Loading...

085749607473 Jual Peci Kopiah Songkok MISTERI KEJADIAN ALAM DAN MANUSIA bag.6- 10



Misteri Alam dan Manusia (6)

ALAM  MAKROKOSMOS
 ( JAGATRAYA)

1.     Bermacam-macam Pengertian Langit

Langit yang istilah Al-Qur’an: Samaa’ yang kata-katanya bervariasi sehingga didapati ada empat macam bentuk:
a.       As-Sama-u
      Dengan bentuk tunggal,disebut didalam Al-Qur’an sebanyak 120 kali.
b.      As-Sama-wa-tu
      Dalam bentuk jamak, didalam Al-Qur’an disebut sebanyak 184 kali
c.       (Sab’a) Sama-wa-tu
      Dalam bentuk jamak–terikat, disebut didalam Al-Qur’an sebanyak 4 kali.
d.      As-sama-watu’s (sab’u)
      Dalam bentuk jamak –tersifat, yang Al-Qur’an menyebutnya sebanyak 2 kali.

Sebenarnya kata-kata Samaa’ itu bukan hanya diartikan langit yang  maksudnya suatu ruang yang ada diatas kita, melainkan punya pengertian yang banyak. Untuk lebih mudah memahaminya sebaiknya kita mengartikannya berikut dengan pola ayat-ayat Al-Qur’an atau hadist Nabi:
a.       Langit dengan artinya Awang-awang sebagaimana firman Allah:

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ
 “Tidaklah kau perhatikan betapa Yang Mahakuasa telah membuat perumpamaan, “kalimah” yang baik yaitu menyerupai sebatang pohon yang baik yang akarnya terhujam kokoh (ditanah) dan cabangnya berada di langit (awang)” (Q.S. 14. Ibrahim: 24)

b.      Langit dengan arti Angkasa, sebagaimana firman Allah:
وَهُوَ الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ نَبَاتَ كُلِّ شَيْءٍ فَأَخْرَجْنَا مِنْهُ خَضِرًا نُخْرِجُ مِنْهُ حَبًّا مُتَرَاكِبًا وَمِنَ النَّخْلِ مِنْ طَلْعِهَا قِنْوَانٌ دَانِيَةٌ وَجَنَّاتٍ مِنْ أَعْنَابٍ وَالزَّيْتُونَ وَالرُّمَّانَ مُشْتَبِهًا وَغَيْرَ مُتَشَابِهٍ انْظُرُوا إِلَى ثَمَرِهِ إِذَا أَثْمَرَ وَيَنْعِهِ إِنَّ فِي ذَلِكُمْ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.” ( Q.S.6/ Al-An’am : 99 )

c.       Langit dengan arti Atmosfir, sebagaiman firman Allah:
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ وَالْفُلْكَ تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ وَيُمْسِكُ السَّمَاءَ أَنْ تَقَعَ عَلَى الْأَرْضِ إِلَّا بِإِذْنِهِ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ>
 “Apakah engkau tidak memperhatikan bahwa Yang Mahakuasa menundukkan bagimu apa saja yang ada dibumi, dan bahtera yang berlayar dilautan dengan perintah-Nya dan Dia yang menahan Cakrawala langit (Atmosfir ) jatuh kebumi melainkan dengan izin-Nya, sesungguhnya Yang Mahakuasa Maha Pengasih dan Maha Penyayang terhadap manusia” (Q.S. 22-Al-Hajj: 65).

Penulis perlu menjelaskan kenapa kata “samaa’ ” pada ayat diats diartikan dengan atmosfir? Lengkungan langit yang kita lihat berwarna biru sebenarnya yaitu atmosfir pelindung bumi dari terpaan sinar mentari. Karena daya tarik bumi, semua apa yang ada diatmosfir itu mempunyai gaya berat. Ternyata berat atmosfir itu mencapai 1,0336 kg/cm2, namun kita tak merasa adanya tekanan itu. Sungkup langit yang demikian berat tidak jatuh ke bumi, ia terlihat melengkung membalut bumi. Udara yang demikian berat tidak jatuh karena ia ditahan dengan qodrat Yang Mahakuasa (hukum Sunnatullah )

d.      Langit dengan arti solar-sistem, sebagaimana firman Allah:
أَلَمْ تَرَوْا كَيْفَ خَلَقَ اللَّهُ سَبْعَ سَمَوَاتٍ طِبَاقًا>وَجَعَلَ الْقَمَرَ فِيهِنَّ نُورًا وَجَعَلَ الشَّمْسَ سِرَاجً >
 “Tidakkah kau perhatikan bagaimana Yang Mahakuasa telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat. Dan menciptakan padanya bulan yang bercahaya, dan menjadikan padanya Matahari sebagai alat penerang (lampu)”  (Q.S. 71. Nuh : 16)
                                                    
            Kata Langit disini penulis artikan dengan Solar-sistem, karena langit yang disebut dalam ayat ini yaitu langit yang bertingkat-tingkat/ berlapis-lapis dan memiliki matahari dan bulan.
e.       Langit dengan arti Gugus-bintang, sebagaimana firman Allah:
تَبَارَكَ الَّذِي جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا وَجَعَلَ فِيهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيرًا.
 “Maha Suci Yang Mahakuasa yang menjadikan dilangit  itu Gugus-bintang, dan dijadikan-Nya pada Gugus bintang  itu Matahari dan bulan yang bercahaya” (Q. S. 25-Al-Furqan : 61)

f.       Langit dengan arti Alam-jagat-raya, sebagaimana firman Allah:
وَالسَّمَاءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيزَانَ.
“Dan langit jagat-raya telah ditinggikan dia dan diletakkan padanya hukum setimbang” (Q.S. 55. Ar-Rahman : 7)

g.      Langit dengan arti Zat-antar bintang (interstellar gas) menyerupai firman Allah:
ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ اِئْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينََقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَى فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ.
“Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kau keduanya meNUURut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang akrab dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (Q.S. 41-Fus-shilat:  11,12).

h.      Langit dengan arti alam-lingkungan, sebagaimana firman Allah:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ.
“Jikalau sekiranya penduduk negeri itu beriman dan bertaqwa, pastilah Kami bukakan kepada mereka berkah dari langit-lingkungan (cakrawala lingkungan) dan bumi” (Q.S. 7 Al-A’raf : 96)
i.        Langit dengan arti Langit-alam-gaib.

