Loading...

085749607473 Jual Peci Kopiah Songkok MENGUAK TAKDIR



MENGUAK TAKDIR - 1 

MUQADDIMAH

            Berbicara ihwal manusia, Al-Qur’an memberi gelar kepada insan itu nama : AL-INSAN, AN-NAAS dan AL-BASYAR. Manusia diakatakan Al-Insan karena insan yaitu jenis makhluk yang bukan tergolong hewan atau jin yaitu makhluk yang telah memiliki kesadaran diri, beradab dan berbudaya tetapi lebih cenderung kepada tingkah laku yang tidak terpuji: itulah insan generasi keturunan Adam. ( Bani Adam ) yang para pakar Anthropologi mengira bahwa insan yang disebut Insan itu sudah mendiami bumi semenjak 100.000 tahun yang lalu.
            Manusia dikatakan dengan An-Naas karena dipandang sebagai makhluk sosial yang sudah bisa menanamkan pengaruh kepada kelompoknya sehingga diantaranya ada pemimpin kelompok. Pemimpin kelompok itu yang menggiring pengikutnya kepada ideologi yang dicetuskan sang pemimpin maka lahirlah bermacam ideologi dalam kehidupan manusia. Masyarakat semakin besar diantara pemimpin ada yang punya pengaruh dan kemampuan yang kuat, lalu kelompok ini mengalahkan kelompok lain. Kepala suku dengan sukunya mengalahkan suku yang lain. Sebuah Kerajaan yang kuat  dengan  rajanya yang kuat mengalahkan Raja dan Kerajaan lain, begitu seterusnya sebuah negara kuat mengalahkan negara lain, maka peperangan di bumi tidak akan berhenti. Sekarang ini Amerika yang kuat, maka mereka mau menguasai dunia.
            Manusia disebut dengan kata Al-Basyar, karena insan sudah mencapai tingkat kesadaran Spritual yang ingin mencari kedamain hidup , ketenangan batin , karena insan yang disebut Al-Basyar memerlukan perlindungan dari Tuhan, membutuhkan tempat mengadu yaitu Tuhan . Maka insan Al-Basyar yaitu insan yang dapat menggunakan intelegensinya yang dia sadar bahwa intelegensi insan itu hanyalah merupakan bahagian dari intelegensi-universal atau dengan istilah lain: bahwa budi pikir yang dimiliki insan itu hanyalah merupakan pinjaman Allah, maka seharusnya insan berpikir dijalan Tuhan
            Dalam menempuh perjalanan panjang lebih kurang 100.000 tahun insan telah membuatkan intelegensinya, terbukti karya seni tertua yang ditemukan orang berusia 30.000 tahun. Manusia sudah mengenal pertanian semenjak 10.000 tahun yang lalu lalu peradaban dan kebudayaan berkembang pesat. Manusia insan yang ingin berkuasa semakin banyak, persainganpun menjadi jadi lalu dunia penuh dengan pertikaian-pertikaian. Sampai suatu ketika insan menemukan bermacam-macam keterampilan membuat barang-barang kebutuhan dan berkembanglah teknologi. Kebutuhan  semakin banyak dan ekonomi mulai berkembang dan muncullah perdagangan. Dalam perkembangan pesat ibarat ini terjadilah penipuan – penipuan, perampokan, pencurian. Maka negeri menjadi tidak aman, lalu dibuatlah peraturan. Namun semakin ketat peraturan semakin banyak pelanggaran karena orang takut kepada peraturan itu dikerenakan sangsinya.
            Maka perlu hukum yang lebih tinggi dan diyakini keadilannya, maka Tuhan mengutus Rasul. Tetapi Rasul itu tidak menjangkau seluruh dunia. Rasul-rasul diutus Tuhan hanya pada daerah terpilih yaitu daerah Timur-Tengah yang letaknya dipertengahan bumi, yang keadaan tanahnya miskin dan manusianya hidup dalam ketidakteraturan. Rasul tidak dilahirkan di Asia, Afrika, Amerika atau di Australia      ( kalaupun ada yang lahir di Afrika ibarat Musa yang lahir di Mesir tapi tanah air Musa yaitu Israil, ya  Timur tengah juga apalagi Indonesia jauh dari kemungkinn  lahir seorang Rasul. Maka Tuhan juga mengutus Nabi-nabi dimana saja ada ummat manusia. لكل امة رسول )) Selain itu Tuhan juga menurunkan ajaran- ajaran-Nya melalui Ahli-Hikmah / Filosof . Al-Hikmah itu akan diberikan Tuhan kepada siapa saja yang terpilih (tidak harus seorang Nabi atau Rasul) sebagaimana Al-Qur’an menyatakannya:

يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ(269)
“ Al-Hikmah itu diberikan kepada siapa yang mau ( yang mau mencarinya) dan barang siapa yang telah mendapatkan Hikmah maka sesungguhnya dia telah mendapat kebaikan yang banyak dan tidak ada yang menyadariya melainkan para Ulu’l Al baab” (Q.S.2 /Al Baqarah : 269).

            Dengan kedatangan Rasul, Nabi dan para Ahli Hikmah maka peradaban dan kebudayaan semakin tinggi dan insan semakin pintar dan terampil dalam menempuh perjalanan hidupnya yang dia tidak tahu dimana berakhirnya.
            Dalam menempuh perjalanan hidup itu anak insan melaluinya tidak selalu berjalan lurus dan lempang, akan tetapi ada liku-liku dan benturan-benturan. Manusia  terus beraktivitas memburu kehidupan ada yang tesandung, ada yang terjungkal, hancur-hancuran, mati-matian ada juga yang berjalan dengan kalem dan mulus padahal perjuangannya, keterampilannya tidak seberapa. Manusia hidup bagaikan nyamuk, beribu lahir lalu mencari makan dan mati terbunuh atau mati dengan tidak berkesempatan makan dan membiak ibarat yang diberitakan Al-Qur’an:

إِنَّ اللَّهَ لا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا فَأَمَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلا يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلا الْفَاسِقِينَ
“Sesungguhnya Tuhan tidak segan membuat prumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari nyamuk. Adapun orang yan beriman mereka yakin bahwa perumpamaan itu suatu pedoman yang benar yang datang dari Tuhannya, adapun orang yang engkar mereka berkata : apalah yang dimaui Tuhan dengan perumpamaan ini, maka banyaklah orang yang disesatkan dengan perumpamaan itu dan banyak juga yang dapat ptunjuk dan tidaklah yang disesatkan itu melainkan orang yang fasik”  (Q.S.2/ Al Baqarah : : 26).
            Maka duniapun menjadi panggung sandiwara dimana sebagian jadi pemain dan yang lain  menjadi penonton.
            Islam mengajarkan bahwa : makhluk Tuhan itu hanya berjalan diatas jalur takdir yang telah ditetapkan hukum-hukumnya atau prinsip dasar dari kehidupan itu dan tunduk kepada qadha dan qadar. Tetapi karena  manusia yang sengaja diprogram mendapat kepercayaan sebagai khalifah Tuhan di bumi maka insan dibekali dengan Akal, Hati dan Hawa-nafsu sehingga  dengan sumber daya yang diberi Tuhan itu, insan dapat mengatasi kesulitan dalam melewati jalur taqdir itu.
            Memanglah perjalanan hidup insan itu selalu menghadapi prahara tetapi insan bisa mencari solusinya dan dengan imannya kepada Qadha dan Qaadar ia bisa menguak takdir.

  MENGUAK TAKDIR 2

                             MANUSIA DAN PERJALANAN HIDUPNYA
       1.        PERJALANAN HIDUP MANUSIA
             Sebagaiamana yang sudah penulis katakana di pendahuluan bahwa insan menempuh perjalanan hidup ini tidak selalu melalui jalan yang lempang dan lurus, tapi banyak liku-liku dan penuh rintangan-rintangan. Manusia terus beraktivitas memburu harapan dan harapan, ada yang terbentur  ke dinding terjal, ada yang terjatuh ke jurang kehidupan, ada yang terjerembab ada yang selamat sampai, namun yang hingga itu tidak terlepas dari banyak sekali rintangan yang dilaluinya dengan menguras energi yang banyak dari dalam dirinya.
             Sementara disisi lain bukan tidak banyak orang yang menempuh perjalanan hidupnya dengan kalem tanpa acara hanya sekedar hidup cari makan, berkembang biak lalu hingga keterminal kehidupan dengan meninggalkan pengalaman pahit yang tak terhitung .
Mereka hanya ibarat nyamuk-nyamuk beterbangan mencari makan, membiak dan mati. Kalau dipikir-pikir hidup nyamuk malah lebih baik daripada si insan yang tujuan hidupnya hanya mencari makan dan membiak . Nyamuk hanya hidup beberapa hari saja , berjuta mereka lahir dan berjuta mereka yang mati. Ada yang mati setelah kenyang, ada yang mati sebelum makan dan sebelum sempat berafiliasi kelamin.  Mereka hidup tidak merusak lingkungan dan mati bangkainya tidak berbau busuk Manusia dapat menempuh kehidupan lebih dari 22.000 hari berkesempatan 4000x kekerabatan kelamin dengan anak dari 1 sampai  10 dan berkesempatan makan sebanyak lebih dari 66.000 kali. Untuk memenuhi kebutuhan makan entah berapa banyak hewan yang dibunuh, berapa  ribu kilogrm beras yang dimakan, entah berapa galon tinja yang dibuang dan sampah yang mengotori bumi  menimbulkan dampak buruk, berapa banyak bumi yang dilobangi, berapa batang pohon yang ditebang, hutan yang digunduli, yang menyebabkan banjir maka  bumipun tercemar oleh ulah manusia.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ(1)
Telah kelihatan kerusakan di daratan maupun di lautan disebabkan karena perbuatan tangan insan itu sendiri , supaya mereka mencicipi (akibat) dari perbuatannya mudah-mudahan mereka mau kembali (menyadari)”(q.s.Ar-ruum/30:41)

Pengrusakan bumi dilakukan insan secara tradisional terjadi dimana mana belum lagi pengrusakan secara teknologi tinggi. Manusia tidak menyadari bahwa dengan pemakaian farpum saja lingkungan hidup dapat tercemar, dengan bahasa guyon : “ gara-gara anyir ketiak langit  terkoyak-koyak” ( Untuk menghindari bau  tubuh insan telah memproduksi parfum yang dikemas dalam kemasan khusus. Agar parfum bisa menyemprot keluar  dalam kemasan itu diisi zat pendorong yang berjulukan freon, pada hal zat itu bila di lepas keudara dapat merusak lapisan ozon, kalau ozon rusak sinar matahari akan lebih panas masuk kebumi,  dan insan bisa dapat musibah ).
            Itu gres salah satu perbuatan insan yang tanpa di sadarinya telah merusak alam, belum lagi karena ingin berkuasa  insan telah menciptakan mesin pembunuh, dan manusia  terlibat dalam perbuatan nista saling bunuh-bunuhan. Nyamuk berjuta-juta lahir dan mati terbunuh tapi mereka tidak saling membunuh dan bangkai nyamuk tidak merusak lingkungan tidak menimbulkan limbah yang berbahaya. Allah telah memberikan sindirannya  dalam Surah Al Baqarah ayat 26  yang sudah dikutip diatas:

“Sesungguhnya Tuhan tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Tuhan menjadikan ini untuk perumpamaan?" Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Tuhan kecuali orang-orang yang fasik” ( QS.2/ Al-Baqarah : 26 )

Maka duniapun merupakan gelanggang tempat bermain dan bersenda gurau yang benar benaran bukan sandiwara, berlakon terus hingga lupa diri dan waktu. Dalam permainan itu bermacam macamlah tingkah polah manusia,ada yang berlakon sebagai pemimpin diktator yang  hanya memikirkan kesenangannya tidak sempat lagi memikirkan ummat yang dipimpinnya walaupun Nabi pernah berpesan:
كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته
” Setiap kau pemimpin dan setiap pemimpin akan ditanyai ihwal apa yang dipimpinnya)”

             Ada yang berlakon sebagai penegak keadialan tapi hanya merupakan sinetron yang hanya menampilkan pelaku antagonis : perampok, penjarah , pembunuh, pemerkosa, pencuri, koruptor Namun demikian penonton sendiri tidak sebagai penonton yang baik tapi penonton yang ribut sesamanya sehingga apa yang sedang kejadian diatas pentas kehidupan tidak sempat diperhatikan dan tidak dimengerti kenapa dan mengapa. Itulah keadaan anak bangsa yang sekarang dan bagaimana lagi anak bangsa dimasa mendatang ? Tuhan mengatakan ihwal kehidupan dunia ini :

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللَّهَ عَلَى مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ(4)وَإِذَا تَوَلَّى سَعَى فِي الأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ(5)
“Diantara insan ada orang yang ucapannya ihwal kehidupan dunia ini sangat menarik hati, dan dipersaksikannya kepada Tuhan isi hatinya itu; padahal ia yaitu penantang yang paling keras. Dan ketika dia berpaling darimu diapun berusaha di bumi untuk merusak bumi, merusak tetumbuhan  (hutan) serta binatang, dan Tuhan tidak menyukai kerusakan itu”(Q.S.Al-Baqarah /2:204,205).
زُيِّنَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَيَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَالَّذِينَ اتَّقَوْا فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Kehidupan dunia dijadikan mengagumkan bagi orang-orang kafir yang memandang hina orang-orang beriman. Padahal orang-orang yang bertaqwa itu lebih mulia dari mereka di hari kiamat. Dan Tuhan memberi rezeki kepada orang-orang yang mau tanpa perhitungan “(Q S/.Al-baqarah:212).

........وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ(5)
-“....................Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan “(َQ S/ Ali-Imran:185)

...........فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَخْشَوْنَ النَّاسَ كَخَشْيَةِ اللَّهِ أَوْ أَشَدَّ خَشْيَةً وَقَالُوا رَبَّنَا لِمَ كَتَبْتَ عَلَيْنَا الْقِتَالَ لَوْلا أَخَّرْتَنَا إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ وَالآخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ اتَّقَى وَلا تُظْلَمُونَ فَتِيلًا(7)

“..........Setelah diwajibkan kepada mereka berperang tiba-tiba sebagian dari mereka takut kepada insan (musuh ) ibarat takutnya kepada (hukum) Allah, malah lebih bersangatan takutnya, mereka berkata :”ya Tuhan kami mengapa engkau wajibkan berperang kepada kami, mengapa tidak engkau tangguhkan beberapa waktu lagi?”. Katakanlah “Kesenangan dunia ini hanya untuk sebentar dan alam abadi itu lebih baik untuk orang-orang yang bertaqwa dan kau tidak akan dianiaya sedikitpun “(Q.S/ An-Nisaa’:77).

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ  أَفَلا تَعْقـِلُونَ(2
-“Dan tidaklah kehidupan dunia ini melainkan hanya main-main dan sendagurau..”(Q.S/Al-An’am :32).

الَّذِينَ اتَّخَذُوا  د ِينَهُمْ لَهْوًا وَلَعِبًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فَالْيَوْمَ نَنْسَاهُمْ كَمَا نَسُوا لِقَاءَ يَوْمِهِمْ هَذَا وَمَا كَانُوا بِآيَاتِنَا يَجْحَدُونَ(1)
 Orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau saja, dan kehidupan dunia telah menipu mereka......…………”  ( Q.S.7/ Al A’raf  : 51 )

Demikianlah Tuhan telah menggambarkan kehidupan dunia itu kepada kita :

a.    Dunia merupakan panggung sandiwara merupakan arena tempat bermain-main dan bersenda gurau bagi orang-orang  yang gila dunia dan engkar kepada Tuhan .
b.   Mereka berkata bahwa dunia ini sangat menakjubkan dan dia bersaksi atas nama Tuhan bahwa ia akan membangun kehidupan di dunia (memakmurkan bumi) padahal mereka itulah yang merusak lingkungan hidup dengan merusak hutan dan binatang.
c.    Kebanyakan orang hanya mencari kesenangan hidup di dunia.
d.   Orang-orang beriman yang takut kepada Tuhan juga terjebak dengan kesenangan dunia ini terbukti ketika diwajibkan berjihad mereka takut mati membela agama Allah, padahal kehidupan sesudah mati lebih mengagumkan dan kekal.
e.    Mereka hanya menjadikan agama ini hanya main-main (tidak sungguh-sungguh) hanya tradisi dan hanya senda gurau, Islam KTP

2.    Manusia dalam Kurungan Ajalnya

            Hidup yang hanya sekedar main main itu sebenarnya hanyalah liku-liku perjalanan insan dalam petak kehidupan yang disebut “kurungan ajal”
            Rasulullah telah membuat peta gambar perjalanan hidup anak insan itu dalam kurungan ajalnya, sebagai berikut :
وعن ابن مسعود رضي الله عنه قال : خط النبي صلى الله عـليه وسلم خط مربعا وخط خطا فى الوسط خارجا مـنه وخط خطـطا صغارا الى هذاالـذى فى الوسط من جانبه الذى فى الوسط فقال : هذا الانســان وهذا أجـله محيطا بـه أو قـد أحاط بـه وهذا الذى هو خارج أمـله وهذه الخطـط الصغـار الأعـرض, فإن أخطـأه هذا نهشه هذا, وإن أخطأه نهشه هذا .   (رواه البخاري):
“Abdullah bin Mas’ud R.A. berkata : Rasululllah SAW membuat gambar segi empat yang ditengah-tengah ada garis lurus memanjang hingga keluar dari kotak segi empat itu, dan dipinggir garis itu ada garis-geris kecil, lalu Nabi mengatakan : ini manusia, dan garis segi empat itu yaitu kurungan ajalnya, sedangkan garis panjang yang keluar  batas itu yaitu hasrat, angan-angan, harapan insan dan garis-garis kecil itu yaitu gangguan, rintangan yang selalu dihadapi manusia. Maka bila ia selamat dari rintangan pertama, mungkin akan terkena pada rintangan kedua, jikalau ia terhindar dari yang satu terkena pula dengan yang lainnya”. (Hadits Shahih, Riwayat Bukhari dan Muslim)
 
                                                   
an
                                                                                        


                                                                                 
            Manusia berada dalam kurangan ajalnya (kotak A-B-C-D-A), dengan harapan dan harapan yang setinggi langit dan ingin hidup seribu tahun, itulah makna hidup yang digambarkan garis E-F yang lewat ke luar batas garis. Berjalanlah anak insan menempuh perjalanan hidup yang dia tidak tahu berapa luas kurungan ajalanya itu. Allah-pun tidak menetapkan begitu saja luas kurangan kematian itu tanpa sebab-musabab. Sebabnya itu ada pada dasar kejadian insan diawal pembentukan, apakah zat hidup yang datang dari ayah dan zat hidup dari ibu memang perpaduan yang harmonis, apakah mudghah yang didalam rahim memang  mudigah yang telah siap benar untuk mendapatkan sang-Ruh yang masuk ketika usia 120 hari itu atau mudghah itu belum cukup kuat untuk mendapatkan sang Ruh kerena ibu yang mengandung itu tidak sehat, ini ada hubungannya dengan luas atau sempitnya kurungan ajal, banyak atau sedikitnya garis-garis rintangan.
                Maka seorang anak insan yang berjalan dari titik E menuju F selalu saja ada  rintangan yang dihadapinya. Rintangan itu banyak atau sedikit, tinggi atau rendah ini bergantung kepada kepribadian insan itu. Misalnya anak yang sentimentil, yang perasa, pemalu dan agak penakut, dalam mengurus kepentingannya akan lebih banyak rintangan dari seorang anak pemberani dan tak-pedulian.
      Dimana letaknya usaha/ikhtiar merubah nasib ?
a.       Manusia harus memperhatikan langkah pertama ia bertolak dari titik E, untuk itu ada orang yang menunjuki atau ada petunjuk biar insan memahami titik langkah pertama, karenanya  haruslah mengetahui fitrahnya dan memperbesar kodrat dan iradatnya biar ia dapat menentukan titik E itu, karena titik E tidak harus di tengah, boleh bergeser ke bawah atau bergeser ke atas dan tidak harus garis itu lurus boleh melengkung untuk mengelakkan rintangan.
b.       Melatih kemampuan/keterampilan biar dapat menerobos rintangan dengan tidak memakan energi yang banyak, alasannya yaitu kalau melewati rintangan  dengan daya yang lemah, akan memakan tenaga rohani yang banyak, akhirnya belum lagi hingga pada dinding  batas kematian si anak insan tadi sudah kehabisan energi Rohani, dan terjatuhlah disini sebelum hingga dibatas garis B-C lalu mati.
c.       Berdzikir, berdoa kepada Allah. Dengan dzikir / do’a  dengan energi kejiwaan yang selalu “ON” itu bermakna energi-kejiwaan “aktif” dan memancarlah energi itu sehingga dapat memperbesar qodrat yang dapat mengatasi duduk perkara secara otomatis. Kadang-kadang malah dapat menimbulkan hal-hal yang diluar logika ibarat pengalaman mukjizat para nabi, kekeramatan para wali, ma’unah atau irkhas bagi mukmin biasa karena bisa mengeluarkan energi  tak terhingga kekuatannya
            Maka untuk mengurangi garis-garis rintangan itu haruslah setiap diri memiliki acara yang penuh, memiliki kecerdasan/keterampilan serta keteguhan hati (ulet dan gigih). Itulah sebabnya Islam selalu memerintahkan penganutnya biar banyak beribadah bekerja dan menganjurkan pula untuk menuntut ilmu. Menuntut ilmu dalam pengertian Islam yaitu mencari kepandaian dan keahlian, dengan kepandaian itu insan akan dapat hidup layak dan sanggup membuat lapangan kerja. Kalau sekarang menuntut ilmu tujuannya mndapatkan ijazah hingga maksimal S1, S2, S3     ( doktor ) tapi dengan ijazah itu  hanya mngharap mendapatkan kerja, mencari kerja dan yang mujur mendapat pekerjaan dengan kedudukan yang menguntungkan lalu sesudah itu    “ ngerjai orang “  Padahal dengan ilmu dan keterampilan insan akan dapat melihat bukan hanya pada kehidupan yang sekarang tapi juga yang akan datang dan dapat melihat ke dalam dirinya ihwal apa yang ada didalam dirinya. Sebab kunci merobah nasib yaitu kemampuan merobah sumber daya yang ada didalam diri.
Dengan memperhatikan faktor:  qadar, takdir, sunnatullah, fitrah dan kodrat alam lalu memperhitungkan faktor-faktor kedirian (ilmu, iman, amal dan ikhtiar) dan mempertimbangkan faktor-faktor hambatan dan penyimpangan; inilah hakikat ajaran merubah nasib.

