Loading...

085749607473 Jual Peci Kopiah Songkok Dzat Mutlak



Bottom of Form
Top of Form

DZAT MUTLAK

A. Dzat Mutlak bersifat Esa
Dzat Mutlak yang bersifat Esa tidak mungkin yakni sebagai ciptaan Tuhan yang keberadaannya disamping Tuhan, oleh karena dengan sendirinya akan hilang KeEsaan Tuhan itu sendiri, maka dari itu Dzat Mutlak yakni Dzat Mutlak, yaitu tiada duanya, Esa yang berarti satu-satunya, TUHAN. Dzat Mutlaknya Tuhan yakni alasannya yakni pertama dari semua keadaan dan kejadian. Wujud yang tak memiliki alasannya yakni sendiri.

Benda yang masih dapat disaksikan secara kasat mata yakni merupakan benda NYATA. Sementara yang sudah berujud molekul yang tak lagi dapat disaksikan dengan mata telanjang namun masih dapat dilihat dengan menggunakan alat, mirip mikroskop misalnya, dapat disebut sebagai benda THEORETIST karena cukup bukti bahwa mereka itu ada. Sementara kalau kita melihat kapal bisa bergerak karena tiupan angin pada layarnya berhasil mengarungi samudera nan luas, maka hal ini dapat disebut sebagai HYPOTHESIC karena kita tak dapat bisa melihat warna angin dan juga warna air samudera, hanya keadaan menurut duga dan prasangka mesti banyak ilmu yang membahasnya disana.

Sementara DZAT MUTLAK hukumnya yakni wajib ada karena tidak akan mungkin ada kejadian atau keadaan apabila tak ada yang menjadikannya pangkal kejadian tersebut. Sebabnya tentu tidak lain yakni Yang Maha Pertama. Benda-benda paling kecil yang masih dapat dilihat dengan mata kepala, memiliki garis tengah dari beberapa mikron (1 mikron = 0,001 milimeter).

Electron-electron tidak mungkin dapat ditangkap dengan alat penglihatan apapun karena sangat kecil, jauh berjuta-juta lebih kecil dibanding molekul dan atau atom tersebut diatas. mempunyai garis tengah yang berbeda-beda tergantung dari jenisnya, akan tetapi ukurannya pasti juga sangat kecil. Sementara Dzat Mutlak tersusun oleh titik- titik yang tak memiliki bagian.

Dari keterangan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tiap keadaan yang memiliki bagian, sekecil apapun bentuknya pasti masih dapat diperbesar dengan alat (mikroskop). Definisi tersebut juga dapat dibalik bahwa Tiap keadaan yang masih dapat diperbesar dengan alat (mikroskop) itu berarti bahwa keadaan tersebut memiliki bagian. Kesimpulannya adalah, bahwa titik yang tidak mempunyai episode tidak akan mungkin dapat diperbesar dengan menggunakan alat pembesar apapun. Titik yang demikian yakni titik takterhingga kecilnya dan tak akan dapat dilihat dan dibuktikan oleh kita insan ini. Tasawuf Islam menamakan demikian dengan sebutan “Noqtah Ghaib” (titik tersembunyi), atau juga sering dinamakan sebagai Djauhar Awal yang bisa dimaknai sebagai keadaan yang sangat halus sebagai awal dari semua kejadian (Jawa: Purwaning Dumadi ), dinamakan juga sebagai Djauhar simpulan (kepada Siapa semua yang positif dapat kembali) Oleh alasannya yakni Noqtah Ghaib tidak dapat disaksikan oleh kita umat insan dengan menggunakan alat dan cara apapun jua, maka Noqtah Ghaib bisa disebut sebagai sesuatu yang Nafi (Negative).

Lambang nafi yakni 0 (angka nol), mengandung arti bahwa sesuatu yang tak terhingga kecilnya, sedangkan Maha-ruangan yang terisi penuh dengan titik-titik yang tak terhingga kecilnya dan tak memiliki batas (bisa dikatakan sebagai tak terhingga besarnya) diberikan lambang ∞ (tak terhingga).