     Sebelum penulis menukilkan ayat-ayat yang menerangkan adanya makna langit dengan arti Alam gaib, penulis mengemukakan terlebih dahulu dalil-dalil aqal sebelum dalil naqli-nya biar tidak menimbulkan salah faham.
Sekiranya kita mampu mengecilkan diri sebesar elektron, apakah anda tidak percaya bahwa didalam sebatang kapur tulis itu ada langit dan kita dapat melewatinya dengan pesawat. Kerena bila kita hancurkan hingga menjadi atom dan diurai lagi maka kita akan temui disana proton, neutron dan elektron . Bila elektronnya kita misalkan sebesar kelereng maka ruang antara elektron dan proton menjadi sejauh 0,5 Km. Bukankah ruangan ini cukup luas dilewati Helikopter?
Didalam  Hadits Nabi pada peritiwa Israk dan Mi’raj, diriwayatkan bahwa : dikala Nabi Muhammad mi’raj kelangit, dia tidak pernah menceritakan bahwa ia melihat bintang-bintang dan berhenti disalah satu planetnya. Tapi Nabi menceritakan bahwa yang dinaikinya yaitu langit pertama kedua dan seterusnya hingga langit ketujuh. Langit tersebut yaitu Alam yang memiliki pintu masuk yang dijaga Malaikat dimana ia bertemu dengan para arwah Nabi-nabi, yang tetap didampingi Malaikat Jibril. Malaikat dan para arwah yaitu mahkluk gaib yang immateri dan para arwah itu yang sudah berpulang ke rahmatu’llah yang menurut anutan Islam bahwa kawasan orang yang sudah meninggal yaitu alam Barzakh. Ini memperkuat hipotesa penulis, bahwa Nabi Muhammad mi’raj melewati Alam Gaib, bukan jagat raya yang dipenuhi tak terhitung banyaknya Galaksi, Matahari-matahari dengan solar sistimnya, pelanet-pelanet yang mengorbit pada setiap matahari, dan mateor-mateor serta bermacam-macam  benda langit lainnya...
Dari Kitab Shohih Bukhari (terjemahan) jilid II hal: 306, 307: Bahwa langit pertama itu yaitu “samaa’ ud-dun-ya”  yaitu “langit-dunia” artinya langit Alam rendah, langit yang terdekat diukur dari jagat raya ini. Karena riwayat mengatakan Nabi Muhammad hingga dilangit ketujuh dan terus ke Mustawa bertemu dengan Allah. Dari langit pertama hingga Mustawa, itu bukan lagi alam jagat raya langit itu yaitu “langit alam gaib” karena bila langit disini diartikan langit-jagat-raya juga berarti Nabi Muhammad bertemu dengan Yang Mahakuasa didalam jagat raya, berarti Yang Mahakuasa itu ditemui disuatu kawasan , padahal Yang Mahakuasa akrab (qarib), tak perlu jauh-jauh terbang kelangit mencari Yang Mahakuasa dan Yang Mahakuasa tidak bertempat, mustahil Ia ditemui didalam jagat, alam buatan-Nya sendiri, bukankah Yang Mahakuasa berfirman :
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu wacana Aku, maka (jawablah), sesungguhnya Aku yaitu dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, biar mereka selalu berada dalam kebenaran.( Q.S.3/Al-Baqarah : 186 )

            Penulis menyimpulkan bahwa Langit yaitu Ruang yang melingkupi, baik ruang itu berisi materi berdimensi 1,2,3   yang terus berproses dalam waktu, maupun ruang itu berisi energi,ruang berdimensi empat ( D-4 ) atau dimensi tinggi dan tak terhingga ( D-h, D ,  ) yang hanya dihuni Malaikat dan Ruh.

Misteri Alam dan Manusia (7)

Ada tiga macam pengertian Langit

      Dari pokok bahasan yang telah dibicarakan jelaslah bahwa ada tiga macam pengertian langit.
a.      Langit Alam-mikrocosmos
      Yang dimaksud dengan langit-mikro-kosmos yaitu langit yang ada dalam dunia atom. Inti atom merupakan mataharinya dan elektron yang mengorbit mengelilingi inti itu se-olah-olah planetnya, itulah sebabnya maka dalam istilah atom fisika dikatakan “elektron-planet”. Garis orbit elektron planet ini dari satu sampai  tujuh orbit, jadi langit alam mikro atau langit dunia-atom itu memiliki tujuh lapis langit juga.

b.      Langit Alam-jagat-raya/ alam Makrocosmos

      Alam jagat-raya yaitu Alam materi yang berisi Gas intersteller, gas antar bintang yang melalui peroses yang panjang mewujud menjadi tak-terhingga banyaknya Galaksi, dimana Galaksi itu yaitu kumpulan trilliunan matahari-matahari, dan matahari-matahari  (bintang) itu yaitu merupakan Solar-sistem. Solar sistem ini memiliki satelit-satelit yaitu Planet-planet yang mengitarinya (mengorbit). Diantara miliunan Galaksi terdapatlah satu diantaranya galaksi kita yang dinamai Galaksi Bima Sakti dan diantara trilliunan matahari dalam Galaksi Bima-Sakti itu terdapatlah matahari kita, diantara satelit matahari kita, ditemukanlah bumi kita menyerupai sebutir pasir ditengah padang pasir bila dibandingkan keadaan bumi kita ditengah-tengah sebuah galaksi. Kaprikornus bumi kita yaitu bahagian terkecil dari sebuah Galaksi bila didalam jagat bumi kita hanya merupan sebutir debu. Kalau alam raya ini juga disebut langit, berarti Bumi kita yaitu bahagian dari langit. Kalau begitu bagaimana memahami ayat : “Allah menciptakan langit dan bumi?” Menurut isu Al- Qur’an Alam raya ini yang dalam satu wawasan disebut juga langit, memiliki juga lapisan-lapisan sebanyak tujuh lapis.     ( Akan dijelaskan kemudian di fasal lain).

c.       Langit Alam Gaib (Alam Ruh).

      Langit yang dalam pengertian Alam Ruh, Al-Quran menyatakan ada  berlapis-lapis, tapi lapisan itu bukan menyerupai kudapan manis lapis, kalaupun dikatakan bertingkat-tingkat bukan menyerupai gedung yang bertingkat tapi  tingkatan itu hanya berupa nilai ketinggian. Sepanjang jangkauan pandangan cerah para waskita dalam Filsafat- Islam atau ilmu Tasawwuf, langit Alam Ruh itu meliputi tujuh lapisan Alam Ruhani, sesuai dengan firman Allah:

الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَوَاتٍ طِبَاقًا مَا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِنْ تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِنْ فُطُورٍ>ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنْقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًا وَهُوَ حَسِيرٌ
      “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, tidak akan kau lihat pada penciptaan Tuhan Yang Maha Penyayang itu sesuatu yang tidak sesuai, karena itu lihatlah kembali, adakah kau lihat (yang tak seimbang) dari ciptaannya?”
     Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.(Q.S.67 Al-Muluk: 3,4).