           3.Manusia dan Takdirnya

                Semesta alam (jagat raya) ini diliputi oleh hukum-hukum qadha dan qadar yang para ilmuwan menamakannya hukum alam  sebenarnya itu  adalah  Sunnah Allah. Begitu pula halnya diri manusia, semenjak ruh ditiupkan ke dalam diri anak insan yang masih berumur 4 bulan (120) hari, maka qodrat itu mulai bekerja dan qadar (ukuran/ketetapan) mulai berproses membentuk watak/perangai anak, syakilah yang mewarnai amal perbuatannya, rezekinya, daya tahan semua alat-alat tubuh, daya tahan nyawa serta pengalaman pahit dan manis, susah dan senang, derita dan ceria. Ketentuan qadar dan takdir ini berdasarkan hadits Nabi Muhammad yang wajib diimani.

عن ابى عبد الرحمن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال : حدثنا رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو الصادق المصدوق ان احدكم يجمع خلقه في بطن امه اربعين يوما نطفة ثم يكون علقة مثل ذلك ثم يكون مضغة مثل ذلك ثم يرسل اليه الملك فينفخ فيه الروح ويؤمر باربع كلمات يكتب رزقه واجله وعـمله وشقي او سعيد (بخاري ، مسلـم)
Artinya :
“Dari Abu Abdir Rahman Abdillah bin Mas’ud r.a telah berkata : “Telah menceritakan kepada kami Rasulullah saw yang dia sebagai orang yang percaya dan dipercaya: “Bahwasanya kau sekalian telah dikumpulkan kejadiannya di dalam perut ibunya selama 40 hari berupa cairan, kemudian bermetamorfosis ‘alaqah (lintah mikro) ibarat itu juga  kemudian diutuslah malaikat kepadanya, maka Malaikat itu meniupkan Ruh ke dalamnya  dan diperintahkan  untuk menetapkan empat ketetapan yaitu dengan menetapkan ihwal rizkinya, ajalnya, amalnya dan ihwal sedih atau bahagia” (Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim).

             Dari hadits diatas kita dapat memahami bahwa Nasib dan takdir kita sudah ditetapkan, tapi cara memahaminya terkadang terjadi beda pendapat  sehingga akhir faham yang berbeda itu, berbeda pula sikap hidup sesuai faham yang diyakininya dalam menjalani kehidupan ini.
a.       Ditetapkan rizki, maksudnya bukan banyak sedikitnya rizki yang diperoleh, tatapi pintu rizki  yang ditetapkan Tuhan sesuai dengan keadaan, situasi dan kondisi. Ketika insan masih dalam kandungan ibu pintu rizki terbuka satu pintu yaitu rizki makan melalui tali pusat si-anak  menyerap makanan dari dalam perut ibunya. Setelah anak lahir dibukakan Tuhan 2 pintu rizkinya,  pertama dari ibunya dalam bentuk air susu yang kedua dari langit berupa udara untuk bernafas. Setelah disapih dibukakan baginya 4 pintu rizki; pertama dari langit berupa udara yang kedua air minum dari bumi,ketiga dan keempat tanaman dan hewan yang juga dari bumi. Setelah anak sampaumur dan terampil  boleh membuka sendiri pintu rizkinya sebanyak- banyaknya dengan usaha yang gigih dan ulet.
b.      Ditetapkan ajal, maksudnya bukan panjang atau pendeknya umur yaitu sesuka-suka-Nya Allah, tetapi daya tahap hidup makhluk sudah ditetapkan Tuhan ukurannya. Misalnya daya tahan binatang jenis tertentu  bisa bertahan hidup sekian tahun, insan sekian tahun. Konon menurut Hipotesa para ilmuwan daya tahan makhluk hidup ini mencapai 7 hingga 10 x masa membiaknya. Manusia umumnya mencapai 10 X masa kemampuan membiaknya; misalnya perempuan sudah dapat haid umur 12 tahun maka itu merupakan menerangkan perempuan dapat membiak dalam usia 12 tahun maka daya tahan hidup perempuan mencapai 120 tahun. Laki laki biasanya sudah mengerti kawin umur 16 tahun maka daya tahan hidup laki laki sekitar 160 tahun Tentu tidak semuanya begitu kerena daya tahan ruh didalam diri insan tidak sama ada kaitannya dengan kesehatan anak ibu /anak ketika sedang mengandung. Ketika insan itu mengalami hambatan di dalam hidupnya maka energi jiwanya  terkuras, kemudian dengan adanya penderitaan dan penyakit, terkuras lagi ; akhirnya tinggallah energi jiwa hanya bisa untuk bertahan 60,65 atau 70 tahun saja. Ada pula nyawa/roh terlepas kerena bencana. kecelakaan ( Bus yang tabrakan, pesawat jatuh, kapal laut yang karam ), kerena gempa, sunami peperangan dan sebagainya mereka mati sebelum ajal.
c.       Ditetapkan amalnya bukan amal dengan pengertian awam yaitu amal-ibadah. Amal ( عمل ) dalam Bahasa Arab artinya kerja atau  karya. Makara ditetapkan kerjanya artinya insan sudah ditentukan karakter dan talenta, maka seharusnya dia bekerja berdasarkan talenta (bakat) yang tersimpan didalam Gen-nya. Tapi karena anak insan dididik tidak berdasar bakat maka orang bekerja menurut kerja apa yang dapat, padahal dia tidak hebat dalam  bidang itu, maka ia tidak sukes di situ dengan demikian rizki-pun  tidak dapat diraih dengan baik melalui pekerjaan itu. Padahal Tuhan sudah memesankan bahwa setiap orang harus berkarya berdasarkan syakilahnya masing masing :

قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَى شَاكِلَتِهِ ( الاسرأ : 84

“Katakan hai Muhammad, setiap orang bekerja atas syakilahnya masing    masing”( Q.S 17/ Al Israk : 84 )


d.      Ditetapkan celaka atau bahagia-nya seseorang, bukan berarti seseorang mengalami kecelakaan itu sudah menjadi ketetapan. Kalau seseorang ditabrak kendaraan beroda empat itu merupakan ketetapan Allah, kalau begitu supir itu tidak bersalah karena ia manjalankan ketetapan Allah. Kalau Afghan dan Irak dihancurkan  Amerika, itu merupakan ketentuan Allah, George W. Bush tidak bersalah, dia juga sebagai pelaksana takdir Allah. Maksudnya ditetapkan ihwal suka-dukanya bahwa seseorang itu memiliki pembawaan, karakter yang masing-masing punya cita rasa yang berbeda. Ada orang senang dengan alam yang sepi dan sunyi, maka ketika pensiun ia ingin pindah ke desa, tapi ada juga orang yang merasa gelisah, resah tinggal di daerah sepi ia kepingin pindah ke tempat yang penuh keramaian. Demikian suka atau senang dan tidak senang selalu berbeda pada diri insan dalam menjalani kehidupan. Suka tak suka terhadap makanan, terhadap masalah, terhadap pakaian, terhadap situasi dan sebagainya setiap orang saling berbeda.
      Untuk memahami akidah kepada qadar ini banyak insan Muslim yang menjadi resah karena adanya dua argumentasi yang bertolak belakang, antara mengalah kepada takdir dengan mendapatkan apa adanya dengan berjuang  menguak takdir dengan kodrat yang dianugrahkan Tuhan berupa daya kekuatan jiwa dan kecerdasan
                   Cukup banyak ayat yang menunjukkan dalil keterangan bahwa insan harus berusaha  merubah nasib, sebagaimana firman Tuhan :

.......إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ(1)


....Sesungguhnya Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka itu merubah sendiri apa (penyebab) yang ada dalam diri mereka sendiri ................(Q.S. 13/Ar-Ra’du: 11).

                   Dari ayat diatas ini ternyata adanya kesempatan yang diberikan Tuhan kepada hambanya untuk berikhtiar, berusaha merubah nasib buruk yang sedang menimpa, atau mencoba lari dari proses takdir buruk yang datang menerpa. Umpamanya anak yang lahir dengan cacat kandungan (bibirnya terkoyak), apakah dikatakan menentang takdir Tuhan kalau bibir yang terkoyak  itu dijahit oleh Dokter sehingga menjadi bagus?. Barangkali semua pembaca walau tanpa punya dalil qath’i akan spontan menjawab : “tidak  berdosa”.
                   Lagi pula Tuhan tidak akan menunjukkan beban berat keapda hambaynya dimana ia sendiri mengetahui bahwa hambanya itu tidak sanggup memikulnya, sebagaimana firmannya :

لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلا تُحَمِّلْنَا مَا لا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ(2)
“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapatkan pahala (dari kebaikan) yang diusahakannya. (Karenanya Tuhan mengajarkan doa) “ Ya Tuhan kami, janganlah  engkau menghukum kami jikalau kami lupa atau bersalah, Ya Tuhan kami, janganlah engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya, beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”. (Q.S. 2 / Al-Baqarah : 286)

                Jelaslah, beban yang telah ditaqdirkan Tuhan yang harus dipikul oleh  insan dalam perjalanan hidupnya, dapat diringankan oleh Tuhan dengan do’a yang mustajab sebagaimana sabda Rasulullah :
قال  رسول الله صلعم : لا يرد القضاء الا الدعاء ولا يزيد العمر الا البر وان الرجل ليحرم الرزق بالذنب يصيبه (رواه الترمذي وبن حبان )

“Tidak ada yang bisa menolak ketentuannya ( Qadha ) keculi dengan doa dan tidak ada yang akan menambah umur melainkan perbuatan baik , dan sesungguhnya seseorang insan diharamkan baginya rizki dengan dosa yang menimpanya”. ( H.R Tarmiji dn ibnu hibban ).

                Tapi bagaimana do’a yang mustajab itu? Apakah cukup dengan kata-kata yang bersusun kalimat-kalimat puitis, atau do’a yang dibaca beramai-ramai, atau doa oleh orang yang dianggap wara’, atau do’a yang dibaca pada tempat-tempat tertentu           ( dikuburan wali ?).
                Bukan demikian, doa yang mustajab yaitu doa yang keluar dari inti jiwa hamba Allah, yang memancarkan energi bergelombang pendek sehingga doa yang berisi energi ke ilahian itu dapat merubah qadha ketetapan Tuhan yaitu “ketetapan hukum Allah” yang disebut “sunnatullah”. Seperti hokum “sunnatullah laut” yang tak mungkin dapat dibelah, tetapi Musa telah membelahnya. “Api yang panas dan membakar”, tapi bagi Ibrahim api terasa cuek dengan doanya. Di kala sekarang ini pun masih banyak orang-orang yang dengan kekuatan doanya ia dapat menguak takdir. Karena itulah Tuhan telah menjelaskan bahwa musibah itu bukan merupakan takdir Allah. Dalam surat 42/Asy-syura: 30, kita temukan lagi keterangan Tuhan :
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
Apa saja musibah yang menimpammu, itu yaitu disebabkan oleh tanganmu sendiri, tapi Tuhan akan memaafkan sebahagian besar kesalahanmu”.(Q.S.42/Asy-syura:30).

                Keterangan ini dikuatkan lagi oleh ayat Al-Qur’an : yang terdapat dalam surat 74/Al-Muddatsir: 38).
كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ(3
          “Tiap tiap diri bertanggung jawab atas apa ang telah diperbuatnya”( QS.  74/Al-Muddatsir: 38).

                Ayat diatas menyatakan bahwa insan bertanggung jawab atas perbuatannya, jadi kalau sekiranya seoarang anak insan berbuat suatu kesalahan, sedang ia sendiri melaksanakan itu hanya karena dorongan hukum qadha dan kodrat,  tentulah ia tidak akan bertanggung jawab terhadap perbuatannya itu. Padahal insan itu boleh saja memilih kekafiran atau akidah terserah kepada maunya sendiri, Firman Tuhan :
وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ
Katanlah! kebenaran itu datang karena Tuhanmmu, maka barang siapa yang mau (dengan kebenaran itu) silahkan ia beriman, dan barang siapa yang tidak mau silahkan kafir...................”(Q.S.18 Al-kahfi :29).
                                                             
                Demikian pula ihwal jalan sesat dan jalan lurus itu tergantung kepada pilihan hamba, bukan dipilihkan untuk hamba. Kalaupun insan memilih jalan bengkok lalu ia terjerumus kedalam lembah kezholimann itu yaitu kemauannya sendiri, bukan karena ketetapan Tuhan yang menginginkan supaya hambanya sesat,      ( mana mungkin Tuhan sengaja menyesatkan hambanya ) firman Tuhan :

إِنَّ اللَّهَ لا يَظْلِمُ النَّاسَ شَيْئًا وَلَكِنَّ النَّاسَ أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ(4)
“Sesungguhnya Tuhan tidak berbuat Dzolim kepada insan sedikitpun akan tetapi insan sendirilah yang berbuat dzolim kepada dirinya sendiri”.(Q.S.10/Yunus :44).                      
                Cukup banyak ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang menerangkan bahwa insan diberikan kemerdekaan berusaha untuk merubah nasib dan menentukan pilihannya baik atau buruk.
                Tapi ayat-ayat yang menerangkan bahwa semua telah ditetapkan Allah, insan hanya menjalani ketetapan itu banyak juga ibarat data ayat  di bawah ini :
Data 1.
أَفَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآهُ حَسَنًا فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ فَلَا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
Maka apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan)? maka sesungguhnya Tuhan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Tuhan Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. (Q.S. 35/Al- Fathir: 8)

Data 2.

فَلَمْ تَقْتُلُوهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ قَتَلَهُمْ وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ رَمَى وَلِيُبْلِيَ الْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ بَلَاءً حَسَنًا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ(1)
Maka bukan kau yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kau yang melempar ketika kau melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mu'min, dengan bala ( kejadian buruk ) mengandung pesan yang tersirat yang baik. Sesungguhnya Tuhan Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S. 8/Al-Anfal : 17)

Data 3

وَلَا يَنْفَعُكُمْ نُصْحِي إِنْ أَرَدْتُ أَنْ أَنْصَحَ لَكُمْ إِنْ كَانَ اللَّهُ يُرِيدُ أَنْ يُغْوِيَكُمْ هُوَ رَبُّكُمْ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ(4)

“Tidak akan bermanfaat bagi kau nasehat jikalau saya (Nuh) hendak menasehati kamu, jikalau Tuhan menghendaki menyesatkan kamu, Dia-lah Tuhan-mu dan kepada-Nya kau kembali (Q,.S. 11/Hud : 34)

Data 4

لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَلِأَنْفُسِكُمْ وَمَا تُنْفِقُونَ إِلَّا ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ(2)
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kau nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kau sendiri. Dan janganlah kau membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kau nafkahkan, niscaya kau akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kau sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan).( QS.Al-Baqarah : 272 )

Data 5

وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(1)
Dan jikalau Tuhan menyentuhkan kepadamu kemudaratan, maka tak siapapun yang sanggup  menghilangkannya melainkan hanya Dia, jikalau disentuhkan kepadamu kebaikan, maka hanya Dia yang berkuasa atas tiap-tiap sesuatu”.(Q.S.6/Al-An’am : 17)

          Masih ada ayat ayat lain yang dapat mendukung keterangan bahwa insan itu tunduk dengan hukum qadha/qadar yang sudah ditetapakan sebelumnya, tidak ada satu kekuatan lain selain Tuhan yang dapat menguakkan taqdir itu.
          Maka jadinya kita  tegak diantara dua persimpangan arah mana yang harus ditempuh. Pertama kita akan menempuh jalan dimana insan memiliki kesempatan/kemampuan menentukan pilihannya terhadap tujuan hidup serta berusaha dengan kemampuannya untuk merubah nasib, ibarat kita naik kendaraan beroda empat pribadi yang boleh  memilih jalan pintas asal patuh pada rambu-rambu. Kedua, ibarat kita naik kereta api yang sudah ditetapkan pemberhentiannya ( stasiun KA ), juga sudah diprogram bahwa kita hanya penumpang yang mesti turun pada tempat yang sudah dijanjikan.
     Apakah memang jalan Tuhan memiliki dua jalur ?
           Jalan Tuhan itu lurus, tidak mungkin ada persimpangan, kalaupun persimpangan ada, itu dikarenakan insan sendirilah yang membuat simpang karena kesalahpahaman atau kebodohannya dalam memahami arti qadha, qadar, takdir dan makna tersirat yang ada  dalam ayat-ayat tersebut.
            Manusia yaitu makhluk yang memiliki dua tubuh yaitu tubuh jasmani dan rohani, yang jasmani tunduk dengan hukum alam syahadah (hokum alam konkrit/ alam nyata). Rohani insan tunduk pada hokum alam rohani (alam abstrak/gaib).
            Seorang kiyai yang mengajarkan agama kepada jama’ah apa yang diucapkan oleh kiyai itu yaitu perkataan Kiyai itu sendiri, sedangkan Nabi Muhammad mengajarkan Islam kepada umatnya, yang disampaikannya itu yaitu firman Allah.
                   Sekarang  marilah kita perhatikan ayat-ayat sebagai dalil yang menyatakan bahwa kita  hanyalah makhluk yang telah di kendalikan oleh Tuhan ibarat bunyi ayat yang terdapat pada data 1 hingga data 5.

           Data 1
“………………….. maka sesungguhnya Tuhan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya;………………..(Q.S. 35/Al- Fathir: 8)

         Terjemahan diatas ( yang aksara tebal ) telah terjadi pergeseran makna , karena kata : YUDHILLU artinya “menyesatkan”, kata : MAN artinya “orang”. Kata : YASYA’U artinya : “mau”.
   Semestinya di terjemahkan : “sesungguhnya Tuhan menyesatkan orang yang mau” (yaitu siapa saja yang mau atau memilih kesesatan). Ayat ini di kuatkan dengan firman Tuhan yang lain . Dengan terjemhan umum : ) maka sesungguhnya Tuhan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; yang seolah olah Tuhan itu bersikap sewenang wenang sesukanya saja padahal makna harfiahnya tidak begitu. Supaya tidak salah pemahaman maka Tuhan menguatkan lagi firman-Nya itu dengan ayat berikut ini :
وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا وَإِنْ يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا(2)
Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jikalau mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air ibarat besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek .(Q.S. 18/Al-Kahfi:29).

         Data 2

“……….. bukan kau yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kau yang melempar ketika kau melempar, tetapi Allah-lah yang melempar……………………. (Q.S. 8/Al-Anfal : 17)

          Ayat ini menunjukkan adanya pngaruh energi ke-Ilahi-an yang bekerja di dalam diri Nabi. Ketika Nabi Musa melemparkan tongkatnya lalu menjadi ular, sesungguhnya lemparan itu yaitu dari energi ke-ilahian yang berdiri di dalam diri Musa yang telah menyatu dengan energi diri Musa sehingga dapatlah disebut bahwa lemparan itu yaitu “Lemparan Allah”.
             Akan tetapi apabila anda melempar pohon mangga yang berbuah lebat di halaman tetangga, lemparan itu yaitu dari diri anda yang di dorong oleh hawa nafsu  jangan anda katakan “itu lemparan Tuhan “.

           Data 3.
“Tidak akan bermanfaat bagi kau nasehat jikalau saya (Nuh) hendak menasehati kamu, jikalau Tuhan menghendaki menyesatkan kamu, Dia-lah Tuhan-mu dan kepada-Nya kau kembali (Q,.S. 11/Hud : 34)

           Ayat ini menjelaskan bahwa usaha insan tidak akan memiliki kegunaan bila Tuhan menghendaki lain.
            Demikian juga makna yang terkandung pada data 4 dan 5, menjelaskan bahwa petunjuk yang diberikan tidak ada gunanya kalau Tuhan tidak menghendaki untuk menunjukinya. Kemudharatan tidak bisa di elakkan karena Tuhan yang berkuasa untuk menghilangkannya.
             Kita tidak boleh  memahamkan makna yang tersurat tapi harus merenungi makna yang tersirat. Bagaikan listrik,  begitu energi ke-ilahian itu masuk mengalir kedalam diri manusia  melewati  saluran di dalam diri insan ada dua saluran yang mengarah kepada kebaikan dan yang lainnya mengarah kepada ke burukan (dan itu merupakan hukum qadha Tuhan yang diciptakannya berpasang-pasangan ( ada positif dan negatif ada jantan dan betina, laki laki dan perempuan ). Kalau jalan masuk yang ada dalam diri terbuka kearah keburukan maka energi ke-Ilahian itupun mengalir ke arah perbuatan buruk, sehingga yang mendorong perbuatan buruk itu yaitu energi ke-Ilahian itu.
              Bila dengan kekuatan akidah insan dapat membuka jalan masuk kearah perbuatan baik, maka energi ke-ilahian itupun mengalir kearah perbuatan baik maka jadilah perbuatan baik yang di dorong oleh energi ke-ilahian. Keadaan itu seperti bahwa prbuatan baik dan buruk di dorong oleh energi ke-ilahian, atau dengan sebutan  sinplifikasi: “atas kehendak Allah”, lalu dituduh Tuhan sebagai pelaksana kejahatan maka ketika itu orang Islam sudah pindah ke-keyakinan Hindu dimana mereka yakin ada Tuhan kejahatan ( Syiwa ) ada Tuhan kebaikan ( Brahma )
               Maka kita sendirilah yang berupaya merobah diri dengan membentuk kepribadian, membenahi kekurangan didalam diri, berusaha membuka selubung hati dengan dzikir yang banyak, dengan demikian pedoman kebenaran akan menetap mantap di dalam qalbu tidak bergeser oleh arus dorongan hawa nafsu. Dalam hal ini diharapkan kesadaran yang tinggi. Jelaslah bahwa maksud perkataan : “Tidak ada arti nasehat kalau Tuhan menghendaki lain”, maksudnya : “tidak akan bermanfaat nasehat dan pedoman agama bagi seseorang yang ia membuka jalan masuk jiwanya ke arah jalan kesesatan maka kesesatanlah yang ditemuinya dengan pedoman agama yang tinggi itu. Dengan cara berfikir filosofis kita bertanya  “kenapa seseorang yang berpendidikan Agama tega berbuat kejahatan? Jawabnya: “pintu kejahatan didalam dirinya telah terbuka sehingga energi ke-Ilahian yang ada dalam dirinya mendorong ke-perbuatan jahat sehingga perbuatan jahatnya karena didorong energi ke-Ilahian, samalah artinya: “itu atas kehendak Allah”, jadi beragama yaitu merupakan upaya untuk membuka jalan kebaikan di dalam jiwa, dengan petunjuk:
مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا

Apa saja musibah yang menimpamu berupa kebaikan yaitu itu dari Tuhan dan apa saja musibah yang menimpamu bentuk kejahatan yaitu kesalahan dirimu sendiri, dan Kami utus engkau untuk  manuia sebgai Rasul dan cukuplah Tuhan menjadi saksi”.(Q.S.4/ An-nisa’ :79).
              
