Loading...

085749607473 Jual Peci Kopiah Songkok keberadaan ruh - KETIKA RUH BERTEMU DENGAN KUALITAS RUH



KETIKA RUH BERTEMU DENGAN KUALITAS RUH

Ada 13 kali Al Qur’an menyebut wacana ‘Ruh’.
Yang 7 kali untuk menceritakan Ruh pada manusia.
Yang 3 kali menggambarkan Ruh terkait dengan malaikat.
Yang 1 kali untuk menyebut Al Qur’an sebagai Ar ruh.
Dan yang 2 kali menggunakan istilah Ruh dengan makna ‘Rahmat’.

Yang bercerita wacana ruh insan itu terdapat pada ayat-ayat berikut ini:
QS. Al Hijr [15] : 29
Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kau kepadanya dengan bersujud.

QS. Al Anbiyaa [21] : 91
Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh) nya ruh dari Kami dan Kami jadikan beliau dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam.

QS. An Nisa [4] : 171
Wahai Ahli Kitab, janganlah kau melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kau mengatakan terhadap Yang Mahakuasa kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putra Maryam itu, yaitu utusan Yang Mahakuasa dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kau kepada Yang Mahakuasa dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kau mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Yang Mahakuasa Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Yang Mahakuasa dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi yaitu kepunyaan-Nya. Cukuplah Yang Mahakuasa sebagai Pemelihara.

QS. Al Israa [17] : 85
Dan mereka bertanya kepadamu wacana roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kau diberi pengetahuan melainkan sedikit".

QS. As Sajdah [32] : 9
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh (ciptaan) -Nya dan Dia mengakibatkan bagi kau pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kau sedikit sekali bersyukur.

QS. Shaad [38] : 72
Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku; maka hendaklah kau tersungkur dengan bersujud kepadanya".

QS. At Tahriim [66] : 12.
dan Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami; dan beliau membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-kitab-Nya; dan yaitu beliau termasuk orang-orang yang taat. 

Sedangkan yang terkait dengan malaikat yaitu ayat-ayat:
QS. An Naba’ [78] : 38
Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bersaf-saf, mereka tidak berkata-kata kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar.

QS. Maryam [19] : 17
maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia bermetamorfosis di hadapannya (dalam bentuk) insan yang sempurna.

QS. An Nahl [16] : 102
Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Qur'an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar bangga bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".

Yang terkait dengan Al Qur’an

QS. Asy Syura [42] : 52
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu Ruh (Al Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kau tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah kepercayaan itu, tetapi Kami mengakibatkan Al Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan beliau siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kau benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.

Dan yang bermakna ‘rahmat Allah’ diulang dua kali dalam di

QS. 12: 87
Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah gosip wacana Yusuf dan saudaranya dan jangan kau berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".

Maka, secara umum kita bisa memperoleh kesimpulan yang cukup menarik dari ayat-ayat tersebut di atas, dengan ringkasan sebagai berikut.

1.   Yang Mahakuasa tidak pernah menggunakan kata ‘menciptakan’ Ruh. Melainkan eksklusif menggunakan kata ganti kepemilikan terhadap Ruh: Ruuhii (Ruh-Ku), Ruuhina (Ruh-Kami), dan Ruuhihi (Ruh-Nya), yang kemudian ditiupkan kepada manusia, sehingga terimbas oleh Sifat-Sifat-Nya.

2.   ‘Firman’ Yang Mahakuasa ternyata disebut dengan istilah Ar Ruh juga. Sayangnya di Al Qur’an keluaran Depag diterjemahkan sebagai ‘wahyu’, sehingga kalimatnya menjadi: ‘…mewahyukan wahyu..’ Padahal aslinya adalah: ‘…auhayna ilaika ruuhan…’ yang mestinya diterjemahkan: ‘… Kami wahyukan kepadamu Ruh (al Qur’an)…’

QS. Asy Syuura (42): 52
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ‘wahyu’ (ruuhan) dengan perintah Kami. Sebelumnya kau tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah kepercayaan itu, tetapi Kami mengakibatkan Al Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan beliau siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kau benar-benar memberi petunjuk (manusia) ke jalan yang lurus.

3.   Sebutan Ar Ruh juga disematkan kepada malaikat Jibril yang memberikan wahyu berupa Firman Yang Mahakuasa (Al Qur’an) yang juga disebut Ar Ruh itu. Sehingga terjadi korelasi yang sangat menarik antara Yang Mahakuasa Sang ‘Pemilik Ruh’ yang mewahyukan Ar Ruh (firman-Nya), lewat malaikat Jibril yang juga disebut Ruh al Quds.

QS. An Nahl (16): 102
Katakanlah: "Ruh al Quds menurunkan Al Qur'an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar bangga bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".

4.   Dan lebih menarik lagi, bahwa di dalam diri insan ada ‘Ar Ruh’ juga. Yakni, Ruh-Nya yang telah dihembuskan ke dalam diri kita sebagai potensi dasar kehidupan, yang membawa Sifat-sfat Ketuhanan. Ruh dalam skala kemanusiaan inilah yang menjadi standar kesucian jiwa manusia. Siapa saja yang bisa mensucikan jiwanya, maka ia telah memproses jiwanya menuju kualitas Ruhiyah. Dan siapa saja mengotori jiwanya dengan dosa-dosa, maka ia sedang menggiring jiwanya ke kualitas badaniyah.

QS. Asy Syams (91): 9-10
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya (ke arah kualitas ruhiyah), dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (ke arah kualitas badaniyah).

5.   Kaprikornus turunnya wahyu Yang Mahakuasa yang berkualitas Ruh (Al Qur’an) itu hanya bisa dibawa oleh Ruh (Jibril), kepada orang-orang yang mensucikan jiwanya menuju kualitas Ruh. Disinilah terjadi kondisi matching antara wahyu – malaikat – insan suci. Ini juga menjadi penegas, bahwa wahyu Yang Mahakuasa yang suci hanya akan turun kepada orang-orang yang mensucikan dirinya saja. Misalnya, para Nabi. Atau, Siti Maryam dikala mensucikan dirinya sehingga didatangi oleh malaikat Jibril dan memberikan kalimat-Nya. Dan dilanjutkan dengan masuknya Ar Ruh ke dalam rahim Siti Maryam.

QS. At Tahrim (66): 12
Dan Maryam puteri Imran yang memelihara kesuciannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari Ruh Kami; dan beliau membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-kitab-Nya; dan yaitu beliau termasuk orang-orang yang taat.

QS. An Nisaa’ (4): 171
Wahai Ahli Kitab, janganlah kau melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kau mengatakan terhadap Yang Mahakuasa kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, `Isa putera Maryam itu, yaitu utusan Yang Mahakuasa dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan Ruh-Nya. Maka berimanlah kau kepada Yang Mahakuasa dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kau mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Yang Mahakuasa Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Yang Mahakuasa dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi yaitu kepunyaan-Nya. Cukuplah Yang Mahakuasa sebagai Pemelihara

6.   Yang juga sangat menarik, istilah Ruh digunakan pula untuk menggambarkan rahmat Allah. Salah satu sifat Yang Mahakuasa yang paling banyak disebut di dalam Al Qur’an, dan kemudian terurai menjadi sifat Rahman dan Rahim, alias Kasih dan Sayang.

QS. Yusuf (12): 87
Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah gosip wacana Yusuf dan saudaranya dan jangan kau berputus asa dari rahmat Allah (ruuhillah). Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah(ruuhillah), melainkan kaum yang ingkar.

7.   Maka, kita bisa merangkum seluruh pemahaman terhadap Ruh itu secara holistik. Bahwa, orang-orang yang ingin bertemu Yang Mahakuasa Sang Pemilik Ruh, bahwasanya telah diberi jalan lewat jalur ‘Ar Ruh’. Yakni, Firman-firman-Nya di dalam Al Qur’an Al Karim. Caranya, yaitu dengan mensucikan Jiwa kita menuju kualitas Ruh yang sudah ada di dalam diri kita terlebih dahulu.

Sucikanlah jiwa dari segala perbuatan dosa, sambil membaca dan memahami Al Qur’an untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Maka Yang Mahakuasa akan mendatangkan malaikat Ruh al Quds untuk memberikan hikmah-hikmah yang terkandung di dalam Firman-firman-Nya, dihunjamkan ke dalam jiwa kita. Inilah yang terjadi pada sebuah malam yang mulia di Bulan Ramadan, yakni Lailatul Qadr, sebagai simbol proses pensucian diri insan ‘mendekati’ kualitas Ruhnya.