      Ayat ini menerangkan bahwa langit itu berlapis-lapis sebanyak tujuh lapis. Kalau langit yang dalam ayat ini diartikan Alam jagat raya, apakah Alam semesta itu berlapis-lapis?Alam semesta merupakan ruang yang tak bertepi kemana saja arah akan tembus tak ada dinding yang membatas. Maka langit dalam ayat ini adalah  langit yang immateri merupakan alam Ruhani  yang nilai  Ruhnya yang betingkat, yaitu:  Alam Ruh tingkat materi/benda disebut dengan istilah Ruh Jamadi,  alam ruh tingkat daya bertumbuh disebut Ruh Nabati, tingkat daya hewan/ daya hawa nafsu disebut Ruh-Hewani, tingkat daya  Intelegensi disebut Ruh Insani, tingkat daya Mental disebut Ruhani, tingkat daya Spiritual disebut Ruh Rahmani dan tingkat daya Supra Spiritual disebut Ruh Rabbani ( Nama-nama langit ini hanya di dapat dalam kajian Filsafat-Islam dan Tasawuf , tidak ada istilah tersebut dalam Al-Qur’an atau Hadist).
               Di langit Solar-Sistim memang ada langit yang bertingkat-tingkat (Q.S. 71 Nuh: 15),  dikatakan bertingkat bukan berlapis/bertingkat keatas tapi kerena jalur orbit planetnya yang jaraknya semakin jauh dalam tujuh orbit  Ayat ini dijadikan dalil kerena ada ayat berikutnya yang menerangkan bahwa dalam langit itu ada matahari dan bulan. Sedang dalam ayat 3 surat Al-Muluk tadi ayat sebelumnya Yang Mahakuasa bercerita wacana problem hidup dan mati. Mati yaitu problem gaib, maka pada ayat 4-nya Yang Mahakuasa menyuruh merenungkan sekali lagi, jadi tiga kali renungan, berarti problem langit yang berlapis ini bukan lagi problem Alam jagat-raya tapi problem alam gaib,  yang pengetahuan insan wacana yang gaib ini sangat minim. Selanjutnya dalam ayat 5 surat Sajadah ada difirmankan Yang Mahakuasa :

يُدَبِّرُ الْأَمْرَ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ
      “Dia yang mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian naik lagi kepada-Nya dalam sehari yang ukurannya yaitu “seribu” tahun dengan hitungan kamu” (Q.S. 32. As-Sajadah : 5).

            Kalau langit dalam ayat ini diartikan ruang jagat-raya maka Amar Yang Mahakuasa diatur dari sentra pusaran langit jagat raya turun kebumi kita dan naik lagi kelangit. Berarti Yang Mahakuasa bersemayam dipusat langit ruang jagat yang tak bertepi yang berisi tak terhingga banyaknya galaksi-galaksi dan benda langit lainnya, lalu mengatur urusan-Nya kebumi-kita salah satu pelanet kecil diantara tak terhingga banyaknya bumi bumi yang lain dijagat raya, lalu naik lagi.kelangit kawasan bersemayamnya Yang Mahakuasa ( Apakah bumi kita saja yang diperhatikan Yang Mahakuasa sedang bumi-bumi yang lain tidak disebut sebut ?), tentu hal ini suatu hal yang mustahil.
            Kalau jawabannya tidak mungkin, berarti kata “langit” diayat tadi bukan bermakna alam semesta atau jagat raya melainkan “ langit  alam gaib” yang diliputi qudrat iradat Allah, yang merupakan kegiatan amar Allah. Dengan dalil-dalil logika yang penulis kemukakan ini  merupakan landasan berpikir penulis dalam menetapkan hipotesa bahwa ada “langit” yang bermakna “langit-alam-gaib”, yaitu langit yang dilewati Nabi dikala Mi’raj.



Misteri Alam dan Manusia (8)

2. Bermacam-macam Pengertian Bumi (Ardh)

            Perkataan Al-Ardh didalam Al Qur’an lebih 460 kali disebut yang biasanya kita artikan bumi (pelanet kita). Akan tetapi setelah  ayat-ayat Al-Qur’an itu ditelusuri ternyata ARDH punya arti yang bermacam-macam.

a.       ARDH dapat diartikan tempat/lapangan luas sebagaimana suara ayat:

وَأَشْرَقَتِ الْأَرْضُ بِنُورِ رَبِّهَا وَوُضِعَ الْكِتَابُ وَجِيءَ بِالنَّبِيِّينَ وَالشُّهَدَاءِ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
“Dan terang benderanglah bumi-mahsyar (Al- Ardh) dengan cahaya Tuhannya dan diletakkanlah Kitab (himpunan fakta) lalu didatangkanlah para Nabi dan saksi-saksi, dan diberi keputusan diantara mereka dengan adil, dan mereka tidak akan dirugikan” (Q.S. 39. Az-Zumar: 69).

   Perkataan Al-Ardh disini yaitu (Bumi-mashyar) menunjukkan suatu kawasan atau lapangan yang amat luas di akhirat, bukan dibumi-kita. Tetapi jawaban adanya perkataan “ ardh diterjemahkan bumi”  maka dari ayat ini timbul faham bahwa dikala berbangkit itu orang keluar dari Kubur-nya ( dibumi ) dan berkumpul dibumi ini juga yang sudah dirubah Yang Mahakuasa menjadi sangat luas dan matahari begitu dekatnya dari kepala seolah olah berada  hanya sejengkal  sehingga mereka karam dalam lautan keringat.( Ini hanya pendapat segelintir ‘Ulama )

b.      ARDH dapat diartikan: tanah / lahan, menyerupai suara ayat ini
وَأَوْرَثَكُمْ أَرْضَهُمْ وَدِيَارَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ وَأَرْضًا لَمْ تَطَئُوهَا وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرًا
 “Dan dia mewariskan kepada kau tanah / lahan mereka (Ardhohum), kawasan tinggal dan harta mereka, dan lahan yang belum diolah dan yaitu Yang Mahakuasa Maha Berkuasa atas tiap sesuatu” (Q.S. 33. Al-Ahzab: 27)

c.             ARDH dapat juga diartikan: Negeri, menyerupai suara ayat:
يُرِيدُ أَنْ يُخْرِجَكُمْ مِنْ أَرْضِكُمْ فَمَاذَا تَأْمُرُونَ
 “Yang bermaksud hendak mengeluarkan kau dari negerimu (Ardhikum), maka     sekarang apa yang kau kerjakan?” (Q.S.7/ Al-A’raf: 110).

Kata Ardhikum disini bukan bermakna “Bumi- mu”.tapi negeri-mu.

d.    ARDH yang artinya Bumi-kita, Seperti suara ayat ini:
وَهُوَ الَّذِي مَدَّ الْأَرْضَ وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْهَارًا وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ جَعَلَ فِيهَا زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi (Ardh) dan menjadikan padanya “rawasia” (= pasak, batang magnet) dan sungai-sungai (dan menjadikan ) tiap tumbuhan berpasangan (jantan-betina) dan menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya yang demikian itu yaitu ayat (pertanda) bagi kaum yang mau berfikir” (Q.S. 13. Ar-Ra’du : 3) 
       
 Pengertian ARDH disini yaitu bumi yang kita tempati ini, begitu pula dengan arti yang sama juga tertera pada ayat berikutnya. (Q.S. 13 Ar-Ra’du: 4)

a.        ARDH dapat diartikan dengan: bumi jagat raya.