              Benda, tumbuh-tumbuhan dan hewan tetap tunduk, patuh kepada hukum Sunatullah karena mereka itu tidak memiliki budi pikiran untuk menentangnya, biar bisa lari dari hukum qadha dan qadar tetapi insan dengan budi budinya, dengan iradatnya budi pikirannya bisa melarikan diri dari keadaan takdir yang buruk kalau energi yang mendorong takdir itu dibawah qodrat insan itu sendiri, tapi bila tertumbuk pada dinding qodrat yang lebih tinggi dari kekuatan akalnya atau kekuatan jiwanya, maka insan akan terbawa arus takdir itu. Alam dapat dirubah insan malah lebih banyak kearah yang buruk ibarat pencemaran alam dan lingkungan. Sehubungan dengan hal itu-lah Tuhan berfirman

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ(1)
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Tuhan mencicipi kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, biar mereka kembali (ke jalan yang benar)” .( QS. 30/Ar-Rum :41 )

Contoh kasus.
                Terdorong oleh keuntungan yang besar insan telah merambah hutan, memotong kayu di gunung, lalu gunung menjadi gundul, kesudahannya ketika hujan lebat datanglah banjir melanda lahan pertanian, sawah dan juga kota. Orang awam yang menyalah artikan takdir, mengtakan :” semua ini yaitu kehendak Allah”, atau katanya : ” Tuhan sdang menguji hambanya” Banyak orang berpendapat : kalau lahir anaknya cacat katanya takdir Allah, kalau cantik,  karena mamamya yang cantik atau papanya yang ganteng. Kalau usahanya gagal, katanya “takdir Allah”, kalau beruntung karena usahanya yang gigih dan ulet. Bila ia di undang orang dan dia berniat datang katanya : “ya, saya pasti datang” tapi kalau merasa malas lalu ia mengatakan “Insya Allah”.
                Rupanya bukan hanya limbah-pencemaran-alam saja yang merusak lingkungan tapi juga “limbah pikiran-kotor” lebih parah merusak lingkungan hidup manusia.  Pikiran-pikiran kotor ibarat tersebut di atas akan menghancurkan masa depan umat, merusak aqidah generasi yang akan datang.
             Prof.K.H.M.Thayib Abd. Muin dalam bukunya “Ilmu kalam” halaman 229 ia mngatakan : “Tetapi jangan hendaknya orang salah paham mengartikan qadar Tuhan itu. Yang di maksud percaya pada qadar bukanlah harus percaya begitu saja bahwa segala sesuatu yang ditetapkan Tuhan pasti terjadi tanpa ada sebab-musababnya dan unsur-unsur yang semestinya harus ada untuk syarat timbulnya kejadian itu. Dan dengan qadar Tuhan itu tidak berarti bahwa seuatu itu mesti terjadi walaupun sebab-sebabnya berjauhan dan tidak lengkap. Faham yang demikian itu yaitu faham orang yang bodoh-bodoh, sebagai faham yang salah dan sesat. Sebab dengan faham begitu lalu mereka berkata bawa segala sesuatu itu telah ditentukan Tuhan dan ditetapkan-Nya scara absolut”.

             Padahal menurut pedoman Tuhan bahwa “ketentuan Tuhan dapat saja berubah kalau Ia mau merubahnya”, sebagaimana yang pernah difirmankan-Nya:
يَمْحُوا اللَّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ(3)
“Allah akan menghapus ketetapan-Nya bila Dia kehendaki dan menetapkanya bila Ia kehendakinya dan pada sisi-Nya terdapat Ummu’l Kitab (sumber ketetapan di Lauhu’l Mahfudz).(Q.S.13/ Ar-Ra’du:39)
         
              Jelasnya makhluk Tuhan itu berjalan di atas takdir yang telah ditetapkan sebelumnya dalam qadha dan qadar, tapi karena insan itu diprogram Tuhan menjadi khalifah di bumi, maka insan dibekali kodrat/iradat sebagai kekuatan hidupnya. Manusia yang telah mengemban kekhalifahan itu, dapat membuatkan kodrat dan iradatnya sehingga ia memilih sendiri jalan mana yang lebih baik, ini berkat adanya petunjuk Tuhan sehingga insan dapat menyempurnakan keadaan fisik, intelektual, mental dan intelegensinya. Manusia dengan akalnya dapat merubah takdir alam beserta hukum-hukumnya sehingga ia dapat membuat barang-barang baru, maka muncullah kebudayaan diatas dunia. Selain itu daya kejiwaan insan juga dapat menguakkan takdir sehingga beban musibah yang ditakdirkan akan menimpa, dapat di elakkan oleh insan dengan do’anya kehadirat Tuhan dan Tuhan mengabulkan do’a yang tulus : “Allah akan menghapus ketetapan-Nya bila Dia kehendaki dan menetapkanya bila Ia kehendakinya dan pada sisi-Nya terdapat Ummu’l Kitab (sumber ketetapan di Lauhu’l Mahfudz).(Q.S.13/ Ar-Ra’du:39)
         
               Burung-burung bisa terbang di langit, sedang insan hanya dapat melangkah di bumi, ini yaitu satu diantaranya sekian banyak takdir Tuhan terhadap hambanya, tetapi karena kemajuan yang telah di capai insan dengan ketajaman intelegensinya maka insan dapat juga terbang malah melebihi kemampuan burung. Mungkin suatu ketika insan akan hingga di planet lain diluar Solar sistem kita, namun bagi yang bisa menguak taqdir hendaklah bersyukur kepada Tuhan karena tenaga penguak itupun yaitu pinjaman Allah, bagi yang tidak bisa hendaknya ia menyadari dirinya, ihwal kelemahan dirinya, keburukan nasibnya, bersabar dan tawakkal kepada Allah. Jangan menuduh Tuhan yang menzalimi, tapi diri sendirilah yang zhalim ; inilah hakikatnya ayat Tuhan sebagai yang telah dikutip terdahulu : “sesungguhnya Tuhan tidak berbuat zhalim kepada insan tetapi insan itu sendirilah yang berbuat zhalim terhadap dirinya sendiri” (Q.S. 10/Yunus : 44)
            Dari ayat - ayat takdir yang sudah dikumpulkan, rasanya kita akan tertegun diantara dua alternatif, tunduk kepada hukum takdir atau dengan qadha dan qadar yang ada didalam diri  kita  berusaha menguak takdir. (  bersambung : Menguak Takdir  3 )

 

 

 

MENGUAK TAKDIR 3

BEBERAPA ISTILAH YANG BERKAITAN  

DENGAN  TAQDIR


1. Tentang Pengertian:
Qadha, Qadar, Taqdir, Fitrah, Qodrat dan Nasib
             Sebenarnya tidak ada kesulitan bagi kita untuk memahami ihwal Qadha, Qadar, Qodrat, Taqdir atau Nasib, karena semua penjelasan ini ada dalam Al-Quran atau Hadits. Akan tetapi karena kurangnya disiplin ilmu yang dimiliki maka terjemahan istilah tersebut menjadi bergeser lalu   pengamalannya jadi menyimpang.

a.       Pengertian Qadha
            Arti qadha menurut bahasa : keputusan, putusan (hukum), pembayaran (hutang) dll.
            Dalam konteks penciptaan alam semesta antara lain Tuhan berfirman
بَدِيعُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَإِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ(1)
                   “( Tuhan ) membuat tujuh petala langit dan bumi dan apabila Ia memutuskan (untuk menciptakan) sesuatu maka ia berfirman”  Kun (jadilah), Fayakun (maka menjadilah secara evaluasi)” (Q.S. Al-Baqarah / 2 : 117)

                   Arti qadha menurut istilah ialah “keputusan Tuhan dalam memberlakukan hukum di dalam alam semesta ini” . Qadha Tuhan itu ada dilangit, ada di bumi juga ada di dalam diri insan dan ada dalam alam kehidupan  Qadha Tuhan selalu disebut  “Sunnatullah”, sedangkan Qadha Tuhan di dalam diri manusia  merupakan hukum-hukum bersifat Psikologis dan Biologis, yang bekerja secara otomatis. Diantara perwujudan hukum itu yaitu jenis kelamin, bentuk badan, watak/karakter dll.

b.      Pengertian Qadar

                               Arti kata Qadar menurut bahasa : ukuran ketentuan. Kata Qadar dalam konteks penciptaan alam Tuhan berfirman :
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ(49)

                   Sesungguhnya segala sesuatu Kami jadikan dengan qadar (ukuran tertentu)” (Q.S.54/.Al Qamar : 49).

                               Dari penjelasan ayat Al-Quran diatas dapat difahami bahwa qadar itu merupakan ukuran-ukuran untuk menentukan bentuk/pola sesuatu makhluk atau alam yang diciptakan Allah. Dengan adanya Qadar maka alam semesta ini terjadi dari persenyawaan ratusan jenis atom lalu menjadi gumpalan Gas kemudian menjdi tak terhitung banyaknya Matahari dan Galaksi didalam jagat Sebuah matahari memiliki satelit (bumi/planet) yang banyak. Bumi merupakan padatan zat padat dan zat cair. Kalau di bagi lagi dalam bahagian kecil, sebenarnya bumi merupakan padatan atom. Tiap-tiap atom memiliki ukuran tertentu. Atom Hidrogen memiliki : 1 proton, 1 elektron. Atom Helium memiliki : 2 proton, 2 eloktron dan 2 neutron. Atom Litihium memiliki: 3 proton, 3 elektron dan 3 neutron. Atom Karbon memiliki:  6 proton, 6 elektron dan 6 neutron.
                               Seterusnya qadar protan, elektron, neutron selalu berukuran sama sehingga mencapai bilangannya 20. Akan tetapi atom yang nomor protonnya 21, ukuran neutronnya tidak sama lagi,  seperti : Besi, protonnya sebanyak 26, elektronnya 26 akan tetapi neutronnya sebanyak 30. Uranium protonnya sebanyak 92, elektronnya 92 dan neutronnya sebanyak 146. Diduga banyaknya atom didalam alam ini ada 112 macam dengan kadar ( ukuran ) yang bermacam-macam.
                               Dari atom-atom inilah zat mewujud (seperti zat air yaitu merupakan ikatan atom hidrogen dan oksigen). Berapa banyak macam-macam zat didalam alam ini ? Sungguh tak terhitung, semua itu dijadikan Tuhan dengan ukuran-ukuran tertentu,  sebagai mana yang telah di firmankan-Nya dalam surat Al-Qamar ayat 49 yang telah dikutip terdahulu. Belum lagi kita kaji zat-zat yang ada dalam diri makhluk hidup ( tumbuhan, hewan dan insan ).

             c.      Pengertian Taqdir
Takdir berasal dari pangkal kata qaddara, yuqoddiru.
 At-taqdiru yaitu bentuk masdar dari qaddara.         (  التقدير= مصدر قدر    )   yang bermakna Ganda : Dugaan, perkiraan, hipotesis, perkembangan, pandangan, kebijaksanaan (Qamus Al- Munawwir halaman 1178).
      Dalam konteks penciptaan alam semesta Tuhan berfirman :

فَالِقُ الْإِصْبَاحِ وَجَعَلَ اللَّيْلَ سَكَنًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ حُسْبَانًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ.

“Dia menyingsingkan pagi dan  menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa Lagi Maha Mengetahui”. (Q.S.6/Al-An’aam :96)
      
                               Pada ayat diatas, kata taqdir diartikan “ ketentuan”. Sebenarnya arti yang lebih mengena itu yaitu ibarat arti yang di dalam Qamus Al-Munawwir diatas yaitu: dugaan, perkiraan hipotesis atau pertimbangan. Seperti terasa ada pergeseran  makna, yang sebenarnya makna taqdir baik secara teks atau konteks tidak ada perbedaan pengertian yang jauh. Qadar yang mengisi setiap diri makhluk yaitu bersifat konstan akan tetapi setelah qadar itu berproses kedalam qadha akan terjadi suatu kemungkinan. Kemungkinan yang akan terjadi itu yang disebut dengan taqdir. Misalnya pohon kelapa yang tumbuh membawa sifat bawaannya (fitrah): batangnya tinggi tidak bercabang, daunnya terurai, berpelepah-pipih-panjang dan berlidi. Buahnya diluar bersabut didalam bertempurung. Dengan adanya sabut itu bila buah kelapa jatuh ke air akan timbul terapung, dan kalau terdampar di pulau buah kelapa itu akan tumbuh disitu. Kelapa senang dengan hawa pantai dan lahan yang mengandung garam, tapi air kelapa tidak asin malah manis dengan isi yang lemak. Melihat dari sifat kelapa ini dapatlah kita menduga bahwa “kelapa yaitu tanaman pantai”.
                   Kesimpulan yang menyatakan bahwa pohom kelapa merupakan tanaman pantai  adalah sebuah Hipotetis, dan ini merupakan ketetapan taqdir. Tetapi kenyataan yang kita lihat bahwa di daerah pegunungan juga ada tumbuh pohon kelapa. Pohon kelapa yang tumbuh di pegunungan bukan karena ada beberapa buah kelapa yang bisa menggelinding mendaki gunung akan tetapi ada kekuatan lain (qodrat yang lebih tinggi) yaitu “ manusia” yang membawa bibit kelapa itu kepegunungan.
                      Dengan demikian ada kelapa yang ditaqdirkan bernasib baik karena  tumbuh pada tempat yang sesuai pada fitrahnya ada juga kelapa yang ditakdirkan nasibnya kurang baik karena ditanam ditempat yang tidak sesuai fitrahnya.

             d.   Pengertian Qodrat dan Iradat 

                      Qodrat  القدرة  artinya kemampuan, kekuatan, yaitu besarnya daya yang tersimpan didalam diri, benda atau makhluk hidup. Al-Irodatu  الارادة =  المشيئة bermakna kehendak, kemauan, yaitu daya dorong yang terkandung didalam benda atau diri makhluk hidup.
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ(2)
            Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia.

            Kata Aroda pada ayat diatas bermakna kehendak, menghendaki

                      Qudrat yang ada dalam diri makhluk itu besarnya tidak sama. Seperti keadaannya listrik yang kita gunakan sehari-hari, ada yang kekuatannya 110 volt ada yang 220 volt. Akibat perbedaan volt ini bisa kuat pada bola listrik yang sama wattnya tetapi tidak sama terangnya. Didalam alam semesta ini semua makhluk hidup memiliki qodrat dengan ukuran masing-masing yang tidak sama kekuatannya sehingga  yang memiliki qodrat yang kecil, takdirnya akan dapat dirubah oleh makhluk yang lebih besar kodratnya. Iradat yaitu energi gerak pendorong qadar biar berproses menuju tujuan selesai berupa suatu kejadian. Bentuk itulah yang disebut dengan takdir. Proses kadar menjadi sebuah takdir dapat berwujud baik atau buruk, kalau manuasia yang arif bisa melihat kebelakang dengan ilmunya, lalu berusaha meniru qodrat itu maka takdir itu akan berubah. Bagi keadaan makhluk yang dibawah kodrat manusia, misalnya benda-benda yang bisa dikuasai insan takdirnya dapat dirubah. Misalnya pada atom atau molekul yang tetap, dapat dibuat persenyawaan lain sehingga tercipta benda-benda gres hasil percobaan manusia. Sebuah molekul yaitu senyawa atom-atom. Molekul air misalnya yaitu pesenyawaan antara dua butir atom hidrogen dengan sebutir oksigen, kalau kita tulis dengan simbol kimia : H2O.
                      Orang dapat membuat Alkohol (C2H5OH) dari materi ketan (pulut) atau ubi kayu yang dijadikan tape terlebih dahulu, dengan demikian takdir ketan atau ubi itu dapat bermetamorfosis lebih berharga alasannya yaitu sudah menjadi alkohol dimana alkohol bukan hanya menjadi makanan tetapi dapat menjadi materi obat-obatan dan juga menjadi materi minuman yang memabukkan. Hal ini di sebabkan karena qodrat insan lebih besar dan sanggup merubah kadar dan qodrat yang ada pada benda atau makhluk yang derajatnya di bawah manusia.
                      Manusia dapat menguasai kadar yang mengisi alam yang lebih rendah dari qodrat manusia, karena itulah insan dapat merubah alam, dapat menciptakan bentuk baru, ibarat Ibrahim yang tahan dibakar, Musa dengan tongkatnya sanggup membelah laut, cowok yang tidur selama 360 tahun tidak mati dan lain-lain kelebihan diberikan Tuhan kepada manusia. Dengan Doa’pun insan dapat mengelak dari hukum qadha, jikalau Tuhan menunjukkan tambahan qodrat dan mendapatkan Do’a yang bukan hanya tersusun dari teks mengagumkan dan bunyinya bersajak, tapi do’a yang dapat menimbulkan getaran gelombang Bio-elektrisitet, yang bisa menyatu dengan Nur llahi, sebagaimana bunyi Hadits yang telah dikutip diatas :
            قال  رسول الله صلعم : لا يرد القضاء الا الدعاء ولا يزيد العمر الا البر وان الرجل ليحرم الرزق بالذنب يصيبه (رواه الترمذي وبن حبان

“Tidak ada yang bisa menolak ketentuannya ( Qadha ) keculi dengan doa dan tidak ada yang akan menambah umur melainkan perbuatan baik , dan sesungguhnya seseorang insan diharamkan baginya rizki dengan dosa yang menimpanya”. ( H.R Tarmiji dn ibnu hibban ).

             e.    Sunnatullah

                                 Sunnatullah yaitu hukum Tuhan yang mengisi alam semesta yang biasanya disebut juga hukum alam, ibarat hukum grafitasi bumi, perjalanan matahari melalui garis ekliptika selama 1 tahun, bumi berputar pada sumbunya selama 24 jam, kapal yang timbul karena perbandingan volume dan berat, hukum Archimedes, hukum Boyle keseimbangan antara proton dan elektron dalam atom, mungkin hukum ibarat ini ada dalam diri insan yang antara daya pikir dan dorongan hawa-nafsu harus seimbang. Sunnatullah itu isinya yaitu qadha Tuhan karena dalam goresan pena ini qadha Tuhan (ketetapan Allah) sama dengan Sunnatullah.

f.    Fithrah

                                 Fithrah yaitu sifat bawaan  makhluk Allah, benda, tumbuh-tumbuhan dan hewan semua memiliki sifat bawaan. Dalam diri insan sifat bawaan itu berupa “kecerdasan” yang tersimpan dalam Gen manusia. Menurut Geneologi dalam Gen insan ada terimpan sebanyak 3.000.000.000 huruf-huruf kimia dalam Gen itu yang menyimpan talenta, informasi pengetahuan dan instruksi jiwa manusia. Akan tetapi sekian banyaknya kemampuan insan yang tersimpan, signal yang bernyala hanya sekitar 3-5 %. Orang orang yang amat cerdas hanya antara 5 hingga 10 % saja signal Gennya yang bernyala selainnya masih membeku. Kalau sekiranya kecerdasan anugerah Tuhan yang tersimpan sebanyak tiga milyar aksara kimia itu terbuka 50% saja barapa dahsyat kepintaran manusia, mungkin insan ketika itu sudah bisa bertandang antar planet bumi yang ada didalam jagat.

    g.   Nasib

                  Nasib yaitu episode yang diperoleh. Makara nasib insan itu tidak ditetapkan ukurannya karena ia hanya merupakan hasil selesai dari sebuah usaha yang dilakukan makhluk.