Di bulan turunnya al Qur’an itu, orang-orang yang beriman diperintakan untuk berpuasa biar mengalami proses pensucian diri selama sebulan penuh. Sepanjang bulan kita dianjurkan untuk membaca dan menelaah Al Qur’an. Dan khusus di akhir-akhir bulan mulia diintensifkan dengan i’tikaf. Maka, di tamat bulan mulia Yang Mahakuasa akan menurunkan para malaikat yang mengiringi Ar Ruh (Jibril) untuk membawa isi kandungan Ar Ruh (Al Qur’an), kepada jiwa-jiwa suci yang telah mendekati kualitas Ruh di dalam dirinya sendiri. Sehingga bertemulah Sang Ruh dengan jiwa insan yang telah 'mendekati' kualitas Ruh-Nya, dalam skala kemanusiaan. Itulah saat-saat ruh kemanusiaan kita memendarkan Sifat-sifat Ruh Sejati yang penuh kemuliaan..!

QS. Al Qadr (97): 1-7
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kau apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ar Ruh dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan hingga terbit fajar.


BERKOMUNIKASI LEWAT ALAM BAWAH SADAR

PERNAHKAH Anda ‘berbicara’ dengan sahabat Anda lewat alam bawah sadar? Atau lebih tepatnya, 'berkomunikasi' secara bawah sadar. Sebuah komunikasi tanpa kata, tetapi ‘lawan bicara’ Anda mengerti apa yang Anda maksudkan. Saya kira hampir semua kita pernah.

Ada yang berkomunikasi lewat pandangan mata. Ada yang berkomunikasi lewat bahasa tubuh. Bahkan ada yang berkomunikasi tanpa melihat mata ataupun bahasa tubuh, melainkan lewat ‘perasaan’ saja. Saat hal itu terjadi, Anda tidak sedang berkomunikasi menggunakan pikiran sadar yang bertumpu pada nalar dan rasionalitas, melainkan dengan pikiran bawah sadar yang mengandalkan ‘perasaan’.

Ada dua orang sahabat karib yang saling memandang, tiba-tiba tertawa terpingkal-pingkal. Menurut Anda, beliau menggunakan bahasa nalar ataukah bahasa perasaan? Atau, ada seorang kawan akrab bercerita pengalamannya yang menarik, tetapi sebelum selesai menyampaikan, Anda sudah memotongnya, ’’Cukup, cukup, bwahhaha…, Aku sudah mengerti maksudmu..!’’ Menurut Anda itu mekanisme sadar atau bawah sadar?

Saya sendiri sering menyanyikan suatu lagu yang sama dengan yang dinyanyikan isteri, tanpa sengaja. Dalam sebuah perjalanan mengendarai mobil, tiba-tiba saya menyanyikan sebuah lagu favourite saya. Uniknya, dalam waktu sama istri saya juga menyanyikan lagu itu, pada bait yang sama, dengan nada dasar yang sama, bersamaan pula. Menurut Anda itu, mekanisme sadar ataukah bawah sadar?

Kasus begini sangat banyak terjadi di sekitar kita. Bisa antara kawan dekat, antara suami isteri, antara ibu dan anak, antara sepasang kekasih, antara saudara, dan orang-orang yang memiliki kedekatan psikologis. Kenapa ini bisa terjadi? Inilah yang disebut ‘resonansi energial’ itu. Tidak lewat panca indera, lantas ke otak. Melainkan lewat lorong energi antara Jantung-Otak, dan eksklusif ditangkap sistem limbik di otak tengah.

Cara kerjanya jauh lebih cepat dibandingkan dengan kerja pikiran sadar. Jika Anda menggunakan pikiran sadar, maka mekanismenya menjadi begini: sebuah ‘cerita lucu’ didengar oleh telinga, kemudian diubah menjadi gelombang listrik oleh gendang pendengaran dan perangkat pendengaran adegan dalam, lantas diteruskan ke sentra pendengaran di otak. Sinyal listrik di sentra pendengaran itu kemudian disebarkan ke seluruh adegan otak untuk dibandingkan dengan memori wacana ‘kelucuan’. Jika sinyal itu cocok dengan memori lucu yang tersimpan di otak, maka otak memperoleh persepsi ‘lucu’. Dan lantas memerintahkan organ-organ dan kelenjar yang terkait dengan tertawa. Mungkin sambil mengeluarkan air mata, ‘ginjal-ginjal’ alias jingkrak-jingkrak, dan lain sebagainya, dan seterusnya.

Wah, ‘lambat’ sekali..! Apalagi, kalau lantas didahului proses berpikir secara logis-rasional: ‘’ini lucu apa nggak ya secara rasional..?! Atau: ‘’masuk budi nggak ya kalau dongeng ini disebut lucu..?! Dan logis nggak ya, kalau saya tertawa..??!’’ Waduuhh, tambah semakin lambat aja, hhehe..!

Meskipun, itu hanya terjadi dalam orde detik. Tetapi, itu jauh kalah cepat dibandingkan dengan proses bawah sadar yang menggunakan perasaan. Perbandingannya sekitar 200 ribu kali lipat. Pikiran sadar hanya bisa mengolah data maksimum sekitar 10 bit secara bersamaan. Sedangkan alam bawah sadar bisa mengelola data hingga 2 juta bit secara bersamaan.

Mekanisme bawah sadar bekerja secara spontan. Mirip orang yang fobia kecoa, lantas dilempari kecoa. Spontan beliau akan menjerit dan berlari ketakutan. Begitulah cara kerja alam bawah sadar. Nggak pakai mikir, nggak pakai rasio, nggak pakai logika. Yang ada hanya imajinasi dan perasaan yang bersifat ‘emosional’. Negatif maupun positif.

Mekanisme spontan mirip itulah yang terjadi dalam komunikasi perasaan. Atau komunikasi bawah sadar. Pusat mekanisme tidak di permukaan otak, melainkan berada di lorong energi ‘poros otak-jantung’. Kesamaan frekuensi menjadi landasan utama terjadinya komunikasi bawah sadar itu. Cara kerjanya, mirip dengan pemancar radio dengan pesawat radionya.

Jika Anda memutar tombol radio (jenis radio lama), atau searching secara digital (jenis radio baru), maka itu artinya Anda sedang menyamakan frekuensi pesawat radio Anda dengan stasiun pemancar. Ketika frekuensi sudah matching, maka seluruh informasi yang dipancarkan oleh stasiun radio akan hingga ke pesawat radio Anda. Sangat sederhana, bukan..? Kuncinya, hanya pada kesamaan frekuensi, maka terjadilah resonansi.

Ini juga mirip dengan dua gitar yang disetem sama nada-nada senarnya. Jika dua gitar itu didekatkan, lantas dipetik salah satunya, maka gitar yang lain akan ikut bergetar meskipun tidak dipetik. Itulah resonansi alias imbas getaran. Yang demikian ini akan terjadi juga pada alat-alat musik lainnya yang memiliki tabung resonansi, misalnya alat tiup, atau gong, dan semacamnya. Tabung resonansi itu bakal bergetar-getar seiring dengan frekuensi apa saja yang ada di sekitarnya, asalkan frekuensinyamatching.

Begitulah cara kerja lorong energi di poros Otak-Jantung. Yang dengannya seseorang bisa melaksanakan komunikasi bawah sadar. Dengan menggunakan perasaan. Gelombang otak yang kekuatan medan magnetiknya hanya sekitar 10^(-13) Tesla akan menjadi ratusan kali lebih besar lengan berkuasa bila diproyeksikan ke gelombang jantung yang memiliki medan magnet 5^(-11) Tesla. Dengan kata lain, perasaan yang muncul di sistem limbik akan menjadi jauh lebih besar lengan berkuasa ketika bergetar di jantung. Itulah yang kita rasakan sebagai debaran jantung. Gelombangnya bisa kita muati dengan informasi untuk berkomunikasi dengan orang lain, secara telepati. Ataupun makhluk lain.

Pada level Alam Bawah Sadar kita bisa berkomunikasi dengan makhluk berjiwa lainnya. Misalnya dengan binatang atau tumbuhan. Bagi yang tidak punya pengalaman wacana ini, mungkin sulit percaya. Tetapi bagi mereka yang punya hewan peliharaan ataupun hobi bercocok tanam, hal ini sudah biasa. Berkomunikasi dengan mereka, tentu saja, tidak harus dengan bahasa verbal. Tetapi dengan bahasa perasaan.

Suatu ketika, kawan saya ingin mengusir sejumlah ayam yang berkerumun di dekatnya. Ia mengatakan: ‘’Hai ayam, tolong dong kau pergi dari sini..’’. Hhehe, ayam-ayam itu tidak mau pergi..! Apalagi, pakai bahasa Jawa halus: ‘’Nyuwun sewu poro pithik, panjenengan sedoyo dipun aturi enggal-enggal tindak saking mriki..!’’ Wallah, malah ‘krasan’ mereka.. :) Dengan sederhananya, kawan saya yang lain membentak ayam-ayam itu dengan kata: Huussy..hussy..!! Dan semua ayam itu pun pergi berhamburan.

Kebetulan saya di rumah punya peliharaan puluhan ikan koi. Setiap kali saya lewat di akrab kolam, mereka selalu berebutan berenang di permukaan. Dan kalau saya mencelupkan tangan saya ke air, mereka mendekat semua dengan jinaknya sambil ‘menciumi’ tangan saya. Terserah saya mau berkata dengan bahasa apa, mereka tetap bisa mencicipi ‘pancaran perasaan’ saya.