          Karena umumnya kata Al-Ardh diartikan dengan empat macam  tersebut diatas kita terlupa bahwa ada arti yang lain yaitu  ARDH (bumi) dalam pengertian “BUMI-JAGAT-RAYA”  Bumi Jagat Raya yang berisi tak terhitung banyaknya Galaksi yang dari bumi kita  hanya mengatakan : “ berjuta bintang dilangit “. Kalau dipadatkan hanya berupa sebuah “Bumi Jagat Raya” bila dilebur semua hanya berupa “energi”
                          

(Q.S. 41 Fus-Shilat: 9 s/d 12 )
قُلْ أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِي خَلَقَ الْأَرْضَ فِي يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُ أَنْدَادًا ذَلِكَ رَبُّ الْعَالَمِينَ()وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ مِنْ فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَا أَقْوَاتَهَا فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَاءً لِلسَّائِلِينَ()

“Katakanlah, sesungguhnya patutkah kau kafir kepada (Tuhan) yang mencipta bumi dalam dua masa, lalu kau adakan sekutu bagi-Nya? Itulah Tuhan semesta alam (9). Dan Dia menjadikan padanya (bumi) rawasia (garvitasi / gaya bobot) dari atasnya (meliputi) dan memberkahinya, menetapkan ketentuan-ketentuan, ukuran-ukuran kekuatannya dalam empat masa. Sama waktunya bagi yang mau bertanya 10).

Bila kita serap makna kandungan Q.S. 41 Fus-Shilat: 9 s/d 10,

Maksudnya kejadian Bumi yang pertama kali dikatakan dua masa sebenarnya sama artinya dengan empat masa karena setelah diciptakan tahap pertama dengan dua masa lalu berproses dalam dua tahap lagi sehingga menjadi empat masa, sehingga ayat itu diakhiri dengan penegasan: Kalau ada orang yang heran dan mau bertanya wacana hal tersebut, jawabnya bahwa empat masa yang disebutkan kemudian yaitu suatu proses dari dua masa sebelumnya.

ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ اِئْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ()فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَى فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ()

“Kemudian Yang Mahakuasa mengarah pada langit dan langit dikala itu hanya berbentuk gas maka berfirman Yang Mahakuasa kepada langit itu dan juga kepada Bumi (yang sudah jadi) Datanglah kau kedua duanya (bumi dan langit) dengan taat (patuh) atau terpaksa, keduanya menjawab: “Kami berdua datang dengan taat” (11).
“Maka Dia menjadikan (gas) menjadi tujuh-langit dalam dua masa, dan mewahyukan pada tiap lapis langit itu urusannya. Lalu langit yang rendah (langit dunia) Kami hiasi dengan lampu-lampu (bintang) dan memeliharanya, demikianlah ketentuan Yang Mahakuasa Yang Maha Perkasa lagi Mengetahui”  (12).

      Mari kita renungi secara mendalam ayat 11 dan 12 nya, mungkin akan timbul pertanyaan ilmiah yang menghendaki jawaban secara ilmiah juga. Kalau kata-kata ARDH dalam ayat ini diartikan “planet-bumi-kita”, berarti bumi kitalah yang lebih dahulu diciptakan Yang Mahakuasa gres langit (jagat-raya), padahal menurutut kajian ilmiah Alam-jagat-raya yang lebih dahulu diciptakan, lalu galaksi-galaksi terbentuk, yang Galaksi itu merupakan kumpulan matahari-matahari yang jarak antara satu matahari dengan matahari lain paling akrab lebih  4 tahun cahaya sedang cahaya bergerak dalam satu detik saja 300.000 km. Kalau satu tahun berapa Km, bila empat tahun  berapa ? Suatu dikala terjadi ledakan pada matahari-matahari itu menyebabkan ada episode matahari yang terpelanting menjadi satelit matahari Diantara tak hingga  banyaknya matahari itu,  satu diantaranya yaitu matahari kita dan diantara sepuluh satelit matahari itu satu diantaranya yaitu Planet bumi kita.apakah logis “pelanet bumi”  yang duluan dibuat ? Kalau terasa ada yang tidak sinkron berarti penafsiran yang salah, bukan ayatnya yang tak logis.

Karena itulah diayat tadi, kata Al-Ardh penulis artikan dengan: BUMI-JAGAT-RAYA, karena dari sudut pandang kesemestaan Jagat-raya ini, hanyalah sebuah bola-bumi yang besarnya tak terbatas. Akan tetapi karena kita makhluk yang kecil kita lihat bola-bumi-jagat-raya ini yaitu kumpulan gugus-gugus bintang, dan galaksi-galaksi. Satu diantara sekian banyaknya Galaksi itu yaitu Galaksi Bima Sakti. Galaksi Bima Sakti terdiri dari trilliunan Matahari yang memiliki Solar-sistem, diantaranya yang terdekat dengan Matahari kita yaitu Bintang Alfa Centaurus, yang jarakanya lebih 4,3 tahun cahaya. Galaksi Bima Sakti itu bergaris tengah 100.000 tahun cahaya yang Matahari kita mengedarinya selama 225 juta tahun. Itu satu Galaksi sedang alam semesta Jagat-raya berisi tak terhingga banyaknya Galaksi. Berapa luasnya Bumi-Jagat-Raya ini? Allahu A’lam.

            Kalau kita dapat memperbesar diri kita demikian besarnya hingga perbandingannya: Bumi hanya sebesar elektron, maka Matahari-lah Protonnya, Solar-sistem menjadi Atom dan Galaksi menyerupai sebutir pasir, maka dikala itu barulah dapat diperhitungkan bahwa Jagat Raya ini hanyalah sebuah bola bumi, mungkin sebesar bumi kita. Akan tetapi bila kita mengecilkan diri sebesar elektron maka atom akan menjadi ruang yang bergaris tengah satu kilometer, maka kita akan mampu naik Helikopter pada ruang sebuah Atom. Ketika itu tidak ada lagi berjulukan Bumi-Jagat-Raya maupun Galaksi atau Matahari atau Bumi tapi semuanya hanyaLANGIT yang berisi energi.