B. Tak terhingga kecilnya & Tak terbatas besarnya
Tak ada satupun lambang dari ilmu matematika (hitung) terdapat dialam. Tidak pernah lambang-lambang ini karena bertaburan diangkasa. Angka enol hingga dengan sembilan, sinus, cosinus, tangen, cotangen, diferensial dan integral, skalar dan vektor, dan lain sebagainya. Tak ada bertebaran lambang-lambang tersebut diambilnya awal dari alam. Selain itu lambang – lambang tersebut tak dapat diubah-ubah lagi.Tetap dan abadi, benar dan pasti, tak hanya asal berdasarkan tangkapan panca indera. Sehubungan dengan hal tersebut Agustinus pernah mengatakan bahwa paham-paham matematika sebagaimana balasan wacana Yang Maha Tinggi yakni diatas daya pikir otak, Ratio (Buddhi). Untuk pembuktian wacana adanya Tuhan dengan pasti dan lebih pada tempatnya ialah pada ketika kita menggunakan paham ilmu matematika ini. Seperti telah dibuktikan semua keadaan berasal dari Dzat Mutlak yang tiada lain yakni wujud dari Tuhan itu sendiri.

Sudah di tuliskan sebelumnya bahwa Dzat Mutlak terdiri dari dari titik-titik yang tak memiliki bagian, dan oleh akhirnya merupakan titik-titik yang tak terhingga kecilnya berlambangkan angka enol (0), sedangkan jumlah dari titik yang mengisipenuh seluruh ruangan diberikan tanda tak terhingga (∞). Dengan lambang tersebut dapat kita buktikan berdasarkan ilmu matematika, bahwa keadaan dari butir aether hingga dengan semesta alam ini, tersusun oleh titik-titik yang tidak memiliki episode itu tadi. Sebagai rujukan suatu keadaan kita berikan angka dua (2). Apabila angka dua tersebut kita bagi dengan angka pembagi yang semakin lama semakin mengecil hingga dengan angka pembagi terkecilnya yakni angka enol (0), maka yang akan diperoleh yakni hasil dua(2). Ilustrasinya yakni sebagai berikut:

2 : 3 = 2/3
2 : 2 = 1
2 : 1/2 = 4
2 : 1/1 000 000 = 2 000 000
2 : 0 = ∞
Pada perbandingan diatas dapat kita lihat bahwa semakin kecil pembaginya , maka akan diperoleh hasil bagi yang semakin besar. Angka enol disini merupakan lambang dari sesuatu yang paling kecil. Apabila dua suku dari perbandingan yang terakhir tadi kita gandakan dengan nol, maka kita akan memperoleh:
0 x (2 : 0) = 0x ∞ 2 = 0x ∞
Di kiaskan atas keadaan berarti bahwa tiap- tiap keadaan tersusun oleh titik-titik dari Dzat Mutlakyang tak memiliki episode dan tak terhingga banyaknya. Ruangan yang tak berbatas terisi penuh dengan Dzat Mutlak . Oleh alasannya yakni itu sebelum Tuhan mengadakan segala sesuatunya menjadi ada. Maha Ruangan isi bukankah telah di isi oleh Tuhan Yang Maha Esa semata…?!! Dapat dikatakan dengan bahasa lain, bahwa Ruangan yang demikian juga bisa dinamakan Samudera Tauhid Yang Tak Berpantai. Siapa yang terapung-apung didalam Samudera ini tak boleh memungkiri wacana paham adanya Tuhan. Kepercayaannya hanya satu ialah percaya wacana adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai alasannya yakni pertama dari adanya semua yang ada.

Manusia tersusun dari beberapa alat badan yang sering disebut sebagai Organ, dan alat- alat badan ini tersusun dari jaringan-jaringan, Sementara jaringan-jaringan itu sendiri terdiri dari sel-sel yang terbagi lagi kedalam molekul-molekul. Kedalam episode molekul masih bisa kita dapatkan beberapa episode atom yang didalamnya terdiri dari beberapa episode proton, electron serta neutron yang mengandung unsur butir-butir aether dan terakhir setelah itu episode terkecilnya yakni jasad-jasad paling kecil yang tak bisa terbagi lagi dalam penglihatan kita umat manusia. Nah, titik-titik Dzat yang tak memiliki episode ini mungkin sama dengan apa yang dimaksud dalam Tasawuf Islam dengan Noqtah Ghaib atau lebih dikenal dengan sebutan Djauhar Awal. Atau juga bisa dikatakan sebagai absolute subtantie.

C. Hakekat Dzat Mutlak
Hakekat dari Noqtah Ghaib dan Dzat Mutlak Jasad-jasad yang terkecil namun masih bisa dilihat oleh kasat mata dapat kita peroleh dengan cara menumbuk atau menghancurkan bermacam keadaan benda yang keras baik itu secara mekanik ataupun manual. Butir-butir dan bulir-bulir kecil ini serba ganda jenisnya, sama banyaknya dengan keadaan didalam dunia kita. Keadaan tersebut disebut Pluralistis. Demikian pula mirip keadaan molekul-molekul yang terdiri dari bebrapa banyaknya atom tersebut diatas juga dinamakan sebagai keadaan Pluralitas.Bagian-bagian atom terdiri dari tiga jenis jasad-jasad kecil, Proton Electron dan Neutron yang masing-masing memiliki muatan Positive Negative dan Neutral. Jadi, bagian- episode dari atom tersebut selalu serba tiga.

