Loading...

085749607473 Jual Peci Kopiah Songkok BENARKAH ANDA MEYAKINI ALLAH?



Kadang kita perlu mengubah kalimat pertanyaan untuk meng-crosscheck keyakinan kita. Supaya dapat sudut pandang yang berbeda. Dan lantas yakin bahwa kita benar-benar yakin akan suatu masalah. Dalam hal ini terkait dengan pertanyaan di sesi sebelum ini:
Apakah Anda termasuk dalam kategori orang yang beriman?"

Jawaban“iya” yang aku sampaikan atas pertanyaan itu ternyata masih dianggap sebagai sebuah kesombongan. Adalah sombong, orang-orang yang memasukkan dirinya sendiri ke dalam golongan orang-orang beriman. Karena itu, aku merasa perlu membahas dan menegaskan kembali soal ini dengan sudut pandang yang berbeda. Agar tidak terjadi mispersepsi dan misleading dalam memahaminya.

“Apakah Anda meyakini Keberadaan Allah?”
Bagaimana Anda menjawab pertanyaan ini?
Kalau pertanyaan itu diarahkan kepada saya, maka aku akan menjawabnya dengan mantap: “tentu, sangat yakin!” Dengan kata lain, aku “sangat beriman” atas eksistensi Allah.
Lantas, apakah aku akan “dinilai sombong” dengan tanggapan ini? Sehingga, aku sebaiknya mengatakan saja: “hanya Tuhan yang tahu”? Bagaimana menurut Anda?

Iman yaitu komitmen. Maka, dikala aku mengatakan bahwa aku beriman kepada Allah, itu yaitu akad aku untuk menyebabkan Tuhan sebagai Tuhan satu-satunya dalam kehidupan saya. Tentu yang demikian ini bukan “sombong”. Melainkan “ikrar” untuk memasuki dan menjalani agama ini dengan benar.

Tanpa ikrar ini, proses keberagamaan kita menjadi kehilangan arah. Tidak ada komitmen. Bersyahadat yaitu berkomitmen: hanya menuhankan Tuhan sebagai satu-satunya Tuhan, dan menyebabkan Rasulullah sebagai pola kehidupan. Itu artinya kita beriman kepada Tuhan dan Rasul-Nya. Lantas, apakah seseorang dikatakan “sombong” dikala menyatakan diri: “saya beriman kepada Tuhan dan Rasul-Nya?”

Ketika kita sudah berkomitmen menyerupai ini, maka dengan sendirinya kita sudah termasuk dalam barisan orang-orang yang beriman. Jadi, sekarang apakah tanggapan Anda dikala diberi pertanyaan: “Apakah Anda termasuk golongan orang-orang yang beriman?”

Mudah-mudahan jawabannya kini sudah lebih mantap: “Ya, aku termasuk dalam barisan orang-orang yang beriman”. Beriman kepada Allah. Beriman kepada Rasulullah. Beriman kepada para malaikat-Nya. Beriman kepada kitab-kitab-Nya. Beriman kepada Takdir. Dan beriman kepada hari Akhir. Alhamdulillah, kini Anda sudah termasuk ke dalaman golongan orang-orang yang beriman..

Itulah justru yang dikehendaki oleh Allah.

Qs. Al Baqarah (2) : 136
“(Hai orang-orang mukmin) katakanlah:"Kami beriman kepada Tuhan dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.”.

Qs. Al Baqarah (2) : 3-4
“Mereka beriman kepada yang gaib, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka (juga) beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka meyakini akan adanya (kehidupan) akhirat.”

Jadi, sekali lagi, keimanan yaitu komitmen. Dan akad atas keyakinan itulah yang kemudian kita perjuangkan sepanjang hidup. Di dalamnya kita akan mengalami fase-fase keimanan, yang lantas menjadi nilai kita di hadapan Allah.

Memang, “nilai keimanan” itu hanya Tuhan yang tahu. Tetapi, “keimanan” itu sendiri yaitu akad yang harus kita deklarasikan, supaya proses spiritual keagamaan kita memperoleh arah yang jelas. Yang dalam ayat di atas, justru diperintahkan untuk “mengatakan” secara eksplisit, sebagai ikrar dalam beragama.

Bagaimana menurut Anda?

Sumber : http://agusmustofa.com/?page=ngaji&id=19
Diposkan oleh 11.37
lainnya 9051068695611650244

Posting Komentar

emo-but-icon

Beranda item

Popular Posts