            Dari analisis tersebut penulis mengambil esensi ayat  diatas( data 4 :9 s/d 12 ), sebagai berikut:
1.      Allah menciptakan “Alam materi yaitu BUMI-JAGAT–RAYA dalam dua periode.
a.       Periode Pusaran Gas Hidrogen yang semakin lama semakin padat yang menimbulkan panas yang tinggi, menyebabkan terjadinya proses transmutasi atom-atom.
b.      Akibat adanya tranmutasi ini maka keluarlah sinar dan panas yang bertambah tinggi. Maka menjadilah Gas itu suatu massa yang menggelegak-gelegak dan menyala dan dengan menempuh masa yang panjang alam yang menggelegak itu menjadi padat dan terjadilah Letupan dahsyat ( Big Beng ) dan “Pusaran Galaksi”. bagaikan arus-badai semesta alam berputar mengelilingi inti alam semesta kemudian mewujudlah Kelompok Galaksi ( Buruj ), Galaksi-galaksi dengan matahari mataharinya dan seluruh isi jagat-raya

2.      Netrino dan anti netrino saling menghancurkan sehingga didalam alam mewujud Gravitasi dan Gaya-bobot , yang Al-Qur’an menamakannya “Rawasia” ( pasak ). Gaya Bobot ini meliputi Alam semesta, sehingga proses pembentukan Galaksi dan Matahari-mataharinya yang telah mempunyai satelit itu menjadi tetap dengan ketentuan:satelit matahari mengorbit mengelilingi Matahari, sang Matahari juga mengelilingi Galaksi dan galaksi juga beredar mengikuti arus pusaran Buruj (kelompok Galaksi), Buruj inipun tasbih (berenang) mengikuti pusaran alam semesta. Proses ini berlaku dalam empat periode (masa)

3.      Lalu Yang Mahakuasa mengarahkan kodratnya kelangit yang waktu itu berupa Dukhan (gas asal jagat raya ). Kalau dalam penciptaan BUMI-JAGAT-RAYA Gas itu dipadatkan dengan panas yang tinggi, tapi untuk penciptaan langit Gas itu tidak dipadatkan, melainkan diurai sehingga menjadi unsur-unsur yang halus. Zat yang hanya berupa partikel atom diurai menjadi ion-ion dan diurai lagi menjadi Alam Ruh, atau dengan istilah Qur’annya, Yang Mahakuasa merobah yang bersifat NUUR menjadi NAAR dan menjadikan Alam semesta ( Bumi jagat raya ) dan mrubah NUUR  jadi Alam Ruhani lalu menciptakan tujuh lapis alam-gaib yang dalam Hadits disebut : Langit I , II , III, IV, V, VI, VII, atau Alam Ruh Jamadi, Nabati, Hewani, Insani, Ruhani, Rahmani dan Rabbani ( nama-nama menurutut istilah Metafisika/ Tasawwuf saja ). Lalu setiap  tingkatan langit diberikan urusannya masing masing sesuai dengan kekuatan dan wawasan lingkupannya. Ruh Jamadi menjadi karena adanya wujud Materi, Ruh Nabati menjadi karena adanya kehidupan dibumi dan tumbuhlah tumbuh-tumbuhan dari bentuk lumut hingga hutan balantara, Ruh Hewani sebagai karena adanya Kemauan  dan sebagai karena lahirnya hewan, maka bumipun penuh dengan binatang dari binatang satu sel, berevolusi hingga ada binatang yang merayap, yang terbang yang berenang hingga binatang buas, Ruh Insani sebagai karena adanya Rasio/ kecerdasan maka mewujudlah makhluk cerdas baik yang berfisik ( insan ) maupun yang tidak ( Jin ) dan rasio /pikiran melekat pada insan labih banyak daripada Jin ( kerena Adam di Jannah sudah diberi ilmu yang banyak maka keturunannya menjadi makhluk cerdas ), Ruhani merupakan karena makhluk memikliki Supra Rasional, Ruh Rahmani sebagai karena adanya daya spiritual, rasa cinta dan kasih sayang, Ruh Rabbani sebagai karena adanya daya supra spiritual rasa pengabdian kepada Tuhan yang Maha Esa.

4.      Langit yang paling rendah ( Sama’u’d-dunya ) yaitu alam Jamadi, Langit ini berbatasan dengan Langit-Jagat-Raya yang berisi energi dan materi (mulai dari sinar kosmis, gelombang elektro magnetis, gaya bobot, ion, atom, kerikil batuan (mateor), planet, matahari-matahari, Galaksi-Galaksi dan kelompok Galaksi ( Buruj ) dan lain lain pengisi jagat. Dari bumi kita hanya melihat bahwa dilangit ada bintang-bintang bagaikan lampu kemerlap dialam semesta  padahal itu yaitu Galaksi kumpulan  trilliunan matahari. Makanya langit jagat raya yang berisi lampu lampu itu merupakan hiasan langit dun-ya ( langit pertama )
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ
“Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit-dunia ( langit yang dekat) dengan lampu-lampu ( bintang-bintang ) dan Kami jadikan bintang-bintang itu sebagai pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala” ( Q.S 67Mulk: 5 )

            Untuk mendukung hipotesis penulis wacana Al-ARDH diartikan  BUMI-JAGAT-RAYA marilah kita telusuri  ayat-ayat lain dalam Al-Qur’an:

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّماوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ
a.      “Mereka tidak memahakuasakan Yang Mahakuasa dengan sebenar-benar kekuasaan-Nya, padahal Bumi seluruhnya (Bumi-jagat-raya) dalam genggaman-Nya pada hari Qiamat dan Langit digulung dengan tangan kanan-Nya, Maha Suci  Dia yang Maha Tinggi dari apa yang mereka syarikatkan” (Q.S. 39. Az-Zumar: 67)
 
          Dalam ayat ini terdapat kata-kata: Wa’l Ardhu jami’a والارض جميعا = dan bumi seluruhnya. Kata-kata ini berarti bahwa bumi yang dimaksud yaitu seluruh bumi dalam jagat = Bumi-jagat-raya. Perkataan Ardh dalam bentuk tunggal, karena memang jagat raya dihitung satu bumi. Perkataan Jami’a berarti banyak, karena jagat raya itu memang kumpulan bumi-bumi yang  banyak, namun bagi Yang Mahakuasa hanya segenggam saja. Langit yang bukan dalam bentuk materi dihari Qiamat akan digulung bagai menggulung lembaran tipis,digulung cukup dengan sebelah tangan saja. Dari ayat ini kita dapat menangkap makna tersirat bahwa Allah tidak ada didalam Alam, dan tidak juga diluar Alam, kerena alam tak ada episode luarnya..
يَاعِبَادِيَ الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنَّ أَرْضِي وَاسِعَةٌ فَإِيَّايَ فَاعْبُدُونِ
b.      “Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman, sesungguhnya Bumi-Ku itu   sangat luas maka kepada-Ku-lah kau mengabdi” (Q.S. 29 Al-Ankabut: 56).

      Yang dimaksudkan bumi disini yaitu bumi-jagat-raya, karena kata-kata Ardhy ارضي = bumi-Ku, menunjukkan khusus, berarti yang ditunjuk yaitu bumi-Nya ( Yang Mahakuasa ). Kalau yang dimaksud yang ditunjuk yaitu bumi Allah, tentu dalam arti keseluruhan yang ada dalam alam-jagat, bukan  sekadar bumi yang kita tempati sekarang. Kalau bumi yang kita tempati ini hanya merupakan kawasan yang sangat sempit dan kecil bagai sebutir pasir ditengah jagat. Maka kata Ardhy diayat ini lebih tepat diterjemahkan dengan : Bumi jagat raya.
وَالْأَرْضِ ذَاتِ الصَّدْعِ
c.       “Dan bumi yang mempunyai penggalan (Ash-shad’u=pecah)” (Q.S. 86. Ath-Thariq: 12).