         2.  Rumus Takdir

                        Untuk menghitung beberapa besar nilai nasib dalam kehidupan ini maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang menghipnotis :

a.       Faktor Qodha / Sunnatullah (S)

                                 Faktor ini merupakan hukum-hukum ketetapan Tuhan yang menghipnotis keadaan alam. Faktor ini yaitu faktor yang konstan tapi kalau bertabrakan dengan kekuatan (kodrat) yang lebih besar maka hukum itu akan berubah. Seperti hukum grafitasi bumi dapat ditaklukan kodrat insan dengan cara membuat mesin pesawat terbang. Akan tetapi Qodha yang berafiliasi dengan daya Ruh ibarat jenis laki-laki dan perempuan, qodha ini tidak dapat dirobah oleh kepandaian insan setinggi apapun, alasannya yaitu tidak ada kodrat lain yang melebihi kodrat yang terisi alam Roh karena Roh yaitu Rahasia Allah, tapi kalau  Banci itu merupakan penyakit dapat dioperasi diadaptasi dengan hormon dirinya mana yang lebih besar apakah Peminin atau Maskulin

b.      Faktor Qadar (Q)

                                     Faktor ini merupakan ukuran-ukuran yang telah tertentu  untuk perwujudan suatu benda atau makhluk, juga merupakan faktor konstan.

c.       Faktor Takdir ( T )

                                     Fakor ini merupakan perpaduan Qadar yang menyatu kedalam faktor Qodha dan Fitrah. Seperti takdir pohon kelapa sebagai tanaman pantai, yaitu di sebabkan kadar yang ada dalam pohon kelapa  dengan sifat bawaan  (fitrah) membutuhkan tempatnya alam yang beriklim tropis, bersahabat dengan laut, karena itu kelapa dipersiapkan buahnya bersabut jikalau jatuh bisa timbul dan hanyut untuk terdampar dan hidup disitu. Pohon kelapa membutuhkan banyak zat garam, walaupun ada kelapa yang tumbuh di daerah non-tropis, dipegunungan, sebenarnya itu bukan karena ditakdirkan melainkan ada kekuatan yang bisa merubah takdirnya memindahkannya ke daerah non-tropis hiduplah ia dengan tidak sesuai takdirnya itulah nasibnya si pohon kelapa

      d.         Faktor Fitrah ( F )
                                     Faktor ini yaitu merupakan sifat bawaan dari suatu benda atau makhluk. Makara takdir merupakan faktor qadar yang larut dalam sunnatullah [Qadha] ditambah sifat-sifat bawaan yang menentukan warna kediriannya. Dapat diturunkan kedalam rumus :
                                                      T = (Q + S + F)

e.       Faktor Kodrat / Irodat [daya kekuatan dan dorongan] = K

                                     Faktor ini merupakan daya kekuatan yang dimiliki oleh setiap benda atau mahkluk hidup yang ukurannya tidak tetap bisa bertambah dan bisa berkurang.

f.        Faktor Iman / ilmu / amal (I)

                                     Faktor ini merupakan kekuatan tambahan yang mengisi relung jiwa insan dari hasil upaya manusia.

g.       Faktor daya upaya, = D

                                     Faktor ini merupakan perpaduan faktor K + faktor I. Makara ; D = [K+ I]
            
h.      Faktor penyimpangan atau hambatan (X)

                                     Faktor ini merupakan faktor yang tak terduga karena muncul diluar sunnatullah, keluar dari kodrat yang menyimpang. Kekuatan ini dapat menyimpangkan perjalanan takdir, dapat menimbulkan kelainan dalam fitrah dapat merusak ketetapan kadar. Faktor ini disebut penyimpangan hukum. Seperti jari-jari tangan insan ditetapkan menurut hukum Qadha Tuhan jumlahnya 5, tetapi dengan penyimpangan sel ada jempol anak insan yang bercabang dua.

i.         Faktor Anugrah Tuhan (A).

                                     Anugrah Tuhan merupakan faktor yang akan diraih menjadi rejeki, nikmat dan rahmat.

j.        Nasib (N) 

                        Bagian yang dapat diraih.

             Dengan beberapa faktor yang telah disebutkan diatas maka dapat kita rumuskan bahwa nasib insan sebagai berikut :

         3.  Rumus Nasib

                 Jadi nasib adalah episode yang diterima seseorang dimana itu merupakan perpaduan faktor Qadha, Qadar, Fitrah yang bereaksi dengan faktor Daya upaya  (yang merupakan perpaduan Qodrat / Irodat dengan  daya iman, ilmu dan amal /aktivitas) dikurangi dengan faktor penyimpangan. Hasil daya ini dikalikan dengan besarnya Anugerah Allah yang terhampar.  Kalau diturunkan dengan rumus Matematika :

                                    N = [ T + D – X ] x A.

                Semakin besar daya upaya maka semakin kecil penyimpangan dan hambatan. Kalau daya upaya kecil maka hambatan akan bertambah besar. Disini kita temukan makna tersirat dari firman Tuhan yakni : “ Tidak akan berubah nasib suatu kaum sehingga mereka itu bisa merubah apa yang ada didalam dirinya, yaitu faktor perngetahuan, keimanan dan amal, kreativitas serta aktivitas”. Jadi, apakah makna tersirat dalam kandungan Rukun Iman keenam yang menyatakan : WABIL KODRI KHOIRIHI WA SYARRIRHI MINA’LLAH = dengan kadar ukuran ketentutan yang telah ditetapkan  baik maupun buruk yaitu dari Allah?.
                 Penjelasan Hadist ini menunjukkan pengertian kepada kita bahwa kadar / qodha yang ditetapkan Tuhan itu mengandung kebaikan atau keburukan, akan tetapi belum tentu kemungkinan kadar baiknya sesuatu itu mendatangkan kebaikan kepada insan atau sebaliknya. Misalnya pohon kayu putih mengandung kadar baik (karena minyaknya bisa jadi obat) tetapi kalau minyak kayu putih diminum sebotol dapat menimbulkan kejadian buruk.
              Dengan beriman kepada qodha dan kadar ummat Islam dianjurkan untuk mempelajari hukum qodha dan kadar (sunnatullah) yang akan melahirkan pengetahuan alam, yang berkembang kepada ukuran–ukuran dalam hitungan (matematika), kemudian ihwal nilai-nilai kehidupan yakni ilmu yang berafiliasi dengan insan dan keterampilannya (sosiologi, psikologi dan teknologi). Pengetahuan–pengetahuan ini dapat menguak takdir dan merubah nasib manusia, karena itulah maka Tuhan berfirman :
وَابْتَغِ فِيمَا ءَاتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ(.)

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Tuhan kepadamu untuk (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kau melupakan bahagianmu (nasib-mu) di dunia dan berbuat setuju sebagaimana Tuhan telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kau berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Tuhan tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.           ( Q.S28/ Al-Qashas : 77)

( bersambung : Menguak Takdir 4 )



MENGUAK TAKDIR 4
PRAHARA YANG MENIMPA UMAT MANUSIA APAKAH ITU SKENARIO ALLAH?

        1.               Musibah Bencana Alam.

                        Sebagaimana yang diterangkan oleh Rasulullah ihwal “manusia dalam  Kurungan ajalnya “, yang sudah dibicrakan pada goresan pena yang lalu Menguak Takdir 2, bahwa kita hidup dalam kurungan kematian yang kita tidak tahu berapa luas kurungan itu dan berapa banyak garis rintangan yang dilalui yang mengakibatkan  terkurasnya energi jiwa. Lepas dari satu rintangan  akan bertemu lagi dengan rintangan yang lain yang lebih ringan atau mungkin lebih berat. Dalam upaya melapasi sebuah rintangan insan telah menghamburkan energi jiwanya tapi rintangan itu tidak usai masih bersambung lagi dalam perjalanan hidupnya. Energi jiwa yang terkuras demikian banyak, ibarat motor atau kendaraan beroda empat yang minyaknya sudah banyak terpakai gara gara selalu berhenti tapi mesin tetap hidup, begitulah diri kita banyak kegetiran hidup sudah barangtentu energi jiwa semakin terkuras dan habis sebelum hingga dibatas umur mungkin juga hanya pertengahan, maka jiwapun mengurai dan ruh  meninggalkan jasad. Peristiwa itu disebut “kematian”.
                        Rintangan yang dihadapi oleh insan itu bermacam-macam ada dalam bentuk bala, musibah, bencana, kesulitan hidup, azab penderitaan. Perlu juga dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan rintangan ialah segala penghalang yang merintangi perjalanan  manusia yang mau tidak mau harus ditempuh dengan banyak sekali upaya. Bila insan yang dalam perjalanan hidupnya melihat jauh kedepan dimana ia melihat didepan perjalanannya ada rintangan itulah dimaksud dengan tantangan. Dalam menempuh rintangan kebanyakan insan tidak siap tetapi menghadapi tantangan harus siap. Makara hambatan dalam perjalanan yang didepan disebut tantangan dan kalau sudah dilewati atau sedang dilewati  disebut rintangan.
                        Tantangan dan rintangan yang dilewati dan dihadapi insan dalam perjalan hidupnya ada yang menimbulkan malapetaka atau bencana yang disebut dengan istilah BA’SA ada yang merupakan kemudaratan atau kesengsaraan yang disebut DHARRA’ dan ada yang menjadikan kegoncangan jiwa, yang menyebabkan terjadinya ledakan sosial, atau ledakan didalam diri (stres ): disebut ZULZIL. Al-Qur’an menyatakan sebagai berikut :
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ(1)
“Apakah kau mengira  bahwa kau akan masuk sorga padahal belum datang kepadamu (rintangan / tantangan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa mala petaka, kesengsaraan serta kegoncangan, sehingga berkatalah Rasul dengan orang-orang yang beriman dengannya :”Bilakah datangnya pertolongan Tuhan “. Ingatlah sesungguhnya pertolongan Tuhan itu bersahabat “ (Q.S Al-Baqarah /2: 214).
             Banyak sekali ayat yang menyatakan ihwal adanya rintangan dan tantangan dalam perjalanan insan dalam meniti titian nasib dan takdirnya diantaranya yaitu ayat-ayat yang akan dituliskan berikut ini.

1.1. Bencana Alam Nyata

a.             Banjir besar akhir kedurhakaan insan kepada Allah, pada zaman Nabi Nuh. Berita ini dapat kita temukan dalam Q.S 11:29 s/d 49.

وَقِيلَ يَاأَرْضُ ابْلَعِي مَاءَكِ وَيَا سَمَاءُ أَقْلِعِي وَغِيضَ الْمَاءُ وَقُضِيَ الْأَمْرُ وَاسْتَوَتْ عَلَى الْجُودِيِّ وَقِيلَ بُعْدًا لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ(4)

Dikatakan Tuhan : “ Hai bumi, telanlah airmu, hai langit berhentilah”. Dan airpun disurutkan, perintahpun usai dan bahtera itupun berlabuh diatas bukit Judi, dan dikatakan lagi : “ binasalah orang-orang yang zalim” ( Q.S. Hud/11 : 44).

b.             Hujan batu, akhir kedurjanaan kaum Sadum yang Homosek dizaman Nabi Luth. Beritanya dapat kita temukan pada Q.S. 7/ Al-A’raf :80 s/d 84.
وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ(4)
        .“Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu) maka perhatikanlah kesudahannya bagaimana orang-orang yang berbuat dosa itu” (Q.S. Al-A’raf/7 : 84),
c.     Bumi terbelah, karena kedurhakaan kaum ‘Ad pada zaman Nabi Hud. Beritanya kita temukan pada: Q.S. 7/ Al-A’raf: 65 s/d 72. QS. 11/Hud : 50 s/d 60 dan Q.S 26/ Asy-Syu’ara : 123 s/d 140,
 فَكَذَّبُوهُ فَأَهْلَكْنَاهُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ
Maka mereka mendustakan Hud, lalu Kami binasakan mereka. Sesungguhnya yang demikian itu yaitu suatu ayat dan tidak juga kebanyakan mereka itu yang beriman” (Q.S.26/ Asy Syua’ara : 139).

d.    Gempa dahsyat, menghancurkan peradaban tinggi bangsa Tsamud, di zaman Nabi Shalih karena mendustakan ayat Allah. Beritanya dapat kita baca pada Q.S. 11 : 61 s/d 68, kemudian surat Al-A’raf/7 :73 s/d 79.

فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ(.)
         “Maka mereka itu dihantam gempa maka jadilah mereka itu jenazah bergelimpangan ditempat tinggal mereka” (Q.S.7/ Al-A’raf :78)

e.       Suara letupan dahsyat
         Penduduk Madyan pada zaman Nabi Syu’aib pernah ditimpa bencana berupa bunyi letupan dahsyat yang dikisahkan Al-Qur’an dalam surat Hud / 11 : 84 s/d 95 :
وَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا شُعَيْبًا وَالَّذِينَ ءَامَنُوا مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَأَخَذَتِ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دِيَارِهِمْ جَاثِمِينَ(4)
Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu`aib dan orang-orang yang beriman gotong royong dengan dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu bunyi yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya.” (Q.S.11/ Hud 94)

f.     Topan, kemarau panjang dan hama tanaman

Pada zaman Nabi Musa /  masa Fir’aun di Mesir pernah terjadi bencana yang  tidak seperi musibah biasa, tapi berupa makhluk yang mematerialisasi dari limbah pikiran.  Beritanya terdata dalam Al-Qur’an Surat Al-A’raf / 7 : 103 s/d 166.
فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الطُّوفَانَ وَالْجَرَادَ وَالْقُمَّلَ وَالضَّفَادِعَ وَالدَّمَ ءَايَاتٍ مُفَصَّلَاتٍ فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا مُجْرِمِينَ(1)
“Maka Kami kirim kepada mereka ( Bangsa Mesir) topan, dan hama belalang kutu  katak penyakit yang mengeluarkan darah, itulah yang ayat yang terang (mematerialisasi), tapi mereka tetap sombong dan yaitu mereka kaum yang berdosa” (Q.S. Al-A’raf/7 : 133).

1. 2. Azab
قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ(5)
“ Katakanlah ! Dia-lah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu dari atas kau dan dari bawah kakimu ; atau mencampurkan kau kedalam golongan-golongan (perpecahan) dan mencicipi sebagian kau kejahatan sebagian yang lain, perhatikanlah bagaimana Kami telah mendatangkan ayat (tanda kekuasaan) kami biar mereka memahaminya “(Q.S.6/ Al-an’am : 65).

1. 3. Bala / Mushibah

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ(1)الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ(1)
      “Dan sungguh akan Kami berikan Bala/Mushibah kepada kau dengan sesuatu (diantaranya): ketakutan, kelaparan kekurangan harta, (kekurangan) diri. (kekurangan) buah-buahan : dan berikanlah info gembira kepada orang-orang yang shabar. Yaitu orang yang apabila ditimpa mushibah mereka berkata : “Sesungguhnya kami (hidup) untuk Tuhan dan kepada-Nya juga akan kembali” (Q.S. AlBaqarah / 2 : 155, 156).

2 .   Bermacam-macam bentuk Prahara
       Dalam Kehidupan

               Berdasarkan Firman Tuhan Surat Al-Baqarah ayat 214 yang telah dikutip terdahulu dijelaskan ada tiga macam Prahara yang merupakan hambatan, tantangan dalam perjalanan hidup yang dengan istilah Al-Qur’an disebut : BA’SA, DHARRA’ dan ZULZIL.

2.1.  Ba’sa’ (bencana/ malapetaka)
               Dari data-data Al-Qur’an bahwa bentuk musibah yang pernah terjadi diantaranya : Banjir besar di Zaman Nabi Hud, Gempa yang dahsyat di Zaman Nabi Shalih, Letupan yang dahsyat di Zaman Nabi Syu’aib. Bencana alam tersebut merupakan azab yang datang dari bawah telapak kaki insan itu sendiri (Q.S. 6 : 85).

2.2. Dharra’ (penderiataan/ kesengsaraan)
              Azab yang menerpa kehidupan dalam bentuk tekanan yang  menyebabkan manusia  terjepit hidupnya. Akibat azab penderitaan hidup ini diantaranya : kelaparan, ketakutan, kekurangan harta, kekurangan episode diri, kekurangan hasil panen (Q.S. 2 : 155,156).

2.3. Zulzil (kegonjangan akhir ledakan sosial )
              Kegoncangan hidup dalam masyarakat yang berakibat terjadinya ledakan sosial yang lebih berbahaya dari ledakan gunung berapi, telah diingatkan Tuhan dalam surat Al-An’am ayat 65 yang mewujud dalam bentuk “perpecahan ummat”, kejahatan-kejahatan moral ( penjarahan, perampokan, pemerkosaan, pembunuhan ) yang mendatangkan mudharat bagi masyarakat lain padahal mereka orang beriman dan bermoral
            Sebenarnya bukan hanya Prahara : Dharra  dan  Zulzil saja yang datang akhir ulah insan akan tetapi musibah ibarat yang telah disebutkan tadi juga disebabkan oleh ulah insan yang durjana.
            Mari kita baca data-data kejadian ihwal banjir, bumi yang terbelah, gempa, letupan, yang terjadi pada zaman Nabi-nabi yang telah disebutkan itu bahwa Tuhan menjelaskan sebabnya karena ummat insan telah mengingkari pedoman Tuhan (menjadi kafir). Kekafiran insan bukan hanya menantang ayat-ayat Qur’aniyah tapi yang lebih parah tidak pedili dengan sunntu’llah ( hukum didalam alam ) yaitu ayat-ayat kauniyah
            Akibat umat yang durhaka itu menimbulkan dampak kerisis moral yang berakibat bukan hanya kepada sesama insan tetapi juga “bumi ikut menderita” seperti bumi terjangkit penyakit , diantara tanda-tanda sakitnya : terjadi gempa, banjir dan sebagainya yang kata orang awam, itu sebagai pernyataan murkanya Allah, tapi Tuhan mengatakan : “ Bima kasabat aidi’n-naas” ( disebabkan oleh ulah tangan insan )
               Prahara yang menimpa umat insan berupa Banjir, Hujan batu, Tanah terbelah, Gempa, Letupan dahsyat. Topan dan kemarau panjang, serta hama tanaman yang membuat gagal panen. Dari makna tersurat ayat-ayat diatas kelihatannya Allah murka lalu menghukum umat manusia, kalau itu berupa hukuman, kog yang ber-iman kepada-Nya juga ikut terkena hukuman?. Kutipan Firman Tuhan yang menyatakan : “Kami hujani mereka dengan hujan batu, kami binasakan  mereka, Kami kirim kepada mereka Taufan, Dia (Allah) yang mengirimkan azab, Kami berikan Bala / musibah”, seperti Tuhan itu menganiaya (men-zholimi) hambanya, padahal Tuhan tidak pernah berbuat zholim kepada hambanya manusialah yang menzholimi dirinya sendiri. “Sesungguhnya Tuhan tidak berbuat zholim kepada insan sedikitpun, tetapi insan itu yang membuat zholim kepada diri mereka sendiri “(Q.S. 10/Yunus: 44).
Ayat yang maknanya sama dengan kutipan yang diatas dapat kita temui dalam Al-Qur’an surah 29:40; 30:9; 3:117; 16:33; 9:70.
               Kalimat ”Allah mengirim Azab dan Tuhan tidak pernah menzholimi ibarat bertentangan; tapi sebenarnya tidak. Dalam gaya bahasa “kalimat tersebut disebut kalimat koreksio”. Ayat tersebut diatas telah dikoreksi Tuhan dengan ayat yang terdapat pada surat : 10 :44;  29:40; 30:9; 3:117 dan 9 :70.
               Kenapa kalimat: “kami binasakan mereka atau kami hujani mereka “ dikoreksi dengan kata : “bukan Tuhan yang menzholimi tetapi mereka sendiri  yang menzholimi dirinya“ ; supaya kita tidak salah tafsir. Tapi karena bingungnya penafsir menganggap seperti Tuhan bersikap sesuka hatinya maka ayat yang berbunyi :
فإن الله يضل من يشاء ويهدى من يشاء.......
diartikan :
“ maka sesungguhnya Tuhan menyesatkan siapa yang dimaui-Nya dan menunjuki siapa yang dimaui-Nya…….”(Q.S. 35 : 8).
              Padahal kalau kita terjemah ayat tersebut secara harfiah tanpa terpengaruh dengan paham ibarat makna diatas, maka terjemahannya ; Fa inna’llaha = maka sesungguhnya Allah  yudhillu = menyesatkan. Man = orang/siapa. Yasyaa-u = (ia) mau. Makara : Tuhan menyesatkan orang atau siapa saja yang mau dengan kesesatan itu , yaitu orang-orang yang berandal / jahat, begitu sebaliknya Tuhan akan menghidayahi/ menunjuki siapa yang mau dengan petunjuk, yaitu yang mau mencari hidayah dengan banyak mengaji,study Qur’an; bukan Tuhan berbuat sesuka-sukanya, ( mau disesatkan-Nya mau ditunjuki-Nya ya suka–suka Allah-lah ). Tuhan berbuat berdasarkan aturan yang Ia buat sendiri. Kalau Tuhan berbuat sesuka-suka-Nya maka ummat yang mengikut sunnah Tuhan akan berlaku sesukanya pula, dengan alasan Tuhan pun mencontohkan berbuat sesuka-suka-Nya.
              Kalau Tuhan memang tidak mau berbuat sesuka-suka-Nya : “ Bagaimana mungkin Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyanyang itu tega menghukum hambanya dengan menurunkan azab, dengan banjir, gempa bumi, hujan batu, angin topan, hama belalang, kutu dan katak ?, padahal Tuhan sudah menjanjikan kepada orang-orang yang baik disediakan-Nya surga dan kepada penjahat disediakan-Nya neraka, kenapa belum lagi selesai zaman Tuhan sudah menunjukkan neraka-penderitaan kepada insan padahal yang kena musibah itu diantaranya banyak yang beriman. Untuk menjawab pertanyaan diatas  perlu dibuat penjelasan dengan suatu perumpamaan.
              Kalau “ energi keilahian “ itu kita umpamakan “listrik” maka listrik itu dapat mengalir ke radio, TV, kipas angin, setrika dan benda benda tersebutpun dapat hidup oleh listrik, malah pabrik-pabrik besar dapat aktif, jalan-jalan raya dimalam hari terang benderang karena listrik. Suatu peristiwa ada orang kurang pandai sebagai pengguna listrik yang ceroboh, listrik dirumahnya korslet, terjadilah percikan api, rumahnya terbakar, api menyambar kekanan kekiri kerumah tetangga maka akhirnya rumah-rumah sekampung terbakar. Siapa yang memperabukan kampung? Tak ada orang yang membakar, hanya karena arus listrik. Sibodoh yang teledor  itu telah mendapatkan akhir dari kebodohannya tapi orang lain juga mencicipi azab dari terbakarnya kampung. Orang berkata “rumah-rumah itu terbakar karena arus pendek” padahal itu kesalahan seorang manusia. Begitulah musibah yang dahsyat itu kerena insan bodoh, mungkin tak sengaja atau karena kebodohan telah membuat arus energi Ilahy korslet, karena insan menantang sunnatu’llah  maka terjadilah bencana alam  yang dahsyat ibarat gempa dan Sunami. ( Contoh : bumi telah dilobangi insan untuk mendapatkan hasil tambang, lobang lobang dibumi yang dibuat mannusia itu begitu banyaknya dan akhir penambangan itu perut bumi kroak beribu kilometer-kubik. Bumi kita dengan tubuhnya yang berlobang-lobang itu berotasi sambil berlari mengelilingi matahari dengan kecepatan tinggi dan bumi telah dipukul sepanjang perjalanannya itu dengan terpaan angin demikian kuat beratus ratus tahun lamanya maka patahlah lempeng bumi itu, maka terjadilah gempa dan sunami), bukankah musibah ini karena ulah insan ?.
                Maka Tuhan menyatakan :
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ(1)
Telah kelihatan kerusakan di daratan maupun di lautan disebabkan karena perbuatan tangan insan itu sendiri , supaya mereka mencicipi (akibat) dari perbuatan mereka mudah-mudahan mereka mau kembali (menyadari)”(q.s.Ar-ruum/30:41)