Yang demikian ini juga bisa terjadi pada tanaman. Yang kebetulan, saya juga hobi memelihara banyak sekali macam tanaman. Daun dan bunga-bunganya menjadi segar-segar ketika kita menunjukkan perhatian yang tulus kepada mereka. Dan kemudian menjadi layu dan kurus, ketika kita mencuekinya. Itulah ‘bahasa energial’ yang terpancar dari poros otak-jantung. Kuncinya cuma menyamakan frekuensi antara kita dengan mereka yang kita ajak berkomunikasi.

Pada level yang lebih halus, kita akan bisa berkomunikasi dengan makhluk yang lebih rendah derajat hidupnya. Yakni di level Tak Sadar. Bukan berarti, lantas kita harus tidur dulu gres bisa berkomunikasi. Meskipun, istilah Tak Sadar itu memang mewakili kondisi tidur lelap. Ternyata, seseorang bisa mencicipi efek ‘tak sadar’ itu pada kondisi sadar. Yakni dengan 'mencampurkan' fase gelombang kesadaran Beta, Alfa, Teta dan Delta dalam komposisi yang pas.

Ketika Anda sedang sadar penuh, maka otak Anda akan memancarkan gelombang Beta pada frekuensi di atas 14 Hz. Jika frekuensi ini diturunkan, maka otak Anda akan memancarkan gelombang Alfa yang bergetar antara 8-13 Hz. Kalau ini diturunkan lagi, otak Anda akan memancarkan gelombang Teta, yang bergetar pada 4-7 Hz. Di fase Alfa-Teta inilah mekanisme bawah sadar bekerja. Lebih rendah lagi, otak kita akan memancarkan gelombang Delta pada getaran di bawah 0,1-4 Hz, dimana kita telah memasuki wilayah ‘Tak Sadar’.

Dengan teknik tertentu, seseorang bisa mencampur fase-fase gelombang kesadaran itu sehingga komposisinya menjadi ‘sangat sedikit Beta’, dicampur ‘agak banyak Alfa-Teta’, dan dipadukan dengan ‘cukup banyak Delta’. Efeknya, ia akan berada di persimpangan antara Sadar, Bawah Sadar dan Tak Sadar. Orang itu, akan bisa mencicipi getaran-getaran dari alam Tak Sadar. Mulai dari tingkat seluler, hingga ke molekul, atom-atom, dan partikel-partikel penyusunnya.

Sehingga, beliau bukan hanya bisa mencicipi dan berkomunikasi dengan dirinya sendiri, melainkan bisa mencicipi dan berkomunikasi dengan alam semesta. Bisa membaca ‘tanda-tanda’. Bisa mencicipi informasi yang tidak tertangkap oleh orang lain, yang memang fase kesadarannya belum bisa mencapai Delta. Orang semacam ini menjadi ‘waskita’. Jauh lebih tajam dibandingkan dengan mereka yang hanya memancarkan gelombang Beta di fase ‘Sadar’, ataupun Alfa-Teta di fase Bawah Sadar. Karena, ketika bisa memasukkan unsur Delta secara harmonis, ia akan masuk ke wilayah ‘benda mati’. Berkomunikasi dengan mereka tanpa bahasa verbal, tapi bisa mencicipi dan memahaminya.

Itulah yang diceritakan oleh Al Qur’an, terjadi pada Nabi Daud dan Nabi Sulaiman yang bisa berkomunikasi dengan binatang, angin, gunung-gunung, dan bahkan bangsa jin. Mekanisme ini pula yang terjadi ketika Yang Mahakuasa memberikan wahyu kepada langit, bumi, dan gunung-gunung. Atau sebaliknya, seluruh alam bertasbih mengagungkan Sang Penguasa Jagat Raya.

QS. Fush shilat (41): 12
Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang akrab dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.

QS. Saba’ (34): 10
Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia dari Kami. (Kami wahyukan): "Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud", dan Kami telah melunakkan besi untuknya,

QS. Al Israa’ (17): 44
Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia yaitu Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.


RUH ‘BERSEMAYAM’ DI ALAM TAK SADAR 

ADA tiga lapis kesadaran pada manusia, yakni ALAM SADAR yang bekerja di permukaan otak, ALAM BAWAH SADAR yang bekerja di poros otak tengah-jantung, dan Alam Tak Sadar yang bekerja di tingkat selular serta benda-benda penyusunnya yang mikroskopik.

Jika dikaitkan dengan struktur diri manusia, maka Alam Sadar lebih didominasi kinerja badaniyah dengan mengandalkan panca indera. Berdasar masukan dari panca indera itulah ‘pikiran sadar’ atau ‘alam sadar’ kita terbentuk. Sehingga, segala sesuatu yang tidak tertangkap oleh panca indera disebut gaib, atau supranatural, atau paranormal, dan sebangsanya. Di wilayah ini pula sains bertumpu dengan bukti-bukti yang kasat mata. Jika tidak bisa dibuktikan secara kasat mata, disebutlah sebagai ‘tidak saintifik’.

Alam yang lebih luas dan memiliki potensi jauh lebih dahsyat yaitu Alam Bawah Sadar. Disini mekanisme kerjanya didominasi oleh kekuatan jiwa alias nafsiyah. Sebagiannya bisa dideteksi secara kasat mata, dan sebagiannya lagi mulai tidak kasat mata. Sebagiannya bisa disadari, tapi sebagiannya lagi tidak bisa disadari. Karena itu diistilahkan ‘alam bawah sadar’ – alam yang ‘samar-samar’ tertangkap kesadaran kita.

Orang-orang yang sudah mengungkung dirinya dalam koridor ilmu materialistic semacam Fisika dan Biologi ‘saja’, biasanya tak mau alias ogah mengutak-atik wilayah ‘bawah sadar’ ini. Kecuali mereka yang berpikiran out box. Tetapi, para ilmuwan Psikologi, justru sangat berangasan mengeksplorasi alam bawah sadar. Apakah para psikolog ini bekerja dalam koridor yang tidak saintifik? Hhehe, begitulah ‘tudingan’ sebagian ilmuwan materialistik. Sehingga, ada yang menyebutnya sebagai pseudo-sciencealias ‘Sains Bohong-bohongan’… :(

Tetapi ternyata perkembangan ilmu Bawah Sadar ini luar biasa pesatnya di dekade-dekade terakhir. Tudingan pseudo-science itu semata-mata karena para andal psikologi itu membangun tumpuan eksplorasi yang berbeda dengan para penudingnya. Tetapi, bahwasanya mereka juga bekerja berdasar bukti-bukti penelitian, yang tidak saja berdampak secara psikologis. Melainkan, juga berdampak hingga fisiologis. Dalam ranah kedokteran, tentu Anda tidak abnormal dengan penyakit psikosomatis, yakni penyakit yang muncul pada tubuh tetapi disebabkan oleh faktor psikologis. Ini menjadi bukti sederhananya.

Saya punya seorang sahabat karib yang ahli Psycho-Neuro Imunology : Prof. Dr. dr. S. Taat Putra, MS, guru besar di FK Unair Surabaya. Ia mempelajari kaitan antara jiwa (psycho) dengan struktur saraf (neuro) dan sistem kekebalan tubuh (imunitas). Disana kelihatan sekali hubungan antara JIWA yang ENERGIAL dengan struktur SARAF yang MATERIAL itu. Dan, yang jelas, ilmu ini tidak termasuk dalam pseudo-science atau apalagi paranormal..!

Beliau sangat menyadari bahwa ilmu Biologi, Fisika, Kedokteran, Kimia, Matematika, bahkan Sosiologi, dan sebagainya, itu tidak bisa berdiri sendiri. Hanya pada tataran yang masih sangat dasar sajalah, ilmu-ilmu itu bisa dipetak-petakkan sedemikian rupa. Padahal dalam skala yang lebih luas, pada kenyataannya semua ilmu itu harus menyatu untuk digunakan memahami fenomena alam.

Sehingga suatu ketika beliau mengatakan kepada saya: ‘’Pak Agus, saya kira para dokter harus berguru Fisika Quantum. Karena ternyata di tingkat selular kita mulai menemukan kesulitan memahami substansi sebuah penyakit. Penyebab penyakit itu kalau ditelusuri bisa bersumber atau dipengaruhi oleh partikel-partikel yang lebih kecil, hingga ke tingkat Quantum.’’

Ya, alam Bawah Sadar yaitu alam ‘setengah gaib’ yang mulai menuai kontroversi. Karena sebagian pakar materialistik-energetik menolak, sedangkan pakar Psikologi, Psikiatri, dan Biokuantum mengakuinya. Kita tunggu saja perkembangannya lebih lanjut.