      Bumi yang dimaksud yaitu Bumi jagat raya. Bumi jagat raya itu memang terpecah-pecah, kerena didalam jagat raya ini tak terhitung banyak pecahannya : galaksi, matahari dan bumi. Kalau  bumi yang kita tempati ini bentuknya agak lingkaran tidak mempunyai pecahan, karena itulah para Penafsir menterjemahkan kata: Ash-shad’u itu dengan : tumbuh tumbuhan, kerena sulit memahami kata:  الصدع. Penulis menterjemahkan kata Ash-shad’u dengan arti sesuai Kamus tidak arti kias dan tidak ditakwil dan memang sebenarnyalah Bumi-jagat-raya itu mempunyai pecahan-pecahan yaitu Galaksi.Galaksi, Galaksi mempunyai penggalan lagi yaitu Matahari-matahari (Solar-sistem). Satu diantara solar sistim itu kita pilih matahari kita, mempunyai penggalan juga yaitu planet-planet yang mengorbit disekelilingnya. Satu diantara pelanet itu yang berada pada orbit ketiga,  keadaannya tidak terlalu akrab kematahari (kepanasan) dan tidak pula terlalu jauh (kedinginan) itulah bumi kita yang kita anggap sebuah pelanet yang utama dijagat raya ini. Didalamnya ada makhluk yang berjulukan insan yang berpikir yang mendapat kedudukan sebagai khalifah Yang Mahakuasa dibumi, padahal belum tentu kita ini makhluk yang paling tinggi diantara makhluk makhluk didalam jagat raya yang tak terhitung banyaknya bumi yang lain, insan yang lain yang mungkin lebih cerdas dari kita.
            Penulis bukan mengatakan bahwa semua perkataan “Ardh” dalam Al-Qur’an itu artinya yaitu “bumi-jagat-raya”, tapi ada diantara kata-kata “Ardh” dalam ayat itu yang bermakna “bumi–jagat–raya, bila ayat tersebut menyatakan wacana langit-alam-Ruhani yang berpasangan dengan bumi-jagat-raya.  Bumi jagat raya ini suatu dikala akan disebut juga sebagai langit bila bumi kita dipisahkan darinya sebagai objek pembicaraan. Bumi maksudnya pelanet yang kita tempati dan langit artinya semua ruang ada diluar bumi ( jagat raya ).Bumi kita yang padat inipun bila sekiranya dilebur ia akan menjadi atom jadi semuanya hanya atom, maka tak ada lagi yang disebut bumi, semuanya hanya langit.. Setelah kita memahami  proses kejadian alam ini, apa kata Yang Mahakuasa dalam Al-Qur’an dan bagaimana pula pencapaian logika dalam teori fisika?



Misteri Alam dan Manusia (9)

a.                 Proses Kejadian Alam
            Yang dimaksud dengan Alam yaitu semua yang maujud selain Allah, karena itu dalam langkah pertama biar memudahkan pemahaman, Alam itu dibagi menjadi dua bahagian: Alam gaib (alam abstrak) dan Alam Syahadah (alam konkrit), yang keduanya  mewujud dari NUUR-ILAHI.
Firman ALLAH:
اللَّهُ نُورُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ نُورٌ عَلَى نُورٍ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Allah itu NUUR (cahaya) yang menjadi karena terjadinya tujuh langit ghaib dan bumi jagat raya. Perumpamaan Cahaya (NUUR) Yang Mahakuasa itu menyerupai sebuah ruang yang didalamnya ada lampu, lampu itu ada dalam semprong kaca, beling itu (bercahaya) bagai bintang cemerlang, (dimana lampu itu) dinyalakan dari suatu batang yang berminyak yang diberkati, yang tidak ada di timur atau barat dan (batang berminyak itu) rela terbakar sendiri walau tidak disentuh api, cahayanya berlapis-lapis. Yang Mahakuasa menghidayahi dengan cahaya-Nya itu bagi siapa saja yang menghendekinya, dan sengaja Yang Mahakuasa membuat permisalan ini untuk insan dan Yang Mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu Maha Mengetahui” (Q.S. NUUR/24 : 35).
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
“Sesungguhnya perintah-Nya,apabila dia menghendaki sesuatu hanya berkata: “jadilah!  Maka menjadilah ia” (Q.S.36/ Yasin : 82)

            Dengan perintah “ “ KUN !”, NUUR dipadatkan menjadi NAAR ( api ) sehingga terjadi  arus gelombang api dalam semesta  yang panasnya semakin tinggi  menggelegak-gelegak, sehingga, tejadilah letupan dalam alam jagat raya yang dikenal dengan istilah BIG-BANG. Menempuh waktu jutaan tahun alam semesta terbentuk dengan wujud  materi halus hanya merupakan debu angkasa hingga  Galaksi-galaksi yang tak terhitung banyaknya yang nanti akan diuraikan pada fasal berikut. Begitulah asal mula kejadian Alam syahadah, alam nyata, alam konkrit yang kita sebut namanya dengan : Alam-Jagat-Raya.

3.1. Kejadian Alam Syahdah
            Ketika Ruh Jamadi melepaskan energinya maka energi itupun memadat membentuk atom Hidrogen inilah atom yang paling duluan mewujud didalam jagat  yang dalam Al-Quran disebut :  “ Al-Maa’ “ lalu terbentuk atom yang beratnya 4 x Hidrogen. Netron atom ini melepaskan dua elektronnya dan tinggal dalam inti dua proton, maka jadilah atom Helium. Ruh Jamadi terus menerus bekerja tidak pernah berhenti, memadatkan energi yang 6 x  berat H, 9 x  H, 10 x H, 12 x H, 14 x H, 16 x H, 19 x H, 20 x H, dan seterusnya,             ( menyerupai dalam tabel nama unsur atom dihalaman 10 s/d 13 ) sehingga terbentuklah  atom Lithium, Brillium, Karbon, Nitrogen, Oksigen, Fluor, Neon, hingga unsur yang beratnya 253  x  berat Hidrogen yaitu Nobelium .Dengan terwujudnya unsur-unsur itu maka terciptalah materi dasar materi alam semesta, yang bersenyawa satu dengan lainnya yang kesemuanya berbentuk GAS yang Al-Qur’an meyebutnya  dengan istilah “Dukhan”,(Gas panas) sebagaimana yang telah difirmankan Yang Mahakuasa dalam Surah Fush-shilat ayat: 11
ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ ............"
“Kemudian Yang Mahakuasa mengarahkan kudrat-Nya ke langit yang masih berbentuk dukhan (gas panas )………...(Q.S. Fush-shilat / 41: 11).