          ( Permasalahan diatas pernah penulis sampaikan dalam sebuah Majlis-Ta’lim  ada seorang jamaah yang komplin katanya : ”Pak Ustad kog berani mengumpamakan Tuhan dengan Listrik”. Jawab penulis : ”Saya tidak mengumpamakan Tuhan dengan listrik atau membandingkan-Nya tapi saya menceritakan cara kerja listrik karena listrik termasuk hal yang absurd (gaib ) untuk sebagai perbandingan cara bekerjanya energi  ).
Kalau benda kita hancurkan akan menjadi episode yang halus, yaitu tepung, kalau tepung dihaluskan lagi akan mnjadi molekul, molekul kalau dihancurkan lagi akan menjadi atom, atom yaitu episode yang terkecil dari benda ( materi ), kalau atom ini diurai maka hilanglah sifat bendanya maka ia akan menjadi energi. Energi ini ada yang bersifat (+) namanya Proton ada yang (-) namanya elektron dan ada yang (o) namanya Neurtron. Energi atom ini dapat diolah insan menjdi Nuklir yang amat dahsyat kekuatannya ( contohnya : Bom-atom buatan Albert Einstein yang menghancurkan Hirosima dan Nagasaki ) ”Ada energi lain yang bukan dari olahan atom tapi ada dalam atom energi itu namanya RUH berisi hayat (daya hidup ) dan intelegensi Energinya mengisi seluruh materi ada dalam benda ada dalam tumbuhan ada dalam hewan ada dalam diri insan ada dalam diri makhluk selain insan ( jin dan malaikat ). Masih ada energi yang maha dahsyat, Energi-Yang Maha itu yaitu energi Ilahy yang berisi Kecerdasan-Agung yang Maha segalanya yang mengisi seluruh jagat, seluruh apa yang ada dan ada dalam diri manusia  yang kalau menusia menyalahgunakan hukum energi Ilahi itu akan terjadi dampak negatip yang dahsyat ibarat yang dijelaskan ayat yang telah dikutip diatas.”. Itulah sebabnya                               Allah mengatakan dalam Al-Qur’an bahwa kerusakan alam dikarenakan oleh ulah tangan manusia.                ( بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ  )
                Kata : gha-dhi-ba = murka “, jangan difahamkan : Tuhan marah karena sakit hati, tersinggung atau benci melihat tingkah laku ummatnya yang durhaka. Al-Ghaa-dhib (pemarah), bukanlah sifat Allah. Dalam Asmaa’ul Husna, 99 nama Tuhan ; tidak ada terselip kata Al-Ghaadhib. Kata Gha-di-ba pada ayat tersebut diatas yaitu bentuk majaz (lapadz yang dipindahkan artinya kepada arti yang baru) arti aslinya yaitu : “akibat melanggar hukum Allah, diganti dengan murka Tuhan “. Seperti pola dalam bahasa Indonesia : “Anda kalau naik motor, pakai helemlah, nanti ditangkap polisi !”. Sebenarnya tidak pernah polisi menangkap orang yang tidak pakai helem tapi “ polisi menyetop orang yang naik motor itu, ia tanyai sipengendara ada SIM atau STNK, kalau ternyata ada kesalahan dia mewajibkan membayar denda”, tapi semua kata yang panjang itu kita ganti dengan kata “ditangkap”. Demikianlah kata “murka Allah” sebagai pengganti kata : yang melanggar hukum Allah. Memang sudah menajadi hukum Tuhan (Sunnatullah) bahwa :.
              “Bila energi keilahian dibukakan kesaluran akidah maka energi akan mendorong akidah beraktivitas, tetapi bila energi ke Ilahian itu dibukakan kearah kezholiman maka energi itu mendorong perbuatan zholim, sehingga kezholiman merebak menjadi fasad (pengrusakan) menjadi kemungkaran dan yang lain-lain lagi”.
               Yang dimaksud dengan topan didalam Al-Qur’an bukan topan bahasa Indonesia yang bermakna angin kencang tapi Thaufan (dari kata tha-wa-fa) yang bermakna energi yang berputar-putar yang mengandung limbah pikiran kotor dapat berwujud makhluk halus ibarat kutu dan tungau. Keadaan ibarat ini bisa terjadi dimana-mana terutama masa perang berkecamuk. Dimasa bangsa kita merebut kemerdekaan dimana rakyat mengalami krisis yang parah dengan penderitaan yang tak tertahankan : limbah pikiran kotor yang mematerialisasi (membenda) juga pernah terjadi di negeri kita. Pernah muncul hama tungau (sejenis kutu) yang merajalela, waktu itu hampir semua orang kena sakit gatal-gatal, yang menular, muncul lagi penyakit puru, bubul (puru yang di telapak kaki). Para hebat sejarah menyebutnya dengan istilah hama perang          Al-Qur’an telah memberitakan wabah hama yang mematerialisasi pernah terjadi di Mesir, karena penguasa di Mesir telah berbuat ke-zholim-an dan kapan saja ada penguasa zholim di negeri manapun wabah ibarat itu akan muncul lagi.
                Waktu ummat kalangan atas di Mesir begitu serakah, sehingga ummat bangsa Mesir kalangan bawah menjadi tertindas maka meletuplah energi limbah pikiran keserakahan itu dalam bentuk gelombang radiasi-pikiran-kotor. Gelombang Radiasi itu mengenai belalang dan belalangpun bertelur dengan berlipat-lipat ganda  sampai miliaran banyaknya, lalu muncullah hama belalang. Disisi lain banyak ummat yang darahnya  dikuras oleh lintah darat, sementara dipojok lain ada orang-orang yang menjilat untuk mendapatkan kedudukan sehingga pikiran kotor inipun mewujudkan penyakit “berdarah”, “kemunculan katak atau tikus”. Sisanya ummat yang penuh dengan penderitaan yang tak ada lagi tempat mengadu, limbah pikiran inipun demikin tebal, sehingga melahirkan hama “kutu”.
                Secara biologi melalui proses alam limbah dapat bermetamorfosis makhluk, misalnya tinja yang dibiarkan dilobang terbuka akan ditelori lalat dan akhirnya muncul ulat bagaimana mungkin limbah pikiran akhir kedurjanaan atau akhir penderiataan bisa berobah menjadi makhluk  sejenis hama.
                Dalam ilmu metafisika ada istilah Aura yang bermakna pancaran sinar/daya dari suatu makhluk. Manusia mempunyai Aura dalam dan Aura luar. Aura dalam itu yaitu pancaran tubuh bioplasmik yang muncul kepermukaan tubuh lebih kurang 10 Cm. Adapun Aura luar yaitu pancaran tubuh fisik yang memancarkan sinar sejauh satu meter. Binatang, tumbuhan juga punya Aura. Bumi kita mempunyai Aura yang dapat menyimpan gelombang pikiran kotor dari penghuninya baik pikiran-kotor yang berasal dari pemimpin dan kroninya yang zholim maupun rasa-sakit-hati , dendam, kecewa dari rakyat jelata yang tertindas. Pikiran kotor ini memadat lalu memunculkan makhluk  baru biasanya bentuk kutu, hama dan sejenisnya. Pikiran kotor dapat juga berbentuk gas sehingga orang dapat menyaksikan awan yang berbentuk sesuatu, pernah terjadi/muncul di langit ketika perang di Bosnia yang banyak memakan korban terlihat awan berbentuk orang yang ibarat monyet
                Malah kadang kala limbah pikiran kotor itu mengeluarkan radiasi yang dapat menyentuh sesama insan sehingga insan ibarat ketularan kejahatan. Sebagaimana keadaan yang kita alami sesudah krismon, orang-orang mudah sekali mengamuk, lalu terjadilah bentrok sesama anak bangsa, terjadi penjarahan hampir diseluruh kota besar. Pengikut PDI-P mengamuk ketika ibu Mega hampir tak terpilih. Masa pendukung Gus-Dur mengamuk di Surabaya yang menjadikan kantor DPD Golkar hangus (Waspada, 7-02-01). Rakyat Libya mengamuk memburu Presidennya sendiri Muammar Qaddafi yang dengan kejam mereka membunuh Qaddafi,  peritiwa pembunuhan Qaddafi itu telah direkam kamera Ponsel ibarat terlikhat dibawah ini
                        Terhadap binatang melata limbah pikiran kotor itu bereaksi lain, dapat membuat subur yang tidak kepalang tanggung, belalang bertelur bermiliar-milyar dalam tempo singkat, tiba-tiba tikus berjuta-juta menyerang sawah, lalu peristiwa bergulir dan binatang hasil sentuhan radiasi-pikiran-kotoran  itupun lenyap berlalu begitu saja.
               Pemunculan makhluk kecil melata yang diakibatkan proses materialisasi limbah pikiran-kotor-manusia yang perwujudannya dalam bentuk : belalang, kutu, katak penyakit darah ( mungkin demam berdarah ) sudah muncul ditanah air kita tercinta. Kita telah melihat dan mendengar dari siaran TVRI berhektar-hektar ladang masyarakat di Lampung habis dilalap belalang. Penyakit demam berdarah dimana-mana daerah di Bumi Indonesia ini, sudah banyak memakan korban. Bukan hanya katak sebagai perwujudan pikiran kotor yang suka menjilat, tapi tikus gemuk dan besar itu menghabiskan sawah rakyat yang tidak ikut melaksanakan dosa. Mungkin karena keserakahan orang-orang yang keterlaluan sehingga bukan hanya hutan digunduli malah terbakar / dibakar beribu-ribu hektar.
                Sudah kaya, belum lagi puas dengan kekayaan itu sehingga menjadi ingkar pada nikmat Allah. Untuk menimbun kekayaan harus punya modal besar, maka dipinjamlah modal dari luar negeri dengan perhitungan dollar. Waktu meminjam harga dollar sekitar ( misalnya ) Rp. 5000,- dan ketika mau membayar dollar sudah bernilai Rp. 10.000,- maka konglomerat pun bisa jadi melarat.
                Peristiwa-peristiwa tersebut merupakan tanda-tanda bahwa bumi kita sedang sakit keras dikarenakan ummatnya telah dilanda penyakit “krisis”. Mula-mula berjangkit krisis akidah (krisman) dimana insan tidak perduli lagi dengan pedoman Allah, lalu krisis mental (kristal) dimana mental penguasa sudah ambruk, tidak kenal lagi kemanusian, lalu meningkat krisis moral  (krismor) mereka memandang semuanya jadi halal, maka ada penguasa yang berkesempatan korupsi maka ia menjadi mega koruptor, ada yang berkesempatan menjarah lalu ia pun menjarah harta orang lain tanpa merasa berdosa. Keadaan inilah merupakan faktor penyebab Krismon yang mungkin akan dialami dalam kurun yang panjang di Negeri tercinta ini.
                Kerisis yang muncul di Bumi Indonesia tercinta kelihatannya lebih parah dari apa yang pernah terjadi di Zaman Fir’aun, ini menunjukkan bahwa ummat insan di Indonesia juga telah mengidap “penyakit kerisis” yang lebih parah dari Zaman Fir’aun. Kebanyakan orang-orang yang menjadi alasannya yaitu terjadinya krisis di masa Fir’aun itu yaitu ummat kalangan atas dan Si Fir’aun sendiri telah melaksanakan kedurjanaan di muka bumi.
                Bila musibah yang terjadi di Zaman Fir’aun keadaannya sudah sama dengan kejadian disebuah Negeri ( saya tidak mengatakan Indonesia lo ) maka negeri itu mungkin dipimpin oleh penguasa ibarat Fir’aun yang para wazirnya sudah mendewakannya.
                Allah mengingatkan kita :
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ ثُمَّ أَعْرَضَ عَنْهَا إِنَّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ مُنْتَقِمُونَ(2)

“Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang diperingati dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian berpaling daripadanya. Sesungguhnya bagi para pendosa ada tanggapan (pantulan dari perbuatan dosanya) “ (Q.S.32/ As-Sajadah: 22 ).

3.    Dunia Islam telah dilanda Prahara

                        Kalau kita membalik kembali lembaran sejarah terasa ada pujian menyelinap didalam dada karena Islam pernah jaya dibumi, Islam pernah membangun peradaban tinggi dimana-mana. Israil (Yahudi) pernah dikalahkan oleh Umar bin Khattab pada tahun 639 M, ia telah membangun sebuah Mesjid berjulukan Qubbat Al-Sakhrah (The Dome Of Rock) yang kemudian disebelah selatannya didirikan pula Masjid Al-Aqsha ( 686-690 ) dimasa Khalifah Abdul Malik, Masjid pujian umat Islam. Tanah Israil itu bermetamorfosis Palestina dan menjadi tanah air nya Arab Palestina.
                        Sekarang Yahudi telah mengambil tanah itu kembali sementara Muslim-Arab-Palestina telah terusir dari tanah Palestin, dan Masjidi’l Aqsha yang amat dimuliakan ummat Islam sudah tidak mulia lagi karena dikuasai Yahudi.
                        Negeri Irak dengan Baghdadnya pernah menjadi pusat peradaban Islam dari kala VII hingga XIII, sekarang bukan lagi negara Islam dan Muslimin Irak telah terpukul kehinaan dan kemiskinan oleh Invasi Amerika dan sekutunya.
                        Spanyol juga pernah menjadi pusat peradaban Islam di zaman Umaiyah 756-1031 dan zaman Bani Al-Ahmar 1230-1492; lebih kurang selama 736 tahun kaum Muslimin menguasai Sepanyol, bekas peradaban Islam dapat terlihat dengan berdiri tegar sebuah Masjid Al-Hambra yang megah ( yang menurut penilaian para Arsitektur dunia Al-Hambra yaitu bangunan artistik terbaik diantara tujuh keajaiban dunia), kini pujian itu hanya merupakan kenangan pahit karena bekas kejayaan ummat Islam di Spanyol nyaris tak terlihat lagi. Umat Islam bukan hanya terpukul oleh kehinaan malah terusir dengan hina.
                        Turki pernah menjadi Negara Islam yang kuat. Kota Istambul menjadi kebanggan ummat Islam karena kota itu bagaikan menara mercusuar di Eropa. Negara ini didirikan oleh Sultan Ustman Ibn Sauji Ibn Ertoghril pada tahun 1281 M. Menjelang kala XVII Muslim Turki Eropa mendapat angin buruk. Kekuatan Eropa mulai bisa memukul mundur pasukan Turki di Vienna (1683) dan lepaslah Hungaria dan Transyilvania, sementara ekvansi Rusia merupakan ancaman yang sangat besar. Yunani memberontak pada tahun 1829 Aljeria jatuh ketangan Perancis. Akibat Revolusi Perancis rakyat Balkan melawan Turki ditahun 1912-1913. Turki di Eropa tinggal Thrace Timur. Akhirnya rakyat Turki sendiri merasa jenuh dengan rezim Ustmany lalu berdiri gerakan Nasional  yang dipimpin Mustafa Kamal Ataturk, yang menghantarkan Turki menjadi negara sekuler semenjak 1924, maka cahaya Islam disana dimasa itu semakin kabur.
                        India pernah jaya pada masa dinasti Mongol Islam. Puncak kejayaan itu pada masa pemerintahan Akbar Agung (Jalaluddin Akbar) tahun 1555 hingga masa pemerintahan penerusnya Sihabuddin Syah Jihan. Kota Agra merupakan pusat kebudayaan Islam dimana Taj Mahal dibangun, yaitu merupakan arsitektur Islam yang sangat mengagumkan, bukan Masjid tapi pekuburan dan  taman. Pada masa pemerintahan Jalaluddin Ali Jauhar Syah Alam II naik tahta tahun 1760, Inggris mulai bercokol di India. Sirajuddin memberontak kemudian tertangkap, kesultanan Mongol Islam berakhir tahun 1858. Setelah India merdeka negara itu menjadi Negara Hindu dan umat Islam jadi golongan minoritas dan golongan pinggiran di India. Sebagian besar umat Islam India membangun negara sendiri yaitu Pakistan
                        Kota Ishfahan merupakan pusat kegiatan politik, kultur dan peradaban Islam Azerbaijan pada masa dinasti Shafawiyah. Keindahan arsitektur kota Ishfahan itu tidak ada tandingannya pada masa itu. Kekuasaan Shafawiyah meluas hingga hingga ke Persia, yang menguasai negeri itu selama 60 tahun. Paham komunis melanda Azerbaijan dan terjerat dalam jaring Uni Sovyet, maka api Islampun pudarlah disana. Kota Isyfahan kembali menjadi milik  Persia (Iran ).
                        Mesir dengan Kairo-nya pernah menjadi pusat peradaban Islam dimana Al-Azhar merupakan Universitas yang melahirkan banyak Sarjana dan Mujaddid serta Mujahidin yang handal berderet nama ulama-ulama yang masyhur diantaranya : Muhammad Abduh, Sayyid Rasyid Ridho lalu disususl para Ulama Ikhwanu’l Muslimin : Mursyid Hasan Al Banna, Abdul Qadir Audah, Muhammad Farghali, Yusuf Thalaat, Ibrahim Ath-Thaiyib, Hindawi Diwair, Sayyid Muhammad Qutub, Muhammad Yusuf Hawassi, Abdu’l Fattah Ismail, Mursyid Hasan Al Hudaiby.
                        Semua mereka ( Ulama Ikhwanu’l Muslimin ) telah mendapatkan hadiah acara mereka dengan hukuman mati oleh Presiden Gamal Abden Nasher yang bersama mereka itu sebanyak 100.000 anggota Ikhwanu’l Muslimin juga ditangkap dan dipenjarakan.
                        Kita pernah mendengar tokoh Reformasi yang  bernama Jamaluddin Al-Afghani yang menghabiskan umur dari penjara kepenjara untuk memurnikan pedoman Islam dalam membebaskan negerinya dari kekuasaan para penjajah kafir, akan tetapi negeri Islam ini telah dicakar kuku tajam komunis dan tunduklah negeri ini pada penguasa Sovyet/Rusia. Negeri ini telah melepaskan diri dari Rusia kemudian Amerika menghancurkan negeri ini. Ummat Islam bukan hanya terpecah belah malah saling menghancurkan dan Sang Kafir tertawa melihatnya. Bosnia Harzegofina telah diluluh lantakkan oleh orang Kafir Serbia, Mesjid-mesjid diruntuhkan, para Mujahidin banyak yang gugur kaum renta lenyap ditelan usia sementara anak-anak diselamatkan ke negeri kafir dengan maksud  bila mereka  dewasa tidak akan mengenal lagi pedoman Islam.
                        Sementara Bosnia mulai lenyap dari pemberitaan, negara tetangganya Kosovo mulai terlibat pertempuran juga demi mempertahankan Islam yang tercinta. Di Repubblik Kaukasus Utara Mujahidin Chechen terlibat pertempuran dengan Tentara Rusia yang jumlahnya ratusan ribu malah ditambah lagi dengan pasukan elit dari satuan OMON, SOBR dan SPETZNATZ. Itu belum cukup, puluhan pesawat tempur Su-25, MIG-24 ditambah ratusan kendaraan lapis baja. Mereka para kafir ini menembak Mujahidin yang bertahan dengan pekik Allahu Akbar. Mujahidin Chechnya ini dipimpin oleh Arby Barayev hingga sekarang masih tetap bertahan dalam jihad dijalan Allah.
                        Bagaimana pula ummat Islam di Indonesia yang selalu dibanggakan dengan jumlah ummat Islamnya 90 % apakah ummat Islam di Indonesia ini memang 90%, masih mayoritaskah atau sudah tinggal menjadi “penduduk minoritas”?.