Nah, di alam bawah sadar inilah JIWA insan berkiprah. Pusat aktifitasnya bukan hanya di cortex cerebri alias kulit otak, melainkan lebih ke dalam, di adegan tengah otak yang berjulukan Sistem Limbik, menembus hingga ke jantung. Inilah yang saya sebut sebagai poros otak-jantung. Yang di ilmu kedokteran dikenal sebagai Axis Brain-Heart tetapi dipahami hanya sebagai jalur hormonal dan neurotransmitter belaka.

Pemahaman secara energial, akan menunjukkan kepada kita bahwa disana ada ‘LORONG ENERGI’ yang menghubungkan otak sebagai sentra kecerdasan dengan jantung sebagai organ resonansi. Getaran-getaran resonansi sepanjang lorong itu menjadi semacam radar tak kasat mata, yang memunculkan ‘perasaan’. Yang secara awam, kita rasakan sebagai debar jantung, di dalam dada. Saya tidak akan membahas dilema ini lebih detil disini, karena akan memakan ruangan yang lebih besar. Saya sudah membahasnya dalam buku DTM-32: ‘ENERGI DZIKIR Alam Bawah Sadar’.

Point pentingnya adalah, bahwa Alam Bawah Sadar yang lebih ‘bermain’ di wilayah energial alias ‘kejiwaan’ yang tak kasat mata itu jangan dianggap tak ada. Atau, bahkan tidak saintifik. Justru ini akan menjadi ladang eksplorasi ilmu pengetahuan masa depan yang semakin menggairahkan. Dan akan meninggalkan ilmu-ilmu materialistik yang konvensional sebagai sejarah masa lalu dalam koridor yang sempit. Ilmu-ilmu mirip Psycho-Neuro Imunology, Psycho Cybernetics, dan Bio-Quantum, akan semakin populer ke masa depan. Ilmu-ilmu yang akan menguak kekuatan JIWA di alam bawah sadar, atau lebih dalam lagi.

Yang ketiga, yaitu wilayah Alam Tak Sadar. Inilah yang terkait dengan ‘wilayah kekuasaan’ Ruh. Jika Alam Sadar dan Bawah Sadar hanya berkutat pada potensi OTAK, maka alam Tak Sadar ini sudah masuk lebih dalam ke penyusun otak dan tubuh kita. Yakni, miliaran sel-sel otak, dan triliunan sel-sel tubuh. Termasuk hingga ke penyusun sel berupa molekul, atom, partikel sub atomik, hingga quark, dan partikel-partikel quantum, ataupun 'sesuatu' yang lebih substansial lagi.

Alam Tak Sadar ini memiliki KECERDASAN-nya sendiri di luar kendali pikiran sadar ataupun bawah sadar. Justru, Alam Tak Sadar inilah yang membentuk kecerdasan alam sadar dan bawah sadar. Otak hanya bisa mengendalikan adegan tubuh setingkat organ mirip jantung, paru, ginjal, pencernaan, panca indera, dan sebagainya. Baik secara sadar maupun bawah sadar. Tetapi, otak tak kuasa lagi mengendalikan pembelahan sel-sel. Metabolisme sel. Dan banyak sekali reaksi-reaksi seluler lainnya. Apalagi untuk mengendalikan molekul-molekul biar bergerombol dan bekerjasama. Apalagi mengendalikan atom-atom, dan partikel-partikel sub atomic, hingga ke quark. Otak tak bisa lagi.

Maka, jangan menggunakan rasionalitas dan nalar lagi untuk MERASAKAN kecerdasan Alam Tak Sadar ini. Cara yang lebih sesuai yaitu menggunakan bahasa ENERGIAL, berupa getaran gelombang resonansi. Karena di sel-sel itu masih terdapat getaran gelombang. Sebagaimana juga di tingkat molekuler, atomik maupun sub atomik, hingga ke tingkat partikel dasar.

Getaran-getaran mereka itulah yang menghasilkan frekuensi, dan bisa meresonansi jiwa kita. Meresonansi lorong energi di antara Otak-Jantung. Dan muncul sebagai ‘perasaan’. Inilah yang oleh Al Qur’an disebut sebagai Qalbu, dan diterjemahkan ke bahasa Indonesia sebagai ‘Hati’. Dan kemudian rancu dengan liver. Padahal itu mengacu ke jantung.

Di dalam Al Qur’an ada dua istilah untuk HATI, yaitu: Qalbu dan Fu-aad. Qalbu merujuk ke jantung, sedangkan Fu-aad merujuk ke Otak, khususnya Sistem Limbik. Maka, kalau kita menyebut HATI, itu berarti merujuk ke Qalbu dan Fu-aad sekaligus. Alias POROS OTAK-JANTUNG. Yaitu, suatu sistem resonansi energial yang berfungsi sebagai radar jiwa, dimana dengannya kita bisa 'memahami' sesuatu lewat mekanisme ‘perasaan’. Bukan menggunakan nalar maupun rasionalitas.

Nah, begitulah kurang lebih, cara menghubungkan JIWA Anda dengan Ruh Universal; yang dalam istilah Al Qur’an disebut sebagai ber-DZIKIR. Kurang lebih begitu pula teknik DZIKIR Alam Bawah Sadar yang saya jelaskan dalam buku DTM-32. Yakni, sebuah teknik pengaturan fase gelombang kesadaran otak biar kita bisa ‘merasakan’ getaran halus yang berasal dari ruh kita, maupun Ruh-Nya yang telah meliputi alam semesta. Di getaran halus itulah, Anda akan memperoleh informasi-informasi yang ‘tidak terpikir’ oleh kulit otak yang hanya bekerja secara nalar dan rasionalitas..!

QS. Al Anfaal (8): 2
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu yaitu mereka yang apabila DISEBUT nama Yang Mahakuasa (dzikrullah) BERGETAR-lah HATI mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah keimanan mereka (karenanya). Dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.

Perpaduan antara fungsi 'kulit otak' yang logis-rasional dengan 'poros otak-jantung' yang penuh perasaan, akan menghasilkan kualitas AKAL yang prima. Karena, perasaan bawah sadar memang tidak boleh dilepaskan sendirian, tanpa kontrol pikiran sadar. Yang Mahakuasa menyebut orang-orang yang bisa memadukan keduanya secara seimbang itu sebagai ULUL ALBAB. Yaitu, orang yang senantiasa berdzikir dengan perasaan halusnya, serta berpikir dengan nalar dan rasionalitasnya secara ilmiah. Memadukan antara alam sadar dan alam bawah sadarnya.

QS. Ali Imran (3): 190-191
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (ulul albab), (yaitu) orang-orang yang mengingat Yang Mahakuasa (dzikrullah) sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring, dan bertafakur (berpikir secara ilmiah) wacana penciptaan langit dan bumi. (Sampai memperoleh kesimpulan): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Subhanaka (MAHA HEBAT ENGKAU), maka peliharalah kami dari siksa neraka.


TIDAK ADA ‘BENDA MATI’ DI ALAM SEMESTA

Sudah lama saya ‘curiga’, bahwa di alam semesta ini tidak ada benda mati. Apa yang kita sebut sebagai benda mati itu agaknya yaitu ‘makhluk hidup’. Cuma, karena derajat kehidupannya yang sedemikian 'rendah', kita menduga ia tidak hidup. Padahal, seluruh alam semesta ini bahwasanya telah diliputi oleh Ruh Kehidupan yang menggiringnya menuju suatu tujuan tertentu.

Manusia yaitu makhluk hidup. Sebagaimana hewan dan tumbuhan juga yaitu makhluk hidup. Penyusun terkecil dari makhluk hidup itu yaitu sel. Pada tingkat ini, sel disepakati oleh para andal biologi sebagai unit terkecil kehidupan. Lebih kecil dari sel, yakni molekul, sudah dikategorikan sebagai benda mati. Apalagi atom dan partikel-partikel penyusunnya.Tapi, terus terang saya curiga, jangan-jangan molekul, atom dan partikel-partikel itu yaitu benda hidup juga.

Sesuatu dikatakan sebagai makhluk hidup bila memiliki ciri-ciri kehidupan. Diantaranya yang paling dasar adalah: bergerak, bereaksi, bertumbuh, berkembang biak, dan punya tujuan. Kalau soal ‘bergerak’, saya kira kita sudah sama-sama tahu bahwa TIDAK ADA benda DIAM di seluruh alam semesta. Mulai dari yang mikroskopik hingga makroskopik, semuanya bergerak. Gunung yang kelihatan membisu itu pun bahwasanya sedang bergerak seiring dengan rotasi bumi.

Apalagi molekul-molekul, atom-atom, dan partikel-partikel, semuanya sedang bergerak dan bergetar-getar. Jadi, untuk ciri yang pertama ini, semua ‘benda mati’ sudah memenuhi syarat makhluk hidup. Yang kedua, ‘bereaksi’. Saya kira kita juga tahu bahwa semua benda menunjukkan ‘reaksi’ dalam skala yang berbeda-beda. Sehingga dalam ilmu Fisika yang membahas wacana benda-benda mati pun dikenal adanya hukum ‘aksi-reaksi’.

