorang. Sebab belum tepat doktrin seseorang kalau hanya melihat dari aspek kepentingan dirinva saja. hidup bermasyarakat maka sudah sewajarnya selain hubungan dengan AI Khaliq, juga hubungan sesama insan dan alam semesta harus ada korelasi dan interaksi yang positif selama puasa kita dituntun untuk lebih asih, terutama kepada yang lemah fakir miskin dan papa.
Alangkah bahagianya kalau kita tergolong berkecukupan yang bisa menunjukkan memberikan sebagian rezeki Yang Mahakuasa kepada mereka yang membutuhkan dihari Idulfitri mulia ini. Dalam suatu hadist yang berbunyi:
“Semua makhluk yaitu tanggungan Allah, dan yang paling dicintai Yang Mahakuasa ialah yang paling bermanfaat bagi sesama”
Zakat bisa menjembatani jurang pemisah antara yang bisa dan yang kurang mampu. Esensi Idul Fitri memiliki nilai spiritual tinggi, menempatkan insan makhluk religius, mahluk sosial dan makhluk termulia
Berpangkal dari unsur fitrah manusia, ia memiliki jenis dan martabat kemanusiaan. Dan bagi kita umat Islam, taqwa kepada Yang Mahakuasa melahirkan rasa persaudaraan yang universal diantara umat manusia. Di hari Fitri akan lebih membajakan
jiwa keagamaan ukhuwah Islamiyah, sehingga akan menumbuh-suburkan semangat persaudaraan, kesatuan dan persatuan antara sesama anggota masyarakat, lantas memacu membangun lebih agresif lagi. Idul Fitri merupakan titik tolak, karena merupakan kesempatan yang paling bagus untuk melaksanakan perbuatan yang mulia dan luhur.

DAFTAR PUSTAKA
1. Der Mensch Gezund un Krank DR. Fritz Khant
2. Ihya Ulumuddin al Ghazali
3. Uber deas Wesen and den Ursprung des Menschen
4. Shoeseki Kaneko
5. Memahami aspek pedoman Islam PROF. DR. Mukti Ali
6. Manusia dengan atomnya DR. Paryana Suryadipura
7. The New World of Islam DR. Lord Stoddart
8. Hero is a Prophet Thomas Carlyle
9. The Law Quartely Prof Vaswani
10. New Internationale Encyclopaedic
11. Encyclopaedia Britannica
12. Ottasen’s Eenvoudige Wereld Gcschidemis .
13. DR. Kernkamf
14. DR. Alexis Carrel



lainnya 1857200781146959321

Posting Komentar

emo-but-icon

Beranda item

Popular Posts