4.   Prahara itu telah hingga di Negeri kita

                Berat untuk dikatakan bahwa sebenarnya Ummat Islam Indonesia telah terpukul oleh angin kencang prahara dan terlempar ketempat yang hina ibarat yang telah diberitakan oelh Allah:
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ(1)

         Dipukulkan kepada mereka itu kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jikalau mereka berpegang dengan tali Tuhan dan tali dari manusia, dan kembali mereka mendapat murka Tuhan dan dipukulkan lagi kepada mereka kemiskinan itu disebabkan karena mereka engkar kepada ayat-ayat Tuhan dan membunuh pedoman nabi-nabi dengan cara yang tidak benar, demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas” (Q.S. Ali Imran / 3 : 112).
                Perkataan “ Dhuribat “ dalam ayat ini berasal dari kata : “dharaba” yang bermakna : memukul, menimpa, membom (Qamus Al Munawwir, hal. 873). Makara perkataan “Dhuribat” bermakna : “ Dipukulkan, ditimpakan atau di-bom-kan’’
         Ayat diatas menjelaskan bahwa :
a.   Kehinaan dipukulkan kepada insan itu sehingga ada yang terlempar, ada yang terduduk ada yang lembam dan ada yang terjerembab, tersungkur, bermacam-macamlah keadaan ummat akhir pukulan kehinaan. Hal ini disebabkan karena ummat tidak lagi berpegang dengan  “tali” dari Allah. Tali Tuhan itu yaitu ajaran-Allah yang tidak lagi mengikat hati dan pikran manusia. Tali pengikat antara insan yang dari insan juga tidak lagi kuat mengikat kekerabatan antar insan dalam masyarakatnya. Tali yang dari insan itu yaitu : ikatan kemasyarakatan, ikatan perekonomian dan ikatan perteknologian, dimana kekerabatan masyarakat ini sudah lemah karena dilanda penyakit WAHAN (cinta dunia). Perekonomian dan perteknologian sudah dikuasai orang non-muslim, kesudahannya semua ummat Islam terpukul dalam kehinaan.
b.   Sekali lagi pukulan itu datang menghantam sehingga ummat Islam terlempar dalam kemiskinan. Penyebabnya yaitu “keingkaran pada ayat-ayat Tuhan dan membunuh (ajaran) nabi dengan cara melaksanakan perbuatan yang tidak benar”. Ayat-ayat Tuhan ada yang Quraniyah dan ada yang Kauniyah. Mengingkari yang Quraniyah dampak negatipnya bukan di dunia ini tapi diakhirat nanti. Mengingkari ayat yang  Kauniyah, ini yang membuat ummat menjadi terpukul oleh kemiskinan. Ayat-ayat Tuhan yang ada dalam lingkungan kehidupan insan ( kauniyah ), diantaranya : ihwal bumi berapa banyak Tuhan menumbuhkan bermacam tanaman (Q.S.Asy-Syura/26:7,8), bermacam ciptaan Tuhan dibumi semuanya untuk insan (Q.S. An-Nahl / 16 :13), lebah madu yang berhasyiat seharusnya di ternakkan insan (Q.S. An-Nahl / 16 : 69), bahasa insan dan warna kulit yang berbeda (Q.S. Ar-rum/30:22), dibumi Tuhan menciptakan hewan-hewan yang bertebar dihutan yang semestinya dapat kita ternakkan (Q.S. Asy-Syura / 42 : 29), kejadian langit dan bumi,  pertukaran malam dan siang yaitu ayat Tuhan bagi orang memiliki kecerdasan (Q.S. Ali-Imran / 3: 190), kapal yang diciptakan Tuhan melalui keterampilan insan untuk pengangkutan (Q.S. Yasin / 36 : 41,42). Banyak lagi ayat-ayat Tuhan yang ada dilingkungan kita yang tidak sempat diungkapkan dalam goresan pena ini. Semua ayat yang dijelaskan Tuhan itu semestinya telah dijadikan oleh ummat Islam menjadi ilmu keterampilan, sehingga ummat Islam menjadi hebat pertanian, peternakan, hebat kelautan, hebat bahasa-bahasa dunia, hebat duduk perkara kealaman (Fisika, Biologi, Kimia) tetapi ummat Islam telah merasa cukup berilmu kalau sudah menguasai Bahasa Arab, Ilmu Fiqih, Ilmu-Tafsir, Ilmu Tauhid, Tasawuf, apalagi kalau hebat dalam Mantiq, Bayan, Ma’any, sementara orang-orang kafir hebat dalam teknologi, ekonomi dan sosiologi malah hebat nuklir dan membuat mesin pembunuh.
                 Pada masa lampau Saudagar Arab, Gujarat, Persi dan India datang ke Indonesia berdagang rempah-rempah sambil berda’wah, jadi Daa’i pada waktu itu yaitu Saudagar yang ekonominya cukup mapan, karena itu da’wah dijalankan dengan keikhlasan, karena cinta kepada Allah, tidak mengharap sesuatu dari dakwahnya. Sekarang da’wah jadi mata pencaharian. Sampai pada awal kebangkitan Bangsa Indonesia, da’wah masih didominasi oleh para saudagar. Partai yang paling renta yaitu SDI (Serikat Dagang Islam) kumpulan pedagang-pedagang Islam untuk menyaingi pedagang Cina, sekarang ini Cina yang yang menguasai perdagangan sementara anak-anak Islam belomba menjadi pegawai dan buruh dari “ Perusahaan Cina”  Yang paling fatal insan itu melupakan ayat Tuhan yang ada dalam dirinya yaitu “kecerdasan”, tetapi tidak diasah menjadi pintar dan terampil mendapatkan kehidupan yang layak. Sikap inilah yang menyebabkan ummat Islam terpuruk dalam krisis ekonomi (krismon) karena ummat Islam banyak yang beranggapan kalau mencar ilmu Agama itu yaitu mencar ilmu Bahasa Arab, Fiqih, Tafsir, Hadist dan yang lain-lainnya lagi. Kalau mencar ilmu Ekonomi, Tehnik, Fisika, Kimia, Matematika itu dianggap Ilmu dunia tapi kalau berdo’a ia lebih dahulu minta kesenangan dunia, mana mungkin Tuhan kabulkan kalau keterampilan dunia tidak dimiliki. Sementara orang-orang kafir asik dengan penelitiannya, mengkaji atom dan nuklir, ummat Islam asik dengan, do’a, dan dzikir, qiraat Qur’an, shalat, puasa zakat dan pergi haji yang semestinya harus seiring dengan kerja keras sebagaimana yang dianjurkan Tuhan :
وَابْتَغِ فِيمَا ءَاتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا      ........... (7)
Dan carilah  pada apa yang telah dianugerahkan Tuhan kepadamu untuk alam abadi dan jangan kau lupakan nasibmu di dunia…….” (Q.S. Al-Qashas/28 :77).   

                        Hal yang telah diuraikan itu merupakan kesalahan pertama bagi ummat Islam lalu menyusul kesalahan kedua.
                        Kesalahan kedua yaitu “yaqtuluna’l anbiya-a, bighairi haq”= membunuh nabi-nabi dengan cara tidak hak (tidak benar). Perkataan “yaqtuluna” berasal dari kata”qatala” yang dapat diartikan membunuh atau memerangi. Makna yang tepat dipakai dalam ayat di atas yaitu makna memerangi pedoman nabi dengan cara tidak benar. Seperti perintah nabi “agar kita menumpas kemungkaran” malah umat Islam sendiri yang banyak ikut-ikutan mungkar : korupsi, kolusi, menipu, mencuri, menjarah, merampok, berzinah, pada hal Rasulullah sudah bersabda : “La dharara wa la dhirara” (janganlah engkau saling memudaratkan, hadist riwayat Ibnu Majah dan Daruqutni). Dengan ikutnya Muslim kadalam kemungkaran berarti dia telah memerangi pedoman Nabi. Yang lain lebih mengutamakan pedoman leluhur, adat tradisi sementara sunnah Nabi tidak peduli.

4.1.   Faktor penyebab
Penyebab ummat jadi terpukul dan dilanda Prahara dikerenakan engkar kepada ayat-ayat Allah.
a.  Engkar karena tidak mau menjalankan amar Tuhan padahal mampu
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ(0)
“Kamu yaitu umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka yaitu orang-orang yang fasik. (Q.S. 3 :110).
            Ayat ini telah diengkari oleh orang Islam yang mampu, karena mereka hanya melihat kemungkaran dan tidak berupaya  mencegahnya akhirnya muncullah Krismor dan Kristal (krisis moral dan krisis mental) lalu Krisman (kerisis Iman) dan Krismon  ( krisis moneter). Kemaksiatan merajalela, pornografi dibela, Syekh Puji  kawin dengan Ulfa berumur 12 tahun padahal dengan izin orangtuanya  lalu dipenjarakan berapa banyak anak anak dibawah umur yang jadi pengamen, dipekerjakan tapi tidak dilindungi oleh Komisi Perlindungan anak, kok Ulfa yang dilindungi dari Syekh Puji apa dia itu pemerkosa, padahal Ulfa senang diperistri Syekh Puji. ? Ulama membisu hanya memandang ketidak adilan ini malah ikut-ikutan menyalahkan Syekh Puji, bukankah itu secara sirr telah menghina Nabi Muhammad yang mengawini Aisyah ketika berumur 9 tahun ?  
Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata: “ Rasulullah s.a.w   
menikahiku pada ketika saya berusia enam tahun dan dia menggauliku ketika berusia sembilan tahun. Aisyah ra. melanjutkan: Ketika kami tiba di Madinah, saya terserang penyakit demam selama sebulan setelah itu rambutku tumbuh lebat sepanjang pundak. Kemudian Ummu Ruman datang menemuiku waktu saya sedang bermain ayunan bersama beberapa orang sobat perempuanku. Ia berteriak memanggilku, lalu saya mendatanginya sedangkan saya tidak mengetahui apa yang diinginkannya dariku. Kemudian ia segera menarik tanganku dan dituntun hingga di muka pintu. Aku berkata: Huh.. huh.. hingga nafasku lega. Kemudian Ummu Ruman dan saya memasuki sebuah rumah yang di sana telah banyak wanita Ansar. Mereka mengucapkan selamat dan berkah dan atas nasib yang baik. Ummu Ruman menyerahkanku kepada mereka sehingga mereka lalu memandikanku dan meriasku, dan tidak ada yang membuatku terkejut kecuali ketika Rasulullah saw. datang dan mereka meyerahkanku kepada beliau. (Shahih Muslim No.2547)

     b. Tidak mau memanfaatkan / memelihara anugerah Alllah

ألَمْ يَرَوْا إِلَى الْأَرْضِ كَمْ أَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ كَرِيمٍ(7)
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapa banyak Kami tumbuhkan di bumi itu banyak sekali macam tumbuh-tumbuhan yang baik” (Q.S. 26/ Asy Syu’ara :7).

Kekayaan alam Indonesia dengan hutannya yang kaya telah disia-siakan malah dimusnahkan untuk mencari kekayaan pribadi lalu hutan terbakar. 1.000.000 HA dengan kerugian (waktu itu, masa Orde Baru ) : 11 trilliun rupiah dan perlu antara 30 s/d 500 tahun untuk reboisasi hutan tersebut. Setelah diselidiki bahwa hutan itu tidak ada kayunya lagi, berarti hutan bukan terbakar tapi sengaja dibakar karena mau membuka areal perkebunan. Yang dibakar dahan dahannya sementara batangnya diexport keluar negeri. Hutan menjadi gundul kesudahannya banjir melanda. Kota Jakarta Metropolitan dan kota-kota lain dilanda banjir besar termasuk rumah penulis kebanjiran 1,5 M (didalam rumah) di tahun 2001.

               c.Tidak peduli dengan anugerah Tuhan dalam perut bumi dan membiarkan  saja anugerah itu diambil orang kafir

وَمَا ذَرَأَ لَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَذَّكَّرُونَ

“Dan apa yang diciptakan Tuhan untuk kau dibumi yang bermacam-macam, sesungguhnya yang demikian yaitu merupakan ayat bagi kaum yang ingat (akan kebesaran Allah)”(Q.S.16/ An Nahl :13).

            Ada bermacam-macam tambang dalam perut bumi, tapi umat tidak perduli karena memang tidak sanggup mengolahnya akhirnya kekayaan alam Indonesia itu memperkaya orang asing yang sanggup mengolahnya. PT Freeport Indonesia di Irian jaya, Perusahaan Amerika yang telah aktif semenjak tahun 1973, menambang emas,  perak dan tembaga . Setiap harinya dikeluarkan 125000 ton bijih tambang dengan meruntuhkan gunung . Dari 125000 ton itu diperoleh konsentrat 6000 ton  dan dari sini diperoleh 1800 kg emas, 3600 kg perak dan 1.800.000 kg tembaga selama 38 tahun ini sudah berapa ton kekayaan alam kita di gotong keluar negeri ?. Kalau pemerintah mau mendengarkan sabda Nabi Muhammad bahwa harta galian itu zakatnya 1/5 = 20% berapa besar kekayaan fakir miskin dari hasil tambang di Indonesia ?. Kalau mau mengikut pedoman Muhammad tak akan ada kemiskinan di Indonesia. Kenapa orang yang mengaku bernabikan Muhamamad dan mengaguminya tapi tak mau mengikuti ajarannya ? Heran bin ajaib! Ajaran yang bukan Nabi orang bisa mati-matian memperthankannya ibarat pedoman Karl Marx ( Marxis )

4.2.            Wabah-Wahan

                Faktor penyebab kedua karena ummat Islam telah kejangkitan penyakit Wahan sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulu’llah:
يوشك ان تداعى عليكم الامم كما تدعى الأكلة إلى قصعتها فقال قائل : أمن قلة نحن يومئذ ؟ قال : لا بل انتم يومئذ كثير , ولكنكم غشاء كغشاء السيل وسينزع الله من صدور عدوكم المهابة منكم, ولقذفن فى قلوبكم الوهن, قال قائل : يا رسول الله وما الوهن ؟  قال حب الدنيا وكرهية الموت.
Kamu sudah semakin bersahabat pada masa  dimana kau akan dikerubungi orang ibarat mengerubungi makanan pada hidangan, maka bertanya salah seorang : “apakah kami ketika itu sedikit  ?” Jawab Nabi : “Tidak !, bahkan kau ketika itu banyak akan tetapi tidak berbobot (ringan) ibarat buih, buih yang hanyut ; maka dicabut Tuhan rasa takut dari dalam dada musuh-musuh kau lalu masuk kedalamnya penyakit Wahan “, Bertanya sahabat : “Apakah Wahan itu ya Rasulullah ?” Jawab Nabi: “Cinta dunia dan takut mati (H.S.R. Abu Dawud dan Baihaqy)
         Rasanya ummat Islam di Indonesia sudah ibarat hidangan lezat bagi orang asing, bukan mau memakan tubuhnya atau dagingnya tetapi mau memakan kekayaan alamnya.
              Ummat Islam tingkat menengah ke atas itulah yang paling mudah terkena wabah penyakit Wahan karena golongan inilah yang bisa mendapatkan harta benda kemewahan yang diantaranya  barang-barang aksesori dalam kehidupan ini ibarat alat alat elektronik, perhiasan emas, suasa, perak dan sebagainya. Sehubungan dengan ini Al-Qur’an menunjukkan pernyataan :
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ(1)
“Dihiasi kehidupan insan itu dengan kesenangan dengan syahwat (dorongan keinginan) sebagiannya ialah : perempuan, anak-anak, harta benda yang banyak, (perhiasan) emas dan perak, kendaraan yang mahal, binatang ternak, serta ladang pertanian, itulah kesenangan hidup di dunia dan disisi Tuhan tempat pulang yang baik” (Q.S. Ali Imran/ 3 : 14).  
              Manusia itu memiliki rasa cinta yang  seharusnya menurut tuntutan Islam dituangkan sebanyak-banyaknya untuk Agama, itulah yang akan menyalamatkan insan diakhirat kelak. Ketika kedudukan isteri, anak, harta benda, perabotan, perhiasan, perumahan, peternakan, pertanian, telah menjadi tempat penuangan rasa cinta maka kecintaan terhadap agamapun semakin pudar dan lenyap maka sebagai gantinya wabah Wahan masuk kedalam hati. Yang paling besar pengaruhnya terhadap diri insan yaitu benda-benda elektronik yang mengasikkan. Dengan benda itu syaitan-syaitan dapat dengan leluasa masuk kedalam rumah melalui VCD. Dikalangan Ummat Islam kelas bawah yang kurang iman, pengaruh keduniaan itu membuat mereka gila dan hilang kendali, terjatuhlah mereka kedalam kemaksiatan dengan bermacam perbuatan tercela diantaranya : berjudi dengan harapan kaya kalau menang, merampok, mencuri, menipu, dan bermacam kemaksiatan lainnya. Kalau ummat Islam kalangan bawah telah menjadi” Zholim dan fasad“ akhir penyakit Wahan sementara kalangan atas menjadi serakah sehingga korupsi dan kolusi, yang berkuasa menyalah gunakan kekuasaannya, yang konglomerat menginjak ummat yang melarat, tokoh Islam malah takut kepada syariat Islam, apalagi yang dapat dilakukan untuk menyelematkan ummat dan bangsa ini dari kehancuran ? Penyakit yang merasuk ke dalam qalbu insan ini akan bertambah parah kalau tidak segera          diobati (Q.S. Al-Baqarah / 2 : 10). Penyakit tersebut bukan berupa Cancer atau TBC melainkan perubahan sikap dan tingkah laku diantaranya :
a.       Keserakahan yang pelakunya tidak pernah merasa puas sehingga merasa sifatnya telah bermetamorfosis “Sifat Anjing”, sebagaimana yang telah di Firmankan Allah:
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ(1)
                         “Jika Kami menghendaki, Kami akan tinggikan kedudukannya dengan pedoman ayat-ayat itu akan tetapi dia lebih cendrung kepada dunawi lalu menurutkan hawa-nafsunya, maka perumpamaan orang ini ibarat anjing yang kalau engkau bawa kepada anjing itu sesuatu, terjulurlah lidahnya dan kalau ditinggalkan, lidahnya terjulur juga “ (Q.S. 7/Al-A’raf : 176). 

b.       Hanya memikirkan kesenangan sendiri, makan enak tidak perdului halal dan haramnya, tidak tahu malu, kedudukan mau diatas tidak mau dibawah menyerodok kesana kemari yang penting untung dan senang. Tuhan mengumpamakan insan ini ibarat monyet dan babi.
قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِنْ ذَلِكَ مَثُوبَةً عِنْدَ اللَّهِ مَنْ لَعَنَهُ اللَّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوتَ أُولَئِكَ شَرٌّ مَكَانًا وَأَضَلُّ عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ(60)
                         “Katakanlah ! “ apakah saya akan beritakan kepadamu ihwal orang-orang yang lebih buruk pembalasan yang diterimanya dari (orang-orang fasik) disisi Allah, dan dijadikan mereka kera dan babi serta menjadi hamba thaghut” mereka itu lebih buruk tempatnya dan sangat sesat dari jalan Allah.” (Q.S.5/ Al-Maidah :60).

c.       Patuh fanatik kepada atasan padahal dirinya hanyalah sapi perahan ; mata hatinya telah tertutup dan matanya tidak dapat membedakan antara baik dan yang buru, punya kuping tidak dapat lagi mendengarkan pedoman Allah. Orang yang ibarat ini mudah dikomandokan, diajak demontrasi mau dan bersemangat mengebu-ngebu, diajak menjarah ya mau, diajak memperabukan perkantoran ya mau, diajak jadi GPK juga mau, pokoknya apa kata komandanlah. Mereka ini hanyalah merupakan “binatang ternak” yang di beri makan supaya gemuk setelah gemuk lalu dijual atau disembelih.
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ(1)

                         “Dan sesungguhnya kami jadikan isi Neraka Jahannam kebanyakan dari golongan Jin dan insan yang mereka punya hati tapi tidak dapat memahami, punya mata tapi tidak bisa melihat dan punya kuping tidak dapat mendengara, mereka hanya ibarat binatang ternak, bahkan lebih parah dari itu lagi, mereka yaitu orang-orang yang lalai”(Q.S.7/ Al-A’raf : 179)

d.       Sebahagian yang lain hanyalah orang-orang yang hidupnya untuk makan, membiak kemudian mati tanpa ada harapan dan tujuan hidup. Mereka hanyalah seumpama nyamuk-nyamuk ibarat yang dituturkan pada Bab Perjalanan Hidup Manusia.
      Setelah Wabah WAHAN melanda ummat jadi berubah tingkah laku, insan menjadi binatang maka ketika itu hilanglah peri kemanusiaan dan orangpun “berperi binatang”.
      Wabah penyakit WAHAN ini menimbulkan dampak negatif yang lain yang al-Qur’an menyatakan sebagai berikut”

      e.   Manusia menjadi lupa diri
            Tatkala insan itu lupa diri dengan apa yang telah diperingati Tuhan melalui Al-Qur’an karena pesona dunia yang menarik hati / mengasikkan , maka pintu-pintu kemewahan hiduppun terbuka. Maka tenggelamlah mereka dengan keasyikan duniawinya itu. Kemana lenyap dan larutnya alam pikiran mereka. Mereka hanya memikirkan kebendaan yang semakin jauh akhirnya sipemburu menjadi letih dalam hidupnya. Yang dilahirkan sebagai penganut Islam yang mereka anggap Agama itu merupakan adat tradisi saja. Semakin lama adat dan tradisi semakin membaur yang tinggal hanya tradisinya sementara nilai agama telah sirna dimakan zaman. Dari kalangan muslim tingkat menengah “penyakit lupa diri” ini disebabkan karena waktunya habis diperjalanan dalam berbisnis, berkarya, berpolitik dan segala macam kegiatan. Mereka lupa hari, lupa tahun, lupa kepada umurnya, lalu tiba-tiba maut datang menjemputnya. Dikalangan atas “penyakit lupa diri” ibarat dengan lupa daratan. Dia lupa ketika ia pernah menjadi rakyat golongan menengah, sekarang kekuasaan telah ditangannya  maka ia pun lupa bahwa sebenarnya ia duduk diatas karena mewakili rakyat maka semestinya dia harus mengayomi rakyat. Rakyat sedang berkelahi bunuh-bunuhan rakyat menjerit ditimpa kemiskinan. Masalah ini terlupakan karena dianggap duduk perkara kecil masih banyak duduk perkara besar yang harus diselesaikan yaitu duduk perkara merebut dunia. Masalah orang dibawah biarlah selesai sendiri kalau mereka sudah letih dengan pertengkarannya, letih dengan kemiskinannya, ujung-ujungnya ia akan mati sendiri. Allah mengingatkan :

فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ(4)
:
“Tatkala mereka lupa dengan apa yang diperingatkan kepada mereka dengan Al-Qur’an , maka Kami akan bukakan kepada mereka pintu-pintu banyak sekali kenikmatan , sehingga hingga kepada puncak kesenangan dengan apa yang telah mereka raih, kami ambil lagi kenikmatan itu secara tiba-tiba maka ketika itupun mereka menjadi berputus asa”.(Q.S.6/ Al-An’am:44).

      f.    Manusia menjadi pembohong
            Bila insan sudah lupa diri secara otomatis dia akan melupakan Tuhannya. Iman yang pernah ada di dalam jiwa menjadi padam, hatinyapun menjadi gelap dan tenggelamlah ia didalam kegelapan (Zholim), maka  hilanglah kejujuran. Masyarakat akan mengalami penipuan dalam kekerabatan ekonomi, penipuan-penipuan dalam usaha jasa, ketidak adilan pada pengadilan, hukum tidak dapat ditegakkan dengan jujur maka berkah Tuhan yang berlimpah ruah di tanah air kita yang subur yang tidak dapat dinikmati oleh anak bangsa. Orang yang menumpang mencari rizki dinegeri kita yang meraih kenikmatan hidup dan sebahagian besar rakyat mengalami kelaknatan hidup. Tuhan mengingatkan :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ(9)
“Kalau sekiranya penduduk negeri itu beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi karena mereka mendustakan (kebenaran) maka kami ambil lagi dari mereka (apa yang sudah mereka dapatkan) disebabkan perbuatan mereka itu”. (Q.S 7/ Al-A’raf: 96 ).
                 