Dan pada kenyataannya, memang benda-benda di sekitar kita ini menunjukkan reaksi. Gunung menunjukkan reaksi. Lempeng bumi menunjukkan reaksi. Awan, angin, laut, suhu, tekanan, dan semua variable-variabel yang kita kenal sebagai makhluk mati itu selalu menunjukkan reaksi. Tentu saja dalam bentuk yang berbeda dengan manusia, hewan dan tumbuhan.

Yang ketiga, ciri bertumbuh dan berkembang biak. Apakah gunung-gunung bertumbuh? Tentu saja. Mulai dari awal mula pembentukannya, hingga kini menjulang tinggi di angkasa. Gunung Himalaya pun hingga sekarang tetap bertambah tinggi beberapa sentimeter di ujung Mount Everest. Demikian pula bebatuan, mereka bertumbuh dan berkembang-biak, semenjak awal penciptaan Bumi dimana ‘gas percikan matahari’ ini membeku menjadi Bumi. Lantas, mengendap sebagai bebatuan keras, kemudian melapuk seiring waktu, tekanan, suhu, erosi, dan erosi menjadi beribu-ribu jenis kerikil di muka bumi.

Lebih mendasar lagi, apakah seluruh benda di alam semesta ini bertumbuh dan berkembang biak? Tentu saja. Perhatikanlah sejarah munculnya segala macam benda. Awalnya cuma lautan energi sop kosmos di sentra alam semesta. Kemudian berkembang dan bertumbuh menjadi quark, bertumbuh dan berkembang menjadi partikel-partikel dasar, berlanjut menjadi ratusan jenis atom, kemudian membentuk molekul-molekul yang jumlahnya jauh lebih banyak lagi, dan balasannya membentuk segala macam benda di alam semesta ini.

Ternyata seluruh benda mati itu bertumbuh dan berkembang biak sepanjang miliaran tahun penciptaannya. Tentu saja jangan meminta mereka berkembang biak mirip manusia, yaitu melalui kehamilan. Karena binatang dan tumbuhan pun berkembang biak dengan cara mereka sendiri-sendiri. Ada yang yang lewat telur. Ada yang lewat tunas. Lewat cangkok dan setek. Atau, bahkan cuma ditancapkan ke tanah. Atau, mirip makhluk-mahluk bersel satu yang membelah diri secara duplikasi.

Benda mati bertumbuh dan berkembang biak dengan caranya sendiri. Tetapi lihatlah, mereka telah beranak-pinak sepanjang usia dan sejarah ‘kehidupannya’. Siapa bilang mereka mati..? :) Bahkan, mereka juga punya ‘tujuan hidup’.

Partikel-partikel graviton punya ‘tujuan hidup’ biar seluruh benda-benda langit tidak tercerai berai sehingga bertabrakan satu sama lain secara massal. Ia bertanggungjawab untuk mengikat alam semesta dengan gaya gravitasi. Partikel-partikel foton punya ‘misi’ dan ‘tujuan hidup’ biar seluruh benda-benda bermuatan listrik bisa berinteraksi. Sehingga terbentuk atom, molekul, termasuk tubuh insan dan mekanisme kerja otak kita yang berbasis pada sinyal-sinyal listrik.

Tanpa adanya foton yang merangkai benda secara kelistrikan, triliunan sel dan organ-organ tubuh insan tidak bisa bekerja. Anda tak akan bisa berpikir dan beraktifitas apa pun. Bahkan, tubuh kita bakal buyar, karenanya. Tak ada atom, tak ada molekul, tak ada sel. Sungguh sebuah ‘misi hidup’ yang bukan main strategisnya, yang dibawa oleh partikel Foton.

Partikel-partikel Gluon dan Boson malah lebih strategis lagi. Karena mereka 'berkarya' di level inti atom dan pembentukan partikel sub atomik. Yaitu yang disebut sebagai gaya nuklir besar lengan berkuasa dan gaya nuklir lemah. Tanpa mereka tidak bakalan ada penyusun inti atom mirip proton dan neutron. Dan inti atom pun bakal pecah berhamburan. Dengan kata lain, alam semesta ini tidak terbentuk. Dan hanya berupa lautan energi belaka.

Woow, ternyata semua BENDA MATI punya ‘misi kehidupan’. Juga berkembangbiak. Juga bereaksi terhadap segala peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Juga selalu bergerak, dan lain-lain fungsi kehidupan. Hanya orang-orang yang terkungkung pada ‘kesombongan’ dan ‘pikiran sempit’ saja yang mengatakan semua ini tidak punya tujuan, tidak bergerak, tidak bereaksi, dan tidak berkembang biak. Ringkas kata tidak hidup, alias mati. Dan sebaliknya, orang-orang yang berpikir ‘out box’  bakal ‘bisa melihat’, bahwa ternyata semua ini yaitu sebuah ORGANISME TUNGGAL. Bahwa ternyata Alam semesta yaitu ORGANISME HIDUP yang sedang menjalankan misi kehidupannya..!

Seluruh komponen penyusunnya, mulai dari yang terkecil hingga kepada yang terbesar, semuanya yaitu variable-variable hidup yang berkembang biak dan punya misi kehidupan parsial, untuk kemudian menyatu padu dalam misi universalnya. Karena itu jangan heran kalau Al Qur’an mengatakan seluruh alam semesta ini bahwasanya sedang BERTASBIH kepada Sang Pencipta Kehidupan…

QS. Al Israa’ (17): 44
LANGIT yang tujuh, BUMI dan semua yang ada di dalamnya BERTASBIH kepada Allah. Dan tak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi KAMU sekalian TIDAK MENGERTI tasbih mereka. Sesungguhnya Dia yaitu Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.

Di ayat yang lain, Yang Mahakuasa menceritakan bagaimana gunung-gunung dan burung-burung bertasbih bersama Nabi Daud. Di ayat yang lain lagi, Yang Mahakuasa menyebut petir dan guruh juga sedang bertasbih, dan takut kepada Sang Penguasa Alam Semesta.

QS. Al Anbiyaa (21): 39
Maka Kami telah menunjukkan pengertian kepada Sulaiman wacana hukum; dan kepada masing-masing mereka (Daud & Sulaiman) telah Kami berikan pesan yang tersirat dan ilmu. Dan telah Kami tundukkan GUNUNG-GUNUNG dan BURUNG-BURUNG, semua BERTASBIH bersama Daud. Dan Kamilah yang melakukannya.

QS. Saba’ (34): 10
Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia dari Kami. "Hai gunung-gunung dan burung-burung, BERTASBIHLAH berulang-ulang bersama Daud", dan Kami telah melunakkan besi untuknya,

QS. Ar Ra’d (13): 13
Dan GUNTUR itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya…

Kenapa semua makhluk di seluruh penjuru alam semesta, bahkan alam semesta itu sendiri, bisa bereaksi, bergerak, berkembangbiak, dan punya misi kehidupan? Ya, karena mereka telah diliputi oleh Sang Ruh yang HIDUP. Sehingga, seluruh penjuru langit dan bumi menjadi terimbas sifat-sifat ‘Kehidupan-Nya’. Tentu, dalam skala yang berbeda-beda sesuai dengan desain penciptannya. Dalam skala makhluk dengan segala keterbatasannya...

QS. Al Baqarah (2): 255
Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia YANG HIDUP lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya SEGALA yang di LANGIT dan di BUMI. Tidak ada yang dapat memberi dukungan di sisi Yang Mahakuasa tanpa izin-Nya. Yang Mahakuasa mengetahui segala yang ada di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa pun dari ilmu Yang Mahakuasa melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Singgasana (Kekuasaan) Yang Mahakuasa MELIPUTI langit dan bumi. Dan Yang Mahakuasa tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Yang Mahakuasa Maha Tinggi lagi Maha Besar.


RUH TIDAK DIMINTAI PERTANGGUNG-JAWABAN
MASIH banyak yang rancu antara JIWA dan RUH. Dalam bahasa aslinya di Al Qur’an, keduanya menggunakan istilah yang berbeda. JIWA menggunakan kata NAFS (tunggal) dan ANFUS (jamak). Sedangkan RUH tetap menggunakan istilah RUH (tunggal), dan jamaknya ARWAH. Tetapi, saya belum menemukan penggunaan kata ruh dalam bentuk jamak di Al Qur’an. Selalu dalam bentuk tunggal.

Kerancuan itu, bahkan juga terjadi di terjemahan ayat-ayat Qur’an keluaran Depag. Yakni menerjemahkan kata ‘nafs’ atau ‘anfus’ dengan ruh. Mestinya diterjemahkan sebagai ‘jiwa’. Misalnya, dalam ayat berikut ini.