Elektron-elektron yang bergerak dengan kecepatan 100.000km/detik, akan berubah menjadi gelombang sinar yang bagian- bagiannya dinamakan Photon-photon tergantung dari panjangnya gelombang. Gelombang sinar ini bermetamorfosis sebagai sinar berwarna. Sedangkan runtuhan Photon dinamakan Aether. Aether selain menjadi materi photon-photon juga menjadi bahan-bahan Electron yang bermuatan negative dan Proton yang muatannya Positive, Sedangkan Neutron yakni proton yang kehilangan muatan positive. Sehubungan dengan hal tersebut maka bahwasanya atom terdiri dari dua episode yaitu Proton dan Elektron. Sedangkan Neutron mula-mulanya juga proton. Dengan keterangan ini maka bahwasanya dapat ditarik kesimpulan bahwa aether bahwasanya hanya ada dua jenis, yaitu aether yang menyusun Proton dan aether yang menyusun elektron. Untuk itu aether selalu serba dua (dualistic).

Menurut Einstein, alam semesta yang terbatas dan mempunyai bentuk bundar terdiri dari bulatan aether yang serba dua ini. Karena semesta alam mempunyai batas dan bentuk, denga sendirinya beliau bukan Tuhan.Pun untuk membentuk alam semesta ini Tuhan harus menggunakan bahan, dengan lain-lain kata butir-butir aether.Dengan kata lain butir-butir Aether dapat dibagi-bagi kedalam bahan-bahannya.Oleh karena aether sudah merupakan keadaan yang serba dua, maka aether harus terdiri dari butir-butir yang terakhir, oleh karena diatas aether tidak ada lagi ciptaan Tuhan. Butir-butir yang terakhir berarti yakni butir-butir yang tak dapat dibagi-bagii lagi, yaitu butir butir yang tak mempunyai bagian, jumlahnya dinamakan Dzat Mutlak (Absolute Substantie) atau intisari dari segala yang ada.

Dzat Mutlak meskipun kita tak bisa buktikan dengan jalan apapun jua, namun keberadaannya tak bisa disangkal karena semua keadaan yang nampak ini harus ada materialnya sebagai dasar pembikinannya. Pikiran insan tidak akan pernah merasa puas apabila semua keadaan tidak terjadi dari satu materi saja. Aether yang terdiri dari titik-titik Dzat Mutlak kehilangan dua tujuannya dan menjadi materi dari semua keadaan yang adanya hanya satu, ialah Dzat Mutlak yang serba Esa(Monistis).

Keadaan aether sebelum runtuh menjadi Dzat mutlak bisa diibaratkan sebagai dua gelas yang terbuat dari satu macam bahan tetapi bentuknya berbeda karena berlainan tujuan pembentukan dalam penggunaannya,misalnya yang satu untuk tempat/vas bunga dan yang satunya lagi digunakan sebagai sarana daerah air minum kita. Apabila kedua alat ini kita remukkan bersama hingga berujud bubuk, maka kita tak akan bisa membedakan lagi pecahan- pecahannya. Dengan kata lain dapat di jelaskan bahwa dua gelas tadi telah kehilangan tujuannya dan menjadi pecahan- pecahan gelas satu rupa sejenis dan sama sifatnya. Keadaan demikian bukankah juga dinamakan sebagai keadaan serba Satu atau serba Esa. Bukankah Sifat Tuhan juga Esa..? Tak ada yang menyerupai ke Esa annya oleh karena Ke Esa an Tuhan dengan sendirinya akan lenyap kecuali yang dianggap Esa tadi merupakan episode dari Ciptaan Tuhan. Sebab kalau bisa kita telaah semua yang diciptakanNYA selalu terdiri dari dua keadaan yang berlawanan, mirip aether sebagai keadaan pertama CiptaanNYA pun serba dua sifat dan jenisnya.

Maha Suci Yang Mahakuasa yang menyebabkan semuanya berpasang-pasangan, yaitu apa- apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan diri mereka sendiri, dan apa-apa yang tidak mereka ketahui.(QS.Yasiin:36)


lainnya 3217031868538527136

Posting Komentar

emo-but-icon

Beranda item

Popular Posts