            Bahaya yang ditimbulkan akhir kecintaan kepada dunia itu bukan karena pemilikan harta dunia itu tetapi karena hasrat yang meluap-luap hingga orang menjadi lupa diri dan menjadi pembohong. Maka Tuhan memperingatkan :
فَأَمَّا مَنْ طَغَى(3)وَءَاثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا(3)فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى
“Adapun orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya”  (Q.S.79/  An-Nazi’at:37-39).

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ(15)أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ(1)
           
           “Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya niscaya kami berikan kepada mereka tanggapan pekerjaan mereka di dunia dengan tepat dan mereka didunia  tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh diakhirat kecuali neraka dan lenyaplah di alam abadi itu apa yang telah mereka usahakan didunia dan sia-sialah apa yang mereka kerjakan” (Q.S.11/ Huud:15-16).
وَمَا أُوتِيتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَزِينَتُهَا وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَى أَفَلَا تَعْقِلُونَ(0)

“Dan apa saja yang diberikan kepada kau maka  itulah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya sedang apa yang disisi Tuhan yaitu lebih baik dan kekal maka apakah kau tidak memahaminya ?” (Q.S.28/. Al-Qashas: 60).

فَأَعْرِضْ عَنْ مَنْ تَوَلَّى عَنْ ذِكْرِنَا وَلَمْ يُرِدْ إِلَّا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا(2)
“Berpalinglah engkau dari orang yang perpaling dari peringatan kami dan (orang yang) tidak mengingini melainkan kehidupan duniawi”. (Q.S.53/ An-Najm: 29-30).
                        Jadi musibah yang menimbulkan mala petaka pada menusia ditambah lagi kemungkaran ada dimana-mana, insan sudah tidak bermoral suka menipu menjarah, merampok, mencuri. Dikalangan atas ada yang jadi penghisap darah rakyat korupsi sehingga keadaan ummat lebih parah dari ummat dari  dizaman Fir’aun. Semua itu disebabkan karena insan sudah mengingkari sunnatullah dan mengidap penyakit Wahan.
                        Jadi semuanya itu bukan skenario Allah, insan itu yang menghendaki demikian tapi dia tidak menyadarinya malah menuduh Tuhan yang menzholimi insan dengan mendatangkan bencana.          ( bersambung Menguak Takdir 5 )







MENGUAK TAKDIR - 5
KEMAMPUAN MANUSIA MENGUAK TAKDIRNYA
                     
            Dari ayat - ayat takdir yang sudah dikumpulkan, rasanya kita akan tertegun diantara dua alternatif, tunduk kepada hukum takdir atau dengan qadha dan qadar yang ada didalam diri kita berusaha menguak takdir.
            Karena itu diharapkan penalaran yang sungguh-sungguh biar kita tidak tersandar pada salah satu dinding dalam keraguan, sehingga menggoyahkan akidah dengan meneliti ayat-ayat tersebut dan memahaminya bahwa kekuatan qadha dan qadar itu bertingkat-tingkat.
            Hukum qadha / qadar itu ada yang mengisi alam benda, qadha / qadar yang mengisi alam  nabati, hewani,  insani dan qadha / qadar yang mengisi alam yang diatas manusia.Tumbuhan dapat menguasai alam benda, dan hewan dapat menguasai alam benda dan tumbuhan.  Manusia dapat menguasai qadha / qadar yang ada dalam tiga alam yang dibawahnya dan dirinya serta dapat mengatasi sebagian kecil qadha / qadar yang diatasnya dengan kadar dan kodrat yang menjadi miliknya kalau ia menguasai rahasianya. Kekuatan yang diatas insan tentu dapat ditaklukkan dengan kekuatan yang lebih tinggi bila Tuhan memberi energi lebih berupa mukjizat, karena itulah maka insan memohon kekuatan itu.  Rasulullah bersabda :                                                                              
قال  رسول الله صلعم : لا يرد القضاء الا الدعاء ولا يزيد العمر الا البر وان الرجل ليحرم الرزق بالذنب يصيبه (رواه الترمذي وبن حبان )

“Tidak ada yang bisa menolak ketentuannya ( Qadha ) keculi dengan doa dan tidak ada yang akan menambah umur melainkan perbuatan baik , dan sesungguhnya seseorang insan diharamkan baginya rizki dengan dosa yang menimpanya”. ( H.R Tarmizi dan Ibnu Hibban ).

             Untuk menguasai alam benda, alam tumbuhan dan alam hewan, insan diharuskan menggali dan mencari ilmu yang berafiliasi dengan hal tersebut. Terbukti dengan ilmu fisika, kimia, biologi geografi dan ilmu-ilmu lain yang berfungsi sebagai pendukung, maka insan telah menemukan cara merubah nasib, dengan memanfaatkan sumber daya alam berupa anugerah Tuhan yang berlimpah ruah.
             Memang alam telah dibentuk dengan kekuatan hukum (sunnatullah) karena itu alam terus berkembang secara otomatis berekspansi dengan kekuatan sunnatullah yang  menggerakkannya. Para pakar astronomi mengatakan bahwa alam terus berkembang, langit tidak ada batasnya dan galaksi terus lahir, sementara yang lama sudah ada yang punah, begitu silih berganti dan tak pernah berhenti. Analisis pakar astronomi ini tidak bertentangan dengan konsep pedoman Al-qur’an..
              Demikian juga tumbuh-tumbuhan juga digerakkan oleh kekuatan qadha, qadar dan qodrat, akan tetapi yang dimiliki tumbuhan hanya dapat menguasai dan menghipnotis alam benda (Tanah ) dan merobah nasib sang tanah. Tanah yang memiliki kesuburan yang cukup lalu dihisap tanam-tanaman akhirnya tanah kehilangan zat-zat dirinya, lalu menjadi gersang, si tanah tidak mempu mengubah nasib malangnya itu.. Binatang memiliki qodrat/ qodar yang lebih tinggi dari tumbuhan maka binatang bisa menguasai dunia tumbuhan dan menghipnotis nasib tumbuhan menjadi Madang padahal  tanah tempatnya tumbuh sangat subur tapi nasib tumbuhan itu  menjadi malang karena daunnya dimakan binatang. Tapi insan dijadikan sebagai makhluk yang lebih baik dari binatang maka insan dapat menguasai alam benda, tumbuhan dan hewan dapat menghipnotis nasib dan takdir semua makhluk yang dibawahnya. Batu yang terbenam dalam tanah, diolah oleh insan menjadi kerikil berharga, maka terangkatlah nasib dan takdir sang kerikil karena manusia. Anggrek yang tumbuh dihutan dengan bunganya yang cantik kini dibiakkan didalam taman, namun yang bernasib malang lebih banyak ibarat pohon jati, pohon meranti yang menyangga bumi kini telah ditebang dijadikan papan dan beroti. Walaupun qadar dan qodrat yang mengisi tumbuhan itu sama (seperti padi) namun nasibnya tidak sama. Perhatikanlah padi yang terkena hama wreng tidak akan menghasilkan buah yang sama dengan padi yang selamat dari hama wreng dan mendapat pupuk.
              Begitu juga ihwal nasib dan takdir binatang. Dulu kuda yaitu binatang liar, kini kuda yaitu binatang ternak yang jinak. Malah singa, harimau, gajah dapat diajak bermain dengan manusia, (  permainan sirkus ) mereka yaitu binatang yang bernasib baik, sementara yang lain berapa banyak binatang yang mati disembelih insan untuk kesenangan hidup, berapa banyak binatang yang diburu hanya untuk diambil gadingnya, diambil culanya atau kulitnya untuk kesenangan. Takdir binatang ini telah dikuakkan oleh manusia, lalu alam dan masa memberi kesempatan kepada generasi insan untuk bertumbuh dan berkembang sehingga insan dapat menguakkan takdirnya sendiri.
              Agar insan bisa menguakkan takdir dan mengubah nasibnya biar menjadi baik haruslah ia bisa memperbesar qodrat/ iradat dalam dirinya dengan cara :

Pertama
         Mereaksikan :
a.       Kekuatan akidah dan yakin, yaitu percaya diri yang terikat dengan kepercayaan   kepada Allah.
b.             Kekuatan ilmu / pengetahuan / keterampilan.
c.              Memperbesar acara dan kreativitas diri. Ketiga faktor tersebut diatas direaksikan sehingga menjadi  “daya upaya

Kedua

         Memperbesar “energi  diri” dengan cara  banyak beribadah dan “latihan  spiritual “.

    Allah   berfirman :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ لَا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ(1)

“Hai orang-orang beriman, dirimu yaitu untuk kau tidak akan                     mendatangkan mudarat orang yang sesat apabila kau mendapat petunjuk.” (Q.S. 5 /Al- Maidah  : 105)

              Dalam ayat    diatas terdapat kata :  “alaikum amfusakum “ yang     artinya “ untuk kamulah dirimu” maksudnya diri kita untuk kita pakai sendiri bukan untuk orang lain, untuk dimanfaatkan orang lain, diperbudak orang lain. Diri pribadi insan merupakan padatan energi, karena itu   diri  merupakan sumber daya. Makara manfaatkanlah sumber daya diri itu biar sumber daya alam berupa anugerah Ilahi itu dapat diraih sebesarnya-besarnya.
              Dengan latihan kejiwaan dan ibadah yang khusuk insan dapat  memperbesar Daya dirinya dengan sentuhan energi- Ilahy, ibarat layaknya arus listrik yang tertentu 450  watt dengan tidak melalui meterannya kita dapat memakai energi lebih dari 450 watt, malah tak terhingga. Daya upaya itu merupakan usaha memadatkan energi fisik dan pikiran serta jiwa untuk membangkitkan energi yang lebih besar sehingga dapat digunakan untuk menguak taqdir dan mengubah nasib.

Ketiga

Berusaha mengubah Nasib/Taqdir

Selama nyawa masih dikandung tubuh kita masih berpeluang untuk  mengubah takdir & Nasib  buruk menjadi baik sesuai dengan tuntutan Islam. Ada sepuluh macam cara yang mungkin bisa ditempuh.
     
.        a.  Merubah sikap dan Keperibadian :
.  b.  Memberdayakan Zakat untuk membangun Perekonomian
      c.  Menggiatkan  Sedekah, Infaq dan Hadiah
      d.  Memberdayakan Asuransi.
      e.  Membangun  Kooperasi
      f.  Gigih dan kerja keras
      g.  Melaksanakan Amar Ma’ruf / Nahi Mungkar
      h.  Melakukan Hijrah
      i.  Berjihad dan berda’wah
      j.  Menumbuhkan sifat menolong /menggiatkan Ta’awwun

a.            Merubah  sikap dan Keperibadian
Nafs ( Diri ) yang dimaksud dalam Islam bukan tubuh Fisik tapi  Diri- pribadi yang didalamnya ada tersimpan daya : Akal-pikir, Hawa Nafsu, Hati, Emosi dan Akal Mubtadi  ( Akal Cipta, Akal Intuisi ) .Dalam diri insan besar muatan dayanya tidak sama ada orang daya akalnya lemah tapi daya Hati dan Hawa nafsunya kuat ada yang lemah daya hatinya tapi budi dan Hawa nafsunya kuat, ada yang lemah hawa nafsunya  tapi hati dan akalnya kuat sehingga keluar delapan macam type manusia

Hawa Nafsu
Hati
Akal
Warna Keperibadian
+
+
+
Nafs Muth-mainnah, orang yang jiwanya stabil memiliki keperibadian yang kuat. Kemauan dan semangatnya tinggi, perasaannya sangat halus terbungkus dengan pikiran yang terang, sehingga memantulkan keperibadian yang cerdas, berbudi pekerti yang mulia, terampil berkarya,  bersemangat tinggi, optimis dalam menghadapi tantangan.hidup.
+
+
-
Nafs Rahmah orangnya punya kemauan yang keras dengan perasaan yang halus, akan tetapi daya pikirnya kurang kuat jadi ia terpengaruh pada inti jiwanya .Ini akan memantulkan sifat pribadi:  mudah tersinggung tapi mudah memaafkan, semangatnya meluap-luap, kreatif dan berjiwa sosial yang suka mengulurkan tangan.tapi kurang pertimbangan..
+
-
+
Nafs Lawwamah Tipe insan pemburu kesenangan. Kepintaran yang menyatu dengan kemauannya yang kuat dengan rasa perasaan yang lemah akan memantulkan sifat berani berspekulasi mudah mencari rezki tapi tak pernah merasa puas, selalu tidak mendengarkan bunyi hatinya, kurang social, tapi pandai bergaul.
+
-
-
Nafs Zholamah Manusia gelap hati dan pikiran,  hanya hawa nafsunya yang bernyala-nyala perasaan dan pikirannya seperti beku membatu.  Ini akan memantulkan sikap   mementingkan diri sendiri, ingin berkuasa, tidak punya rasa sosial, tujuan hidupnya hanyalah untuk kepuasan  hawa nafsu, dalam pikirannya hanya  memburu kekayaan tidak ada baginya rasa menenggang  dan pertimbangan.. 
-
-
-
Nafs Sufahah, ketiga potensi jiwanya lemah.  Adalah gambaran insan yang kehilangan pribadinya, apatis masa kurang pandai dan memang ia  dungu, tak bercita-cita. Sikap hidupnya apa adanya saja, tak banyak mengharap dan tak banyak kebutuhannya yang penting cukup makan. Kalaupun ia dilahirkan dalam keluarga kaya namun sikpnya tetap begitu saja, mendapatkan subsidi dan warisan dari orangtua.
-
-
+
Nafs Amarah , tipe insan yang banyak teori, banyak bicara, suka mengatur, sebenarnya membisu diam ia merasa tak bisa berbuat apa apa tapi akalnya cerdas membuat peribadinya pandai mengakal akali, ingin tampil sebagai orang hebat kerena itu banyak bohongnya, omong besar. Pikiran yang kuat membungkus kemauan dan hati yang lemah akan menampilkan keperibadian pemikir yang hanya banyak berteori tak bisa melaksanakan gagasannya, orang ini tak punya rasa malu. 
-
+
-
Nafs Sawilah Hanya perasaan yang halus  menguasai dirinya sedang budi dan kemauannya pasif,  ini akan membentuk keperibadian  berhati rapuh, hanyut dalam perasaan, pemalu dan  penakut, suka berangan-angan, mengkhayal. Meereka suka  pada masalah-masalah kesenian dan spiritual.
-
+
+
Nafs Mulhamah, kecerdasan yang berpadu dengan perasaan halus, sedang semangat kurang kuat membuat penampilan orang ini sopan santun, daya khayal tinggi melambung, tampil menjadi peribadi yang dadanya penuh dengan inspirasi ide, banyak gagasan dan pendapat serta rencana rancana tapi kurang berani menyatakan pendapatnya, memerlukan pendamping yang bisa mengarahkan idenya.
           
Delapan macam bentuk Keperibadian ini dapat dirubah melalui Pendidikan ,diklat , penataran, pelatihan
            Sehubungan dengan hal tersebut Tuhan berfirman dalam surat Ar-Ra’du ayat 11 yang telah dikutip diatas:
.......إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ(1)

....Sesungguhnya Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka itu merubah sendiri apa (penyebab) yang ada dalam diri mereka sendiri ................(Q.S. 13/Ar-Ra’du: 11).
                Dan Rarulullah sendiri bersabda :
" لا يرد القضاء الا الدعاء ولا يزيد العمر الا البر............" (رواه الترمذي وبن حبان )
“Tidak ada yang bisa menolak ketentuannya ( Qadha ) keculi dengan doa dan tidak ada yang akan menambah umur melainkan perbuatan baik ……………………………. ( H.R Tarmizi dan Ibnu Hibban ).
             Dari kedua dalil diatas dapat difahami bahwa Nasib dan Taqdir insan dapat dirubah melalui cara merubah apa apa yang kurang didalam dirinya ( daya-akal-pikirnya daya-hatinya atau daya-hawa nafsunya ) Kalau kita uraikan secara panjang lebar ihwal keperibadian insan bahwa Diri Peribadi insan terdiri dari inti jiwa dan  kulit jiwa. Inti Jiwa manusia berisi Hawa Nafsu dan Hati dengan dua episode lain yaitu Emosi    ( dari campuran Hawa nafsu dan Hati ), Akal Cipta/Akal Muibtadi          ( dari campuran hawa nafsu dan Akal ), lalu inti ini dibungkus dengan kulitnya yaitu Akal Pikir. Dalam pembentukan keperibadain yang  dominan pengaruhnya yaitu Hawa Nafsu, Hati dan Akal pikir.
a. Merubah apa yang didalam diri maksudnya mencari kelemahan diri kemudian berusaha mengubahnya melalui kursus, diklat, pengajian-pembinaan mental, pelatihan.
b.  Hadits diatas menjelaskan bahwa Qadha bisa dirubah dengan do’a maksudnya bukan dengan banyak membaca do’a dan wirid ,  (membaca Al-Quran dimalam jum’at dengan do’a-do’a panjang, membaca do’a biar terbuka pintu rezki, membaca do’a supaya selalu sehat, membaca do’a supaya dijauhkan dari bala dan malapetaka dan bacaan do’a - do’a yang lainnya.. Itu namanya membaca do’a apalagi do’a dibaca dengan hafalan sementara maknanya tidak dimengerti samalah hakikatnya dengan burung beo yang bisa ngomong tapi tak mngerti apa yang diomongkannya. Yang dianjurkan itu bukan membaca do’a tapi  ber-do’a
            Do’a artinya seruan jadi menyeru bukan hanya mengeluarkan bunyi memanggil Tuhan biar mau mendengarkan do’a kita lalu Ia kabulkan tanpa ada usaha dan ikhtiar, tapi seruan ( panggilan ) disini makna-kontek ibarat kita mau “memanggil dokumen yang ada dalam Hardisk Computer”; Klik sekali Keluarlah  judul dokumen, Klik kedua kali keluar jenis jenis dokumen yang ada dalam  judul itu. Klik ketiga kali keluarlah apa yang kita minta lalu di-copi, jadi , dalam waktu 2 atau 3 detik sudah dapat. Kalau berdo’a untuk merubah Nasib tidak bisa dua, tiga detik tapi kemungkuinan dua atau tiga bulan atau dua tiga tahun. Umpamanya anda mau merubah nasib karena menganggur. Klik pertama Cari dulu  apa sebabnya. Dapat jawabnya “ Sebabnya karena “Tidak terampil”. Klik kedua   “ Keterampilan apa yang anda akan pilih untuk merubah Nasib”?. Dapat Sub-masalahnya  : “ Mau berlatih terampil dalam bidang  Teknik Computer” Klik ketiga kali “ Masuklah Kursus Computer “. Lama belajarnya mungkin 6 bulan kalau kuliah mungkin 3 tahun. Setelah selesai mencar ilmu anda sudah terampil, mugkin anda memahirkan dulu cari modal dulu lalu buka usaha apa saja yang memerlukan keterampilan dibidang Komputer. Anda tidak menganggur lagi, nasib anda akan berubah dengan do’a anda yang panjang ( panjang / lama waktunya bukan panjang bacaannya )

b.     Memberdayakan Ekonomi dengan Zakat.