QS. At Takwiir (81): 7
Dan apabila ruh-ruh (anfus) dipertemukan (dengan tubuh),

Dan kemudian merembet ke pemahaman ayat berikut ini, dikala JIWA diminta bersyahadat oleh Yang Mahakuasa di dalam rahim. Di ayat ini terang menggunakan istilah ANFUS (jiwa-jiwa). Tetapi, masih banyak umat Islam yang memahaminya sebagai ‘ruh-ruh’. Meskipun dalam Al Qur’an Depag sebenanya sudah diterjemahkan sebagai  ‘jiwa’. Sehingga ada kepahaman yang salah kaprah wacana adanya ‘alam ruh’ dimana ruh-ruh insan diminta bersyahadat. Padahal, mestinya proses bersyahadat itu terjadi di dalam rahim, sesaat setelah bertemunya sel telur dan sperma.

QS. Al A’raaf (7): 172
Dan, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan belum dewasa Adam dari organ reproduksi mereka dan Yang Mahakuasa mengambil kesaksian terhadap JIWA-JIWA (anfus) mereka: "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Benar (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi". (Yang demikian itu) biar di hari tamat zaman kalian tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami yaitu orang-orang yang lalai terhadap ini (keesaan Tuhan)",

Dari sini, kita juga bisa memperoleh informasi penting bahwa RUH itu TUNGGAL, dan SAMA untuk seluruh makhluk. Sedangkan JIWA bisa berbeda-beda pada setiap makhluk hidup. Kaprikornus ruh saya dan ruh Anda SAMA. Tetapi jiwa kita berbeda.

Ibarat komputer dengan sumber listriknya. Jika Listrik diibaratkan ruh, maka komputer itu mirip tubuh insan dengan jiwanya. Badannya berupa hardware, jiwanya berupa software. Listriknya sama. Anda bisa menancapkan colokan listrik itu dimana saja, hasilnya tetap sama. Meskipun komputer Anda dari merek dan spesifikasi yang berbeda-beda.

Nah, lagi-lagi mirip komputer, substansi dasarnya yaitu software. Bukan hardware ataupun listrik. Keberadaan hardware dan listrik itu ada dalam rangka mewujudkan tugas software. Kurang lebih begitulah manusia. Yang substansial yaitu JIWA. Bukan jasad atau ruh. Karena itu yang kelak dimintai pertanggungjawaban oleh Yang Mahakuasa (dan manusia) juga bukan jasad ataupun ruh, melainkan jiwa.

Tidak ada ‘ruh baik’ dan ‘ruh jahat’. Ruh itu sekedar potensi ketuhanan. Bergantung pada jiwanya, apakah beliau mau menggunakan potensi itu untuk kebaikan ataukah kejahatan. Misal, sifat BERKUASA, bisa saja digunakan untuk kebaikan atau kejahatan. Sifat BERKEHENDAK, juga bisa untuk kebaikan atau kejahatan. Sifat Mendengar, Melihat, Berilmu, Berbuat, dan seterusnya, awalnya sekedar potensi ruh, dan kemudian menjadi baik atau jahat ketika diterapkan oleh jiwa. Maka, jiwa harus mempertanggung-jawabkan semua itu. Bukan ruh, bukan jasad.

Potensi kemanusiaan berada di Jiwa. Dan kualitas jiwa itu pula yang membedakan seseorang dengan orang yang lain. Baik ataupun jahat. Karena itu kalau jiwanya sakit, ia tidak dimintai pertanggung-jawaban. Kalau badannya yang sakit, masih dimintai pertanggungjawaban. Meskipun nanti menunggu dikala kesehatannya sudah membaik. Sedangkan ruh tidak bisa sakit ataupun sehat. Dia sekedar potensi dasar. Karena itu, banyak sekali ayat Al Qur’an menjelaskan wacana kualitas jiwa yang terus mengalami proses penyempurnaan itu.

QS. Asy Syams (91): 7-10
Demi JIWA (nafs) serta proses penyempurnaannya, maka Yang Mahakuasa mengilhamkan kepada jiwa itu (potensi) KEBURUKAN (fujur) dan KEBAIKAN (takwa), sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

Maka kita mengenal beberapa kualitas jiwa. Diantaranya, ada jiwa yang jelek dan merusak, disebut sebagai ‘hawa NAFSu’ atau ‘NAFSul hawa’. Ada yang emosional tak terkendali disebut ‘NAFSul amarah’. Ada yang sedang berproses menjadi baik dan suka menyesali perbuatan buruknya, disebut NAFSul lawwamah. Dan ada pula jiwa yang sudah TENANG & DAMAI, disebut ‘NAFSul Muthmainnah’. Yang terakhir ini disebut sebagai tingkatan yang sangat tinggi dari kualitas jiwa, yang digambarkan dalam ayat berikut ini.

QS. Al Fajr (89): 27 – 30
Hai jiwa yang tenang dan tenang (nafsul muthmainnah). Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.

Lantas, bagaimanakah hubungan antara badan, jiwa dan ruh itu? BADAN yaitu keberadaan yang bersifat material, JIWA yaitu keberadaan yang bersifat energial, sedangkan RUH yaitu keberadaan yang belum diketahui zatnya, tetapi memuat informasi. Tanpa ada informasi, tubuh dan jiwa kita tidak akan berfungsi. Sel-sel kita akan berhenti berproses. Tidak ada metabolisme, tidak ada regenerasi, tidak ada duplikasi, tidak ada reaksi-reaksi apa pun di tingkat selular, organik, maupun tubuh secara keseluruhan. Tubuh kita tak lebih hanya akan menjadi onggokan material tanpa aktifitas kehidupan.

Demikian pula, tanpa ada informasi dari ruh, jiwa kita juga bakal stagnan. Karena struktur energi dalam jiwa kita bekerja seiring dengan struktur bahan badan. Khususnya otak. Jika otak mati, maka energi kehidupan yang berupa jiwa di balik otak itu pun ikut mati. Sinyal-sinyal kelistrikan yang dipandu oleh informasi ruh di miliaran sel-sel sarafi itulah yang menghasilkan kualitas jiwa.

Maka, dimanakah ruh dan dimanakah jiwa? Ruh meliputi seluruh tubuh manusia, mulai dari tingkat selular, organik, hingga totalitas tubuh. Pokoknya dimana ada informasi kehidupan, maka disitu ada ruh. Rambut kita hidup, maka ia diliputi oleh ruh. Kuku jari kaki kita juga hidup, ia pun diliputi ruh. Sedangkan jiwa, yaitu software yang inheren di dalam sirkuit-sirkuit sarafi otak kita. Sehingga kalau sirkuit-sirkuit itu mengalami kerusakan, jiwa pun akan mengalami masalah.

Hubungan antara badan, jiwa dan ruh pada insan yang hidup, memang tidak bisa dipisah-pisahkan. Badan dan jiwa itu mirip dua sisi yang berbeda dari satu keping mata uang yang sama. Karena, bahan dan energi memang bisa saling berubah menjadi satu sama lain. Sedangkan ruh, ‘menyifati’ keduanya. Atau, mengendalikan proses-proses material-energial secara informasi berdasar ‘sifat-sifat’ itu.

Maka, ketika suatu dikala tubuh seseorang insan rusak total, dan kemudian mati, struktur energialnya masih bisa lepas sendiri di dalam pengaruh ruh. Dalam ilmu kedokteran jiwa disebut sebagai tubuh halus alias bioplasma. Itulah yang diceritakan Al Qur’an, bahwa orang yang mati itu bahwasanya masih hidup di alam jiwa. Alam energial. Mirip peristiwa mimpi, dimana tubuh kita masih berada di atas kasur, tetapi jiwa kita bisa melanglang buana kemana-mana.

QS. Al Baqarah (2): 154
Dan janganlah kau mengatakan terhadap orang-orang yang GUGUR di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahwasanya mereka itu HIDUP. Tetapi kau tidak menyadarinya.


DIA TELAH MELIPUTI SELURUH CIPTAANNYA
Dikarenakan adanya ruh yang masuk ke dalam jasadnya, maka insan menjadi ‘terimbas’ sifat-sifat ketuhanan. Seperti: Hidup, Mendengar, Melihat, Berbicara, Berkehendak, Berkuasa, Berbuat, dan lain sebagainya. Ketika ruh telah terlepas dari jasad, maka seluruh sifat-sifat itu pun lenyap dari tubuh manusia.

Jasad yaitu onggokan benda mati. Tak lebih dari itu. Meskipun susunannya sangat canggih. Mulai dari energi yang ‘memadat’ menjadi quark, ‘mengkristal’ menjadi partikel, berkelompok menyusun atom, bergerombol membentuk molekul, berhubungan menjadi sel, dan seterusnya menjadi jaringan, organ, dan tubuh manusia. Semua itu sekedar ‘benda mati’..!

Kehidupan bukan muncul dari proses pembentukan jasad. Karena ‘kehidupan’ muncul dengan cara yang lain, yang hingga sekarang tetap menjadi misteri bagi siapa pun. Apalagi bagi kalangan penganut ‘materialistik’ yang hanya berkutat di benda-benda tampak. Bahkan, kalangan ‘energial’ yang lebih ‘gaib” dibandingkan penganut ‘materilistik’ pun masih galau dibuatnya. Sehingga keduanya tak berani menyentuh soal ini. Dan menganggapnya sebagai ‘ilmu gaib’ yang ‘tidak saintifik’.