            Lengkapnya Al-Qur’an menyatakan :
قُلْ أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِي خَلَقَ الْأَرْضَ فِي يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُ أَنْدَادًا ذَلِكَ رَبُّ الْعَالَمِينََجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ مِنْ فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَا أَقْوَاتَهَا فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَاءً لِلسَّائِلِينَ>ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ اِئْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ>فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَى فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
“Katakanlah: "Sesungguhnya patutkah kau kafir kepada Yang menciptakan bumi jagat raya dalam dua masa dan kau adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?, demikian itulah Tuhan semesta alam.(9). Dan Dia menciptakan di jagat raya itu Rawasia ( pasak ) yang kokoh di atasnya dan Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar               ( ukuran-ukuran ) periodiknya dalam empat masa. (Penjelasan ini sebagai ) jawaban bagi orang-orang yang bertanya (10). Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepada langit dan juga bumi jagat raya:  "Datanglah kau keduanya kepada-Ku dengan thaat ( patuh ) atau dengan rasa enggan “ Keduanya menjawab: "Kami datang berdua dengan patuh ( kepada hukum sunnatu’llah ) (11) Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang akrab dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”.(12)

            Ayat 9 dan 10 Surat 41/ Fush-silat menjelaskan bahwa Yang Mahakuasa menginformasikan wacana kejadian alam semesta (bumi-jagat-raya), yang penulis simpulkan sebagai berikut:

a.      Jagat raya mewujud.

Rasulullah bersdabda : “ Yang ada hanya Yang Mahakuasa dan belum ada sesuatupun juga selain Dia, dan dikala itu yaitu “’Arasy-Nya diatas air dan ditetapkan-Nya pada Zdikri segala sesuatui dan dijadikannya langit dan bumi”. Dalam Al-Quran dikatakan : Dan Dialah yang telah menjadikan Langit dan bumi dalam enam hari dan adalah’Arasy-Nya diatas air ( QS.11/Hud  : 7 )

Setelah dikaji secara mendalam, bahwa kalimat “adalah ‘Arasy-Nya diatas air” bukan menjelaskan bahwa ‘Arasy Yang Mahakuasa itu terapung diair, tetapi menurut budi ilmiah bahwa Al-Maa’ yang diterjemahkan dengan air tidak mengena pada maksud ayat. Berat dugaan bahwa kata air yang dimaksudkan yaitu Zat-air yaitu Hidrogen yang hanya memilki satu proton dan satu elektron
Hidrogenlah yang terbanyak didalam alam disamping atom atom lain sebagai unsur dasar kejadian alam, perbandingannya satu banding seribu, mengalir dalam pusaran alam yang hanya berisi energi dan gaya bobot. Gaya bobot berfungsi menarik partikel parikel gas yang berada disekeliling gumpalan gas yang melekat sehingga karenanya proses pembesaran gumpalan gas semakin cepat. Ketika kecepatan arus pusaran alam yang semakin mendapat dengan tekanan dan temperatur yang sangat tinggi maka arus pusaran alam ini menjadi panas menyala dan menggelegak. Pusaran gas ini semakin lama semakin besar dan semakin padat dan terjadilah gumpalan   menyala yang besarnya tidak ada ukuran untuk mengungkapkannya lalu  meletup ( BIG-BANG). Gumpalan itupun bertabur keseluruh jagat. Setelah menempuh masa yang sangat panjang dari api maha besar yang meletup dan menyembur kesemesta alam itu mewujudlah matahari-matahari yang tidak terhitung banyaknya. Arus pusaran itu juga menyebabkan matahari itu berkelompok-kelompok dengan jumlah trilliunan lalu menjadi galaksi-galaksi yang banyaknya juga tak terhitung, galaksi galaksi itupun mengelompok dalam kelompok, yang Al-Quran menyebutnya Al-Buruj maka mewujudlah “ bumi jagat-raya “. Yang semua benda langit ini berotasi mengelilingi poros semesta alam ( ‘Arasy )
وَالسَّمَاءِ ذَاتِ الرَّجْعِ
 “Dan langit yang mempunyai rotasi ( raj’i )”   ( QS 86/ Ath-Thariq : 11 )

           Ayat diatas biasanya diartikan : “ Dan langit yang mengandung hujan “  karena kata : “.الرجعartinya : Kembali , lalu diartikan bahwa kata “ kembali “ maksudnya yaitu air yang naik kelangit lalu kembali kebumi. Makna yang lebih tepat bahwa langit itu beredar mengelilingi poros alam kemudian kembali lagi, yang makna ilmiahnya ialah berotasi.  Ketika yang bersifat NAAR berproses melalui pemadatan menjadi alam semesta ( bumi jagat raya ) yang bersifat materi, maka yang tinggal yaitu unsur NUUR yang immateri ( bersifat gaib ), yang dengan proses penguraian  menjadi alam gaib dan tercipta tujuh langit alam gaib. Langit ini tidak materi jadi tidak ada didalamnya Pelanet, Matahari, Galaksi yang ada hanya Intelegensi, yang dalam Hadits disebut namanya Al-Qolam atau Al-‘Aql maka  jadilah ia merupakan pusaran intelegensi-universal, itulah sebabnya langit mampu mendapatkan wahyu Allah.

b.      Alam jagat mengalami evolusi dan terus mengembang.
Dengan intelegensi universal yang memiliki kecerdasan alam, langit menyambut panggilan Yang Mahakuasa dan thawaflah langit dan bumi jagat raya mengelilingi poros semesta alam yang disebut ‘Arasy. Thawafnya langit dan bumi ini merupakan ibadah ( manasik ) yang  bersifat Universal  maka dikala ummat terpanggil melaknakan ibadah Haji thawaf inipun dilakukan oleh umat Islam sebagai jawaban ketaatan terhadap panggilan Yang Mahakuasa .
Alam yang berisi gaya bobot dan gravitasi yang ada disebabkan goresan energi netrino dan anti netrino, gaya bobot dan gravitasi itu didalam alam seolah-olah  membungkus alam jagat yang sedang berekspansi terus hingga sekarang sampai  alam semesta memulai arus balik kerena energinya ditarik Allah..
       Pelanet-pelanet yang ada didalam jagat mulai mengalami peroses pendinginan maka jadilah benda benda langit yang dengan patuh pada hukum Sunnatu’llah mengitari matahari-matahari didalam jagat dan menunggu hingga suhunya stabil dan mampu menjadi kawasan makhluk hidup. Setelah tahapan itu hingga maka tumbuhlah dibumi itu tumbuh-tumbuhan dan hewan hewan sementara perut bumi dalam menjalani waktu yang panjang itu telah terjadi endapan, sehingga dalam perut bumi ada migas, ada arang-batu, emas, perak, tembaga, perunggu dan lain lain yag tak tersebutkan. Maka bumi jagat raya telah dilimpahi berkah Allah, ( dalam ayat tadi dikatakan : wabaaroka fiha ) dan  hukum qadar alampun bekerja membentuk alam menempuh  periode zaman yang bertingkat tingkat kearah kemajuan. Keadaan ini berlaku pada semua bumi yang ada dijagat raya ( pada ayat diatas dikatakan : waqoddaro fiha aqwaataha = ditetapkan ukuran ukuran waktunya ), yang akan dibicarakan dikala membahas “bumi kita yang molek”, begitupan masih ada pelanet baru, masih ada galaksi yang gres kerena alam berkembang terus tidak berhenti hingga kekuatan berkembang itu ditarik Allah:
وَالسَّمَاءَ بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ
“Dan langit itu Kami Yang membangunnya dengan kekuasaan dan Kami yang meluaskannyai” ( Q.S51/ Adz-Dzariyat :47 )