Sedangkan kalangan ‘psikologis’ lebih maju secara saintifik. Mereka bergerak semakin mendekatinya, meskipun hanya berhenti pada ilmu wacana jiwa. Bukan wacana ruh. Karena ilmu wacana ruh ini memang cuma ‘sedikit’. Persis mirip ‘diklaim’ oleh Yang Mahakuasa berikut ini.

QS. Al Israa’ (17): 85
Dan mereka bertanya kepadamu wacana ruh. Katakanlah: "Ruh itu urusan Tuhanku, dan tidaklah kau diberi pengetahuan melainkan sedikit".

Nah, karena cuma sedikit itulah maka ilmu wacana ruh ini tidak berkembang. Carilah di seluruh dunia sepanjang peradaban manusia, termasuk insan modern, perkembangan ilmu wacana ruh sangat lamban. Kalau tidak boleh dikatakan ‘stagnan’.

Ini berbeda dengan ilmu jiwa yang berkembang sangat pesat. Dan, lagi-lagi sesuai dengan ‘klaim’ Yang Mahakuasa Sang Pemilik ilmu, bahwa ilmu jiwa itu memang ‘bisa dipikirkan’ dan dieksplorasi. Sehingga bermunculanlah ilmu-ilmu wacana jiwa, seperti: psikologi, psikiatri, psikotronika, psiko-neuro imunologi, psiko-cibernetika, dan lain sebagainya.

QS. Az Zumar (39): 42
Allah memegang JIWA (nafs) ketika matinya dan jiwa yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain hingga waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang DEMIKIAN itu terdapat tanda-tanda (pelajaran) Yang Mahakuasa bagi orang-orang yang (mau) BERPIKIR.

Begitulah, ketika berbicara wacana RUH, Yang Mahakuasa sudah mengingatkan bahwa ilmunya cuma sedikit. Tetapi, ketika berbicara wacana jiwa malah disuruh memikirkannya. Namun, meskipun ‘sedikit’, TIDAK ADA LARANGAN untuk membicarakan ruh. Misalnya, “berbicara ruh hukumnya haram’’, nggak ada. Silakan saja. Tapi, ilmunya ‘cuma sedikit’ lho ya.. :) Karena itu, supaya aman, tetaplah berpegang kepada informasi-informasi ilahiyah. Bukankah kita memang sedang berbicara wacana sifat-sifat-Nya, dalam skala makhluk..? Sifat-sifat Yang Mahakuasa yang bersemayam di dalam diri kita: Sang Ruh.

Sifat Hidup, Sifat Mendengar, Sifat Melihat, Sifat Berkehendak, Sifat Berilmu Pengetahuan, Sifat Mencipta, Sifat Menghancurkan, Sifat Memelihara, dan segala sifat-sifat-Nya yang lain. Apakah bisa dipelajari dan dipahami? Tentu saja bisa. Tapi, pasti nanti akan mentok lho ya..! Karena, ini memang tidak muncul dari benda penyusun tubuh kita. Melainkan dari ‘Sesuatu’ yang ‘meliputinya’.

Sifat ‘Hidup’ itu bukan sifat benda. ‘Mendengar’ itu juga bukan sifat benda. ‘Melihat’ juga bukan sifat benda. ‘Berkehendak’ juga bukan. Demikian pula Berilmu, Mencipta, Memelihara, dan lain sebagainya. Itu yaitu sifat ‘Sesuatu’ yang hidup. Berasal dari luar bahan dan energi. Materi dan energi cuma ketempatan saja. Dari SIAPA ini sumbernya? [Saya ingatkan jangan ‘keliru bertanya’: dari APA ini sumbernya..? :)] Tentu saja, mudah menjawabnya bagi yang ber-Tuhan, tetapi ‘bikin puyeng’ bagi yang tidak bertuhan… :(

QS. Al Baqarah (2): 255
Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang HIDUP, lagi terus menerus MENGURUS (alam semesta beserta isinya). Tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tidak ada yang dapat memberi dukungan di sisi Yang Mahakuasa tanpa izin-Nya. Yang Mahakuasa mengetahui SEGALA  yang ada di hadapan mereka dan di belakang mereka. Dan mereka tidak mengetahui apa pun dari ilmu Yang Mahakuasa melainkan yang dikehendaki-Nya. Singgasana (kekuasaan) Yang Mahakuasa MELIPUTI langit dan bumi. Dan Yang Mahakuasa tidak merasa berat memelihara keduanya. Dan Yang Mahakuasa Maha Tinggi lagi Maha Besar.

QS. Al An’aam (6): 95
Sesungguhnya Yang Mahakuasa MENUMBUHKAN butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang HIDUP dari yang MATI dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah ALLAH, maka mengapa kau masih berpaling (kepada selain Dia)?

QS. Yunus (10): 31
Katakanlah: "SIAPAKAH yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) PENDENGARAN dan PENGLIHATAN, dan siapakah yang mengeluarkan yang HIDUP dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang MENGATUR segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah: "MENGAPA kau tidak BERTAKWA (kepada-Nya)?"

Ya, ruh yaitu representasi ‘zat ketuhanan’ yang membawa sifat-sifat-Nya. Apakah itu sifat? Sifat yaitu INFORMASI yang menceritakan karakteristik sesuatu. Sifat ‘HIDUP’ membawa informasi wacana kehidupan. Sifat MENDENGAR membawa informasi wacana kemampuan untuk memahami lewat gelombang suara. Sifat MELIHAT membawa informasi wacana kemampuan memahami lewat gelombang cahaya. Sifat MENCIPTA membawa informasi wacana kemampuan mengadakan sesuatu dari ketiadaan. Sifat BERKEHENDAK membawa informasi wacana adanya dorongan untuk melaksanakan apa saja. Dan seterusnya, dan lain sebagainya.

Itulah Sifat Tuhan. Dan kemudian diimbaskan dalam skala makhluk ke dalam seluruh ciptaan-Nya. Sejak kapan? Sejak Dia menciptakan alam semesta. Dan kemudian berkembang menjadi segala macam benda, energi, ruang, waktu dan peristiwa. Informasi Sifat-sifat-Nya telah inheren di dalam seluruh proses itu.

Maka kemana pun kita menghadap, bahwasanya kita berhadapan dengan-Nya. Dengan Zat-Nya, dengan Sifat-sifat-Nya. Dengan ilmu-Nya. Dengan Kehendak-Nya. Dengan apa saja yang terkait dengan-Nya. Karena semua ini memang telah diliputi-Nya. Bahkan semua ini yaitu ‘bagian’ dari Eksistensi-Nya, yang kita pahami dalam sudut pandang makhluk yang serba terbatas.

QS. Al Baqarah (2): 115
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka KEMANA pun kau MENGHADAP di situlah wajah ALLAH. Sesungguhnya Yang Mahakuasa Maha Luas lagi Maha Berilmu.

QS. An Nisaa’(4): 126
Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan yaitu ALLAH Maha MELIPUTI segala sesuatu.

Itulah yang di dalam al Qur’an disebut sebagai kalimat KUN. Kalimat yang mengandung informasi penciptaan yang mengimbaskan sifat-sifat ketuhanan ke dalamnya, dalam skala makhluk. Lantas bergantung kepada makhluk yang diciptakan itu. Seberapa tinggi kualitas kesempurnaannya. ‘Benda mati’ tentu berbeda derajatnya dibandingkan dengan tumbuhan. Juga berbeda lagi tingkat kesempurnaannya dibandingkan hewan. Dan semakin berbeda dibandingkan manusia.

Tetapi semua makhluk itu mengandung sifat-sifat ilahiah. Hanya saja, kemunculan sifat ilahiah itu yaitu seiring dengan derajat kesempurnaan desainnya. Kalau makhluk itu tidak punya mata, tentu saja beliau tidak bisa merepresentasikan sifat Maha Melihat. Kalau makhluk itu tidak punya telinga, tentu tidak bisa merepresentasikan sifat Maha Mendengar. Demikian pula dengan lisan untuk berbicara, kaki-tangan untuk bertindak, otak untuk berpikir, dan seterusnya.

Manusia menurut Al Qur’an yaitu makhluk yang paling tepat secara desain penciptaan, dibandingkan dengan benda mati, tumbuhan, dan hewan. Bahkan juga dibandingkan dengan malaikat dan iblis yang berkebangsaan jin. Manusia paling komplet merepresentasikan sifat-sifat ketuhanan. Benda mati misalnya, tidak merepresentasikan sifat Maha Hidup. Hewan misalnya, kurang merepresentasikan sifat Maha Berkarya, Maha Berilmu, dan Maha Berkehendak. Malaikat, juga kurang mererepresentasikan sifat Maha Berkehendak dan Mencipta. Dan iblis kurang merepresentasikan sifat Maha Bijaksana. Tetapi manusia, merangkum seluruh sifat-sifat benda mati, tumbuhan, hewan, iblis dan malaikat di dalam dirinya. Sifat-sifat ketuhanan lebih komplet di dalam diri manusia, dan kemudian disebutlah sebagai Ruh-Nya. Tetapi, insan cuma mendapat ‘sebagian kecil’ saja: dalam skala makhluk.

QS. Al Hijr (15): 29
Maka ketika telah Ku-sempurnakan kejadiannya, dan telah Ku-hembuskan ke dalamnya sebagianruh-Ku (min ruuhii), maka tunduklah kau (malaikat dan jin) kepadanya (manusia) dengan bersujud.

Kata ‘min ruuhii’ bermakna ‘sebagian kecil’ ruh-Ku. Dan semenjak itulah, insan membawa sifat-sifat ketuhanan di dalam dirinya. Yang kualitasnya mewujud dalam bentuk jiwa yang beragam sesuai dengan kualitas desain badannya. Ada yang tidak bijak, kurang bijak, lebih bijak, hingga sangat bijak. Ada yang tidak bisa berkarya, lebih bisa berkarya, hingga pandai berkarya. Ada yang tidak berkuasa, lebih berkuasa, hingga sangat berkuasa. Semua itu yaitu representasi sifat-sifat ketuhanan di dalam dirinya. Bukan sifat benda-benda penyusun tubuhnya..! Itulah Ruh, yang berisi potensi ilahiah.

Sejak kapan, ruh kemanusiaan ini dihembuskan ke dalam dirinya. Tentu saja semenjak ia diciptakan. Kapan tepatnya? Ya, semenjak Yang Mahakuasa mempertemukan sel sperma dengan sel telur, di dalam rahim maupun di luar rahim. Bayi normal maupun bayi tabung. Sejak dikala itulah Yang Mahakuasa menghembuskan sebagian ruh-Nya dan meminta jiwanya untuk bersyahadat mengakui Yang Mahakuasa sebagai Tuhan dengan segala sifat-Nya. Dan kemudian terekam di alam bawah sadarnya, menjadi sifat-sifat kemanusiaan.

QS. Al A’raaf (7): 172
Dan, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan belum dewasa Adam dari organ reproduksi mereka (berupa sel telur dan sel sperma). Dan Yang Mahakuasa mengambil kesaksian terhadap JIWA (nafs) mereka: "Bukankah Aku ini TUHAN-mu?" Mereka menjawab: "BENAR (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi". (Yang demikian itu) biar di hari tamat zaman kau tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami yaitu orang-orang yang lalai terhadap ini (keesaan Tuhan)",

QS. As Sajdah (32): 9
Kemudian Dia menyempurnakan dan menghembuskan ke dalamnya sebagian ruh-Nya. Dan Dia mengakibatkan bagi kau (kemampuan) pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kau SEDIKIT SEKALI bersyukur (kepada-Nya).


nafsu dan hawa itu 2 hal yg berbeda

QS Anazi'at diterangkan bahwa nafsu itu harus di pisah dari hawa, nafsu harus di cegah dari hawa. "wa ammaa man khoofa maqooma robbihi wanahan nafsa 'anil hawaa fainnal jannata hiyal ma'waa" artinya "dan adapun orang yg takut akan kedudukan tuhannya dan mencegah nafsu dari hawa, maka sesungguhnya surga itulah tempatnya".  
dalam ayat ini tdk menggunakan kalimat "tsumma" (artinya : kemudian), tetapi eksklusif yakni bila kau pisahkan nafsu dari hawa maka surga-lah tempatnya, jadi 'langsung', tidak pakai 'kemudian'.
tapi bila nafsu tidak dipisahkan dengan hawa maka 'neraka'.
jadi antara hawa dengan nafsu itu dua hal yg berbeda.

adapun hawa itu mutlak jelek dan tidak memiliki tingkatan:
QS al jatsiyah "tidakkah kau melihat orang yang mengakibatkan hawa sebagai tuhannya"
QS al a'rof  "dan orang yg mengikuti hawanya, perumpamaannya laksana anjing"

sedangkan nafsu itu ada tingkatannya:
1. nafsu amaroh
QS yusuf "innan nafsa la-AMMAAROTUN bissuu-i" "sesungguhnya nafsu itu pasti perintah kepada kejelekan"
amaroh artinya: perintah maksudnya perintah pada kjelekan.
nafsu yg tingkat amaroh ini yaitu nafu yg liar, tdk tahu benar dan salah, tdk tahu bedanya, semua halal. pedomannya "pokok hasil", tujuan menghalalkan segala cara yg penting hasil.
2. nafsu lawwamah
apabila sudah kelihatan agak baik, sudah tahu bedanya benar dan salah, baik dan buruk, maka meningkat mjd nafsu lawwaamah nafsu ini sdh tahu baik dan sudah tahu jelek, tapi dalam prakteknya msh sering pada jeleknya.secara bahasa, "lawwamah" artinya "tercela".
misal, sudah tahu kalo puasa ramadhan itu diperintah, dan ia juga bisa menjalankan, tapi ternyata tdk mau puasa. alu ia pun mencari warung yg tdk kelihatan org banyak, nafsu ini masih malu juga, tapi sayang malunya kpd manusia.
sdg kan kalo nafsu amaroh itu liar, siang2 di bln ramadhon ia makan di tengah jalan.
QS al qiyamah "walaa uqsimu binafsil LAWWAAMAH "dan saya tidak bersumpah dgn nafsu lawwaamah (nafsu yg tercela)
3. nafsu shulfiyah
nafsu shulfiyah artinya nafsu yg beening, bersih. jd meskipun msh mengerjakan kejelekan tp prosentasinya msh bnyk dlm kebaikan.
QS asy syamsi "qod aflaha man zakkaahaa" (shulfiyah artinya bersih, zaka artinya juga bersih) "sunguh2 beruntung orang yg membersihkan nafsunya"
nafsu ini sdh bisa menjaga perbuatannya dari kejelekan tapi masih menggerutu.
umpama doanya minta 100 ribu tapi diberi Yang Mahakuasa rejeki hanya 50 ribu maka akan menggerutu.
4. nafsu muthmainnah
muthmainnah itu maknanya tenang, tdk goncang.
bagi orang yg tinkatan nafsu muthmainnah maa waktu mendapatkan bermacam2 coaan akan dihadapi dgn tenang, mendapatkan rejeki yg besar ia tenang, dlm segala keadaan selalu dihadapi dengan tenang. dikritik tenang, di puji tenang, di puji tdk tingi hati, dicela tdk putus asa.
5. nafsu rodliyah 
tingkatan rodiyah yaitu nafsu yg sudah ridlo, ikhlas. ibadahnya ridlo ikhlas.
seperti dlm kisah hamba yg tekun ibadah maka nafsu rodliyahnya di uji. "hai fulan, meskipun kau setekun apapun ibadah kpd Allah, maka kau tetap tdk saya beri rejeki dan kau tetap saya takdirkan menjadi org miskin terus, dan nanti di akhiratpun kau tetap dimasukkan neraka, tdk akan dimaukkan surga" bagaimaa jawaban si hamba? " saya ini ibadah bukan krn surga, saya ibadah juga bukan krn neraka, yg saya tuju hanyalah ridloNya Yang Mahakuasa Taala. bila Yang Mahakuasa ridlo saya masuk neraka maka itulah surga saya, tapi bila Allah
tdk ridlo maka itulah neraka saya, terserah ridlonya Allah. nabi irohim yg dimasukkan lautan api tapi Yang Mahakuasa ridlo maka tdk ada ancaman apa2."
6. nafsu mardliyah
QS fajri ayat 8 "yaa ayyatuhan nau MUTHMAINNAH irji'ii ilaa robbiki ROODLIYATAN MARDLIYYAH"
ayat ini menerangkan:
"yaa ayyatuhan nafsul muthmainnah irji'ii" "wahai nafsu muthmainnah, kembalilah"

kembali kemana?

"ilaa robbiki" "kepada tuhanmu"
"roodliyatan mardliyyah" "dengan nafsu rodliyah dan mardliyah"

nafsu amaroh,nafsu lawwamah dan nafsu shulfiyah tdk dipanggil oleh Allah, adapun yg dipangil yaitu nafsu muthmainnah krn tenang shg bisa mendengar panggilan Yang Mahakuasa itu.
klo nafsu amaroh itu tuli shg tdk mendengar, ribut dgn urusan sendiri.
nafsu amarah dan lawwamah itu ribut dgn sendirinya sendiri, jadi hingga besok ya ribut terus.
7. nafsu kamilah 
"fadkhulii fii ibaadi wadkhulii jannatii" "maka masuklah didalam golongan hambaku"
mengaji dari kyai MM



lainnya 2324728997399797940

Posting Komentar

emo-but-icon

Beranda item

Popular Posts