Misteri Alam dan Manusia (10)
   
3.1    Kejadian Alam Ghaib

 Sebagaimana yang dijelaskan pada kejadian alam syahadah bahwa NUUR yang dipadatkan menjadi NAR, Nar memadat menjadi materi dan  materi itu merupakan  padatan atom. Materi ada yang disebut benda, tumbuhan, hewan, manusia.
          Ayat-ayat yang tertera pada Q.S. 24: 35 yang dikutip diatas telah menunjukkan informasi kepada kita wacana asal-usul terjadinya alam  baik yang gaib maupun yang syahadah. Tidak etis bila kita membicarakan  tentang Allah, maka untuk membahas wacana kejadian alam, kita memulainya dari eksistensi “NUUR”. Sesuai informasi Yang Mahakuasa dalam Q.S 24 : 35 tadi, NUUR dipadatkan menjadi NAAR, NUUR diurai menjadi RUH. Berbicara wacana Ruh ada keterbatasan kerena ilmu yang dibukakan Yang Mahakuasa kepada manusia  tentang Ruh hanya sedikit sekali (Q.S. 17 :85).

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا.

“Dan mereka bertanya kepadamu wacana Ruh. Katakanlah: "Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kau diberi pengetahuan melainkan sedikit".

Tujuh lapis langit gaib ( Alam Ruhani  ).

Setelah bumi-jagat-raya mewujud dan berkembang tak berhenti, sebenarnya Yang Mahakuasa sudah menciptakan tujuh tingkat alam Ruhani yang menyelimuti alam jagat raya dengan tujuh petala langit. Langit yang tujuh lapis itu dalam hadits disebut langit I, II, III, IV, V, VI,VII , langit itu bukan ruangan yang didalamnya ada benda benda langit sepereti langit-jagat-raya, langit ini hanya berisi intelegensi-universal ( Aqal ) atau Al-Qalam  dan kalaupun ada makhluk dilangit ini mereka yaitu para Malaikat atau Arwah orang orang yang sudah menanggalkan tubuhnya atau Ruh yang belum penah mengalami jadi makhluk-nyata. Kerena alam Ruhani bersifat gaib ( Ruh ) maka berlaku hukum kegaiban. Ketika Yang Mahakuasa berfirman “ KUN” alam Ruhani terus jadi tanpa evolusi sementara alam jagat raya               ( FAYAKUUN ) berkembang terus hingga sekarang entah sudah berapa lama kejadian ini terjadi. Energi Alam Ruhani memancar ke Alam Jagat Raya mensugesti perkembangan dan pertumbuhan alam dan makhluk yang ada didalamnya..  Allah mengisyaratkan bahwa langit alam Gaib atau Alam Ruhani disebutkan dengan kata: السموات  سبع kerena langit tersebut  tujuh-lapis tapi  ada  juga dipakai kata السموات tanpa سبع bila kode tersebut bersifat universal. Kalau untuk Langit jagat raya dengan kata: السماء sebab langit jagat raya ini tidak berlapis lapis, kadang kala dipakai juga kata  السمواتuntuk pengertian langit jagat raya kerena jagat raya juga bermacam- macam, dengan keterangan pelengkap bahwa dilangit itu ada matahari,  jadi langit yang ada mataharinya = langit jagat raya  merupakan ruang yang tak bertepi kemana tembus dan ruang tersebut keberadaannya  “ tiga dimensi”  yang akan dibicarakan berikut. Maka alam Ruhanipun melakukan peran berdasarkan wahyu yang diterimanya. Alam Ruh Jamadi memancarkan energinya kealam Jagat yang menyebabkan  semua benda langit itu menjadi materi yang berwujud.. Kemudian Ruh Nabati dan Hewani menyentuh alam-jagat raya itu, sehingga mewujudlah tumbuh-tumbuhan dan hewan dari mulai tumbuhan / binatang satu sel hingga hutan balantara dan binatang-binatang raksasa   ( menyerupai Dinosaurus ) hingga binatang yang menyerupai manusia        ( Phitek Anthropus Erektus atau Homo Neandertal). Aktivitas ini terus menerus tidak pernah berhenti sehingga evolusi kehidupan tumbuhan dan hewan itu hingga kebatas evolusi yang telah dikodratkan. Setelah pekerjaan ini hingga kepada tahap yang ditentukan menurut Sunatullah, maka Ruh Insanipun menyentuh alam materi lalu mewujudlah makhluk yang sempurna   Insan Kamil ( Homo-Sapien ), Ruh anak cucu Adam yang dialam arwah yang masih berbentuk makhluk Ruhani pada turun kemuka bumi memasuki kandungan ibu-ibu hamil :
            “Dari Abu Hurairah ra berkata:  Rasulullah SAW bersabda:
Ketika Yang Mahakuasa menciptakan Adam Dia mengusap punggungnya maka jatuhlah setiap jiwa dari punggungnya. Dia menciptakannya hingga hari kiamat…………..”   Ditakhrijkan oleh At Tirmidzi.

            Menurut keterangan Hadits ini Ruh anak cucu Adam sudah disiapkan dialam Ruh akan turun menempati bumi dan akan menjadi Khalifah dibumi biar bumi dapat ditata dengan baik. Ruh-ruh itu sudah mewujud untuk jadi penghuni pelanet bumi dan petugas dihari Qiyamat; masing-masing menunggu giliran lahir sebagai anak manusia. Kadang kadang Ruh itu mampu datang mengunjungi insan yang hidup dibumi jauh sebelum kedatangannya, ada juga Ruh yang sudah masuk barzakh  ( sudah meninggal ) tapi masih berkesempatan menemui keluarganya dibumi.(  Pembahasan yang lebih terperinci akan ditulis dalam buku  “ Misteri  Manusia “ buku ke dua  ). Manusia penghuni pelanet bumi kita ( bumi-bumi yang  lain  tidak kita  bicarakan disini ) yaitu makhluk yang sempurna     ( dalam arti fisiknya ) butuh pertumbuhan dan perkembangan intelektual, sosial, spritual dan supra-spritualnya sehingga insan dapat berkomunikasi dengan Yang Mahakuasa yang Maha Pencipta, karena itu langit yang mengandung intelegensi yang lebih tinggi itu terus menerus menyentuh kehidupan dan insan yang sedang menuju perkembangan keruhanian untuk taqarrub kepada Yang Mahakuasa dan perkembangan intelektual kearah teknologi yang semakin tinggi.
lainnya 5237315660798925708

Posting Komentar

emo-but-icon

Beranda item

Popular Posts