          Zakat itu yaitu Ibadah Wajib maksudnya setiap Muslim yang memenuhi sarat wajib zakat maka wajib menunaikannya, jikalau tidak ia akan berdosa. Menurut makna  Bahasa Zakat itu kasratu’l khoir ( mengandung kebaikan yang banyak ), pertumbuhan perkembangan, albarokah ( penuh berkah ), at-thoharoh ( mensucikan harta ). Menurut Istilah Al-Quran dan Hadits : Shodaqoh Wajib = Zakat. Pengertian Zakat adalah  ” mengelurkan sebagian dari harta ( 2,5 % dari kekayaan ) untuk mendanai orang orang yang berhak mendapatkan ( sebagai Mustahik ):
إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَاِبْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ(0)
”Sesungguhnya shodaqoh-wajib ( zakat ) itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Tuhan dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Tuhan Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” ( QS.9/ At-Taubah : 60  )

            Jenis jenis harta yang menjadi sasaran Zakat yaitu Hewan ternak ( al-an’am ), emas dan perak ( zahb wa’l Fidh-dhoh ), Perkebunan yang dapat menjadi sumber kekayaan  (Al-Harst ), Hasil perdagangan, Hasil yang didapat dari jasa profesi            ( Praktek Dokter, Mantri Kesehatan, Guru, Karyawan, Perusahan Teknik ( bengkel, reperasi barang elektronik, hasil kerajinan ). Semua bentuk usaha insan yang tersebut haruslah ia mengeluarkan zakat bila sudah cukup Nisab kalau belum dianjurkan berinfaq saja. Zakat merupakan sarana-efektif menuju bakti-sosial dengan menjadikannya wahana pemberdayaan ekonomi kerakyatan; bukan sekedar ibadah yang sepi dari kepedulian sosial. yang telah mentradisi dimana Zakat dibagikan segera, secepatnya dalam bentuk konsumtif eksklusif lalu habis dimanfaatkan bukan dijadikan modal atau aset produktif bagi kelangsungan hidup Fakir Miskin. Sebaiknya Dana Zakat dijadikan modal untuk kegiatan Iqtishodiyah ( perekonomian ) dalam bentuk Perusahaan apa saja yang keuntungnnya untuk membantu para Mustahik shodaqoh, mengubah nasib umat biar terlepas dari kemiskinan. Kalau demikian pengelolaan zakat maka dengan zakat itu nasib umat yang miskin akan berubah.

c.       Menggiatkan  Sedekah, Infaq dan Hadiah

Selain Shodaqoh Wajib ( Zakat )  Islam juga mempunyai pedoman yang sangat menarik dimana umatnya dianjurkan ber-infak dan bershodaqoh ( shodaqoh sunat / sumbangan sosial ) untuk membantu saudaranya yang ekolem ( ekonomi lemah ). Ada sobat penulis yang per-tahun uang zakatnya mencapai Rp. !0.000.000, dibagikan kepada Faqir Miskin dengan rata rata per-orang mendapat Rp.300.000. Yang mendapat Zakat itu ternyata ditahun depan miskin lagi lalu mendapat lagi zakat tapi kemiskinannya tetap melekat, tak ada perubahan, miskinnya berkepanjangan. Sepanjang hayatnya simiskin tetap miskin tak pernah merasa betapa nikmatnya kalau memberi sedekah Ada sobat penulis yang lain ia berzakat untuk tetangganya ”Penarik beca ”. Katanya kepada ”Abang Beca”. Apakah Beca ini milik bapak ?. Kata Abang Beca : ” Bukan Pak saya menyewa ”. ”Oh ya, kalau begitu maukah bapak saya belikan beca untuk milik bapak tapi uang sewa hariannya bapak kumpul kepada saya, hitung hitung sebagai Infaq bapak. Nanti kalau infaq beca ini terkumpul kita beli lagi becak untuk membantu saudara kita yang lain”. Si Abang beca setuju sekali. Begitulah berbulan bulan Si Abang beca mengumpul infaq hasil becanya sebesar sewa hariannya kemudian hasil tersebut ditambahi sobat penulis dan dapatlah satu beca lagi begitu seterusnya yang ketika goresan pena ini diturunkan sudah ada empat  beca yang dibeli sobat penulis itu. Si Abang beca yang dulu miskin dengan pekerjaan menarik beca-sewaan sekarang tidak miskin lagi tidak membutuhkan shodaqoh lagi malah ia sudah tetap bederma untuk membantu saudara sesama tukang beca. Apa yang dilakukan sobat penulis itu baik untuk ditiru dalam bentuk lain melalui infak / sedekah anda untuk merubah nasib saudara Muslim yang Ekolem.

d.            Memberdayakan Arisan dan Asuransi ( Takaful)

Arisan yaitu salah satu cara mmbantu kaum ekolem ( ekonomi lemah.). Arisan itu yaitu mengumpulkan uang  secara berkala, semiggu sekali atau sebulan sekali sesuai dengan kesepakatan  bersama. Yang setelah adanya pertemuan anggota diadakan undian untuk siapa hasil tarikan uang yang dikumpulkan itu. Dalam hal ini Arisan merupakan media finensial untuk membantu mendapatkan uang lebih dari biasanya walaupun sebenarnya ia menyetor terus uang cicilannya setiap bulan.Yang mendapat undian menarik uang tentu merasa sangat tertolong untuk merubah nasibnya. Dengan uang itu ia dapat membeli perabotan dapur yang sama ibarat yang dimiliki orang kaya. Dengan ikut arisan banyak pembantu rumah tangga yang punya HP., ibu ibu ekolem punya kompor gas.
Disamping Arisan ada lagi yang lebih bergengsi dari Arisan disebut Asuransi. Asuransi itu bentuknya yaitu iyuran bulanan yang dikumpulkan oleh Suatau Badan / Perusahaan Asuransi untuk membantu orang-orang yang ekolem dan ekopan                ( ekonomi mapan ). Asuransi bertujuan untuk meringankan beban akseptor asuransi yang sekarang ini ada Asuransi Islam berjulukan Takaful.( istilah Takaful berasal darai kata  كفـل  yang bermakna “mencukupi nafkah serta memeliharanya“. التكا فـل   artinya ” pertanggungan yang berbalasan”. Asuransi yang kita kenal sekarang ini menurut fatwa Ulama hukumnya haram karena ibarat dengan berjudi. Itu kata sebagian ulama tidak semua ulama mengatakan: ”haram”. Dimana  faktanya maka dikatakan ibarat dengan judi ? Padahal akseptor asuransi membayar setiap bulannya yang dalam tempo tertentu ( menurut Aturan Asuransi ) uangnya bisa diambil kembali kalau cukup waktu sementara itu kalau akseptor sakit biaya pengobatannya ditanggung pihak Perusahaan Asuransi, kalau meninggal dunia uangnya dikembalikan penuh ibarat cukup masanya. Ada jenis Asuransi lain yang disebut Asuransi  Bea Siswa sebagai jaminan uang pendidikan anak dimasa depan. Bagaimanapun model Asuransi itu tidak merugikan Pesera Asuransi. Kalaupun ada yang terjadi akseptor dirugikan itu bukan budi kancil Perusahaan Asuransi tapi ada oknum yang bekerja di Asuransi itu yang tidak jujur memanfaatkan kebodohan akseptor dan mencoba menipu . Makanya perlu ada Asuransi Islam yang dikelola orang orang yang beriman, sehingga Asuransi berfungsi sebagai pengubah Nasib &Takdir. Begitupun  Perusahaan Asuransi itu harus berbadan hukum yang sewaktu waktu terjadi penyimpangan dapat dituntut di Pengadilan.

e.      Membangun  Kooperasi

Membangun Kooperasi dalam sebuah kelompok Muslim sangat membantu perekonomian kaum muslimin umumnya. Kooperasi itu yaitu upaya mengumpulkan saham dari masyarakat yang kemudian dijadikn Modal Usaha bersama dimana usaha itu yaitu usaha masyarakat untuk kepentingan masyarakat yang keuntungan Perusahaan itu dibagi untuk angota Kooperasi berdasar besar saham yang ditanamnya dalam Koperasi itu. Koperasi itu dapat berwujud dalam bentuk Supermarket, Swalayan atau Baitu’l Mal, Simpan Pinjam. Pemimpin perusahaan Kooperasi haruslah yang mengerti Ilmu Ekonomi/ sarjana Ekonomi yang takut menipu dan takut Korupsi. Hasil keuntungan dihitung pertahun atau persemester sesuai dengan Anggaran dasar ( AD ) dan Anggaran Rumah Tangga ( ART ) Kooperasi tersebut. Dasar Kooperasi dalam Al-Qur’an yaitu firman Tuhan :
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ(1)
”Perumpamaan orang yang membelanjakan hartanya ( menafkahkan hartanya )  di jalan Tuhan yaitu serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap-tiap tangkai berbuah  seratus buah. Tuhan melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Tuhan Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui” ( QS. 2/ Al-Baqarah :261 ).
Ayat diatas menjelaskan bahwa perumpamaan orang yang membelanjakan hartanya untuk memberi modal-usaha dijalan Tuhan yaitu ia bagai menanam sebutir biji-benih itulah saham yang akan menumbuhkan tujuh tangkai ( tujuh jalan keuntungan ) yang  pada tiap-tiap jalan usaha itu akan menghasilkan  hasil seratus butir artinya satu usaha yang memberi keuntungan yang banyak. Demikianlah Tuhan melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki yaitu yang gigih dan ulet berusaha merubah nasib.

f.       Gigigh  dan Kerja-keras

وَابْتَغِ فِيمَا ءَاتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ(77)
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Tuhan kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kau melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat setuju (kepada orang lain) sebagaimana Tuhan telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kau berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Tuhan tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”             ( QS.28/Al-Qashash :77 ).
             Ayat diatas menganjurkan kepada umat Islam supaya  bekerja keras untuk mendapatkan hidup yang layak
 Barangsiapa yang tidak mau bekerja keras, hanya suka bermalas malasan pasti ia akan jadi peminta minta, walaupun caranya bergengsi Barangsiapa yang tak mau bekerja keras tapi ingin kaya pastilah ia menjadi rakus terhadap harta yang bukan miliknya dan menjadikan Agama sebagai media mendapatkan harta. Barangsiapa yang hanya memilih milih kerja karena gengsi pastilah ia suka korupsi atau mencuri.  Nabi bersabda :
كاد الفقر ان يكون كفرا
Hampir saja ke-Faqiran membuat kekafiran ( H.R. Abu Na’im dari Anas )

Kemiskinan membuat orang selalu menyesali diri kadang kadang menyesali Tuhan maka orang miskin banyak yang malas sholat kalaupun ia sholat tidak menjaga waktu padahal dalam hidupnya suka menyia-nyiakan waktu.  Pada umumnya anak bangsa  rata rata kurang gigih berusaha karena sudah menjdi taradisi setiap anak yang tamat dari pendidikan mereka mencari kerja. Kebnyakan orangtua banyak yang memanjakan anak dengan tidak sadar merusak sikap hidup anak dengan mencarikan kerja untuk anak dengan cara menjual harta buat menyogok biar anaknya dapat pekerjaan. Dari awal anak sudah terbiasa hidup dengan cara mudah. Malah kebanyakan orangtua yang menjual harta untuk pekerjaan anak setelah anak sukses malah tidak mengganti harta orangtuanya yang habis. Jarang orangtua mau menjual harta untuk pendidikan dan keterampilan anaknya. Islam mengajarkan umatnya untuk gigih berusaha dan menjauhi pekerjaan meminta-minta karena Rasulullah bersabda :
ما يزال الرجل يسأل الناس حتى يأتى يوم القيامة ليس فى وجهه مزعة لحم
“Tidaklah berlalu di hari qiymat seseorang yang  hanya meminta minta kepada insan melainkan ia datang  dengan muka yang tak berdaging”  ( Hadis dari Abdullah bin Umar ).

                        Kemandirian ekonomi sangat penting untuk menjadikan Islam ini tegak dengan tegar. Sangat disayangkan kalau hebat agama atau pemuka agama yang tidak kuat Iman sering terpengaruhi oleh kepentingan materi sehingga berani membuat peraturan untuk keuntungan sendiri walaupun tidak merugikan orang tapi memperalat Agama. Umpamanya Calon Haji menyetorkan uangnya di Bank dengan peraturan uang setoran haji tidak berbunga. Tapi kenyataan kalau calon haji mendaftar sekarang 4 atau 5 tahun lagi gres berangkat sementara uang setoran yang di bank itu masuk ke rekening Menteri Agama yang sudah pasti berbunga. Selama empat tahun berapa banyak yang diraut dari simpanan jamaah haji?

g.            Melaksanakan Amar Ma’ruf / Nahi Mungkar

            Melaksanakan Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar yaitu peran setiap pribadi Muslim, karena peran ini merupakan kewajiban mendasar bagi umat Islam dan Nabi Muhammad berdiri ditengah tengah Masyarakat yang Zhulumat dia diperintah Tuhan melaksanakan Amar Ma’ruuf & Nahi Mungkar menggiring Masyarakat zhulumat itu kedalam masyarakat yang berbudi luhur menjadi masyarakat Nur yang munawwarah.
هُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ عَلَى عَبْدِهِ ءَايَاتٍ بَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَإِنَّ اللَّهَ بِكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ(9)
“ Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al Qur'an) supaya Dia mengeluarkan kau dari kegelapan kepada cahaya. Dan sesungguhnya Tuhan benar-benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang terhadapmu” ( QS.57/ Al-Hadid : 9 ).
عن ابى سعيد الخدرى ر.ض. قال : سمعت رسول الله صلعم يقول :من رأى منكم منكرا فليغيره بيده ، فان لم يستطع فبلسانه فان لم يستطع فبقلبه، و ذلك اضعف الايمان ( رواه مسلم ) 
“Barang siapa diantara kau melihat kemungkaran hendaklah diubahnya dengan tangannya , kalau tidak sanggup ubahlah dengan mulut , kalau tidak sanggup juga ubahlah dengan hati dan ini yaitu selemah-lemah Iman ” (Hadits Riwayat Muslim   )

h.           Melakukan Hijrah
Hijrah Nabi

             Ketika rumah Nabi dikepung orang kafir karena mereka mendengar info Nabi Muhammad akan ber-Hijrah maka  Nabi menyuruh Ali Bin Abi Thalib ( 20 th ) tidur ditempat tidurnya dengan memakai selimut yang biasa dipakai Nabi lalu Nabi bersama Abu Bakar keluar dari jendela dan bersembunyi di Gua Tsur selama 3 hari 3 malam
             Setelah hari ke 4 situasi sudah agak tenang Nabi bersama Abu Bakar keluar dari persembunyiannya. Setelah hari ketiga dia berangkat menuju desa Yatsrib lewat jalan yang tak pernah dilalui orang kalau mau ke Yatsrib
            Setelah 10 hari dalam perjalanan berkendaraan unta sampailah Nabi di Quba tanggal 7 Rabiul Awal. Di Quba Nabi menginap selama 4 hari dan sempat membangun Masjid yang diberi nama Masjid Quba. Selama empat belas ( 14 )  hari itu Ali Bin Abi Thalib-pun smpai ke Quba  tanggal 11 Rabiul Awal tahun 1 H. dengan berjalan kaki dari Makkah.
            Hari ke 15 ( tanggal 12 Rabiul Awal ) Nabi Muhammad dengan Abu Bakar dan Ali Bin Abi Thalib hingga di Madinah. Nabi menunggang unta Qoshawa-nya dan Unta itu berhenti ditempat penjemuran korma milik Sahal dan Suhil ( dua abang adik yang telah yatim piatu )
            Tanah lapang itu dibeli Nabi dengan harga yang pantas lalu dibangunlah Masjid dan Rumah Nabi mengemper di dinding episode sebelah Timur Masjid. Masjid Nabawi dan rumah Nabi Muhammad dibangun dengan gotong royong selama empat hari Mesjid itu berukuran 30 X 30 M + Shuffah 5 M untuk tempat menginap para sahabat yang tak punya kerabat di Madinah sehingga panjang  Mesjid menjadi  35 M . Rumah Nabi  mengemper disisi Masjid sebelah Timur  : dengan 10 kamar yang berukuran masing masing 35 X 5 M ditempati oleh 9 Ummu’l Mukminin  dan satu ruangan untuk putri Nabi Fathimah Zahrah.  Sekarang Masjid Nabawi luasnya sudah mencapai 89170 M2 = 9 HA dengan panjangnya  Timur - Barat : 390 M dan lebarnya Utara-Selatan,  : 203 M, berlantai dua dengan Qiblat arah ke Selatan ( karena Makkah ) disebelah Selatan Madinah; ditambah dengan luas halaman 235.000 M2. Makara luas Areal Masjid sekitar 32 HA yang dapat menampung lebih 1.000.000 jamaah
           Sesudah itu menyusul Sahabat ikut Hijrah sebanyak 40 orang. Di Yatsrib Nabi Muhmmad menjadikan desa itu tempat pembangunan Masyarakat Islam  dimana Al-Qur’an dibumikan maka berubahlah Nasib umat Islam dari hidup bercampur baur dengan masyarakat Jahiliyah yang Dzulumt jadi bermetamorfosis masyarakat Nur yang Munawwarah
Hijrahnya Umat
            Kita umat Islam sekarang belum ada yang tertarik mengamalkan Hijrah ibarat Hijrah nabi, hanya gres sekadar wacana, mebicarakan ihwal Hijrah Nabi tapi enggan mengamalkan sunnah Nabi untuk berhijrah.  Belum ada terdengar ada  kelompok kaum  Muslimin yang berhijrah mencari lahan gres lalu membangun komunitas-Muslim disana untuk mengamalkan Sunnah Nabi dan membangun Madinatu’l- Munawwarah dinegerinya sendiri
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ ءَامِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ(1)
“Dan Tuhan telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang aman tenteram, rezkinya datang berlimpah ruah dari segenap penjuru, tetapi (penduduk) nya mengingkari ni`mat-ni`mat Allah; karena itu Tuhan mencicipi kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat”  ( QS.16/ An- Nahl :112 )

          Kutipan surat An-Nahlu ayat 112 yang tertera diatas mengandung informasi bahwa Tuhan menyodorkan kepada kita perumpamaan sebuah negeri makmur yang nikmat Tuhan disana berlimpah-ruah datang dari semua penjuru, tapi umatnya “Kufur Ni’mat” mungkin itulah negeri kita Indonesia.
     .   Pada masa Al-Qur’an diterima Nabi Muhammad, diberitakan dalam Al-Quran bahwa ada negeri subur yang paling makmur di tempat Yaman dimasa Kerajaan Saba’ yang diperintah Ratu Balqis menguasainya.
لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ ءَايَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ(1) 
        “Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kau kepada-Nya. (Negerimu) yaitu negeri yang baik dan (Tuhanmu) yaitu Tuhan Yang Maha Pengampun".( QS. 34/Saba’: 15 )
 
          Negeri Saba’ ini kemudian dikuasai Sulaiman  karena Ratu Balqis menjadi Permaisurinya, maka jadilah negeri itu menjadi negeri makmur  aman sentosa  yang rakyat hidup dalam ridho Tuhan karena pemimpin Negerinya mau berpedoman kepada pedoman Allah. Kalau Indonesia yang subur ini Pemimpinnya mau berpedoman kepada Ajaran Tuhan pastilah makmur dan tidak akan ada seorangpun lagi yang miskin. Kalau Negara tidak mau berpedoman kepada Sunnah kenapa warga sunnah sendiri tidak mau membangun perkampungan ( Daaru’s Sunnah )  untuk membumikan Al-Qur’an. Selagi masyarakat penghuni Daaru’s Sunnah patuh kepada Program Pemerintah yang bersifat Negara-Nasional itu, masyarakat Sunnah  tentu aman tenteram hidup tidak terganggu keamanannya karena UUD-45 menjamin rakyatnya dalam menjalankan keyakinan dan kepercayaan menurut agamanya masing masing. Kalau perkampungan sunnah terwujud dan Al-Qur’an dibumikan pasti masyarakat penghuni Daaru’s Sunnah itu akan hidup tenteram ( ada jaminan Tuhan dan jaminan Negara) ibarat kehidupan umat Islam dimasa Rasulullah. Nasib umat tidak akan terpuruk, tidak ada anggota masyarakat yang miskin lagi, karena para Aghniya’ ( orang kaya ) hanya boleh memiliki kekayaannya sendiri 97,5 % saja dan yang 2,5 %-nya yaitu milik faqir miskin.

i.         Berjihad dan berda’wah
            Setelah  dua tahun Nabi Muhammad membangun Daulat  Islamiyah di Madinah umat Islam sudah berjumlah sekitar 700 orang lebih. Ketika terjadi perang Badar Mujahidin yang ikut berjuang sebanyak 300 orang lebih dan peperangan itu dimenangkan umat Islam padahal orang Kafir Makkah datang dengan kekuatan 1000 prajurit yang lengkap persenjataannya. Kog bisa begitu ? Waktu itu semangat Jihad Umat Islam berpadu dengan semangat Da’wah  penuh dengan kekuatan spiritual sepuluh kali lipat dan itu merupakan jaminan Tuhan sebagaimana yang difirmankan-Nya
يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ حَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى الْقِتَالِ إِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ عِشْرُونَ صَابِرُونَ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ وَإِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ مِائَةٌ يَغْلِبُوا أَلْفًا مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَفْقَهُونَ(65)
“Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mu'min itu untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang tabah di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jikalau ada seratus orang (yang sabar) di antaramu, mereka dapat mengalahkan seribu daripada orang-orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti” ( QS.8/Al-Anfal : 65 )

Pada perang Uhud Mujahidin yang berangkat ke medan perang sebanyak 1000 orang tapi yang benar benar bertekad syahid hanya sebanyak 700 orang sisanya Muslim yang imannya goyah dihasut Abdullah Bin Ubay (Yahudi Munafik ) mereka takut mati karena mendengar tantara Kafir dari Makkah sebanyak 3000 orang. Peperangan tidak dapat mengalahkan orang Kafir yang berjumlah 3000 orang itu karena prajurit ( Mujahidin ) dirasuki keserakahan harta rampasan perang namun demikian umat Islam juga tidak terkalahkan.
 Setelah 8 tahun Nabi berada di Madinah umat Islam sudah lebih dari 20.000 orang. Dengan kekuatan 10.000 Mujahidin berangkatlah Nabi ke Makkah untuk membebaskan Makkah dari cengkeraman kaum Musyrikin Jahiliah. Kekuatan prajurit Makkah waktu itu  antara 4000- 5000 orang. Mendengar kaum Muslimin yang dipimpin Nabi Muhammad datang sebanyak 10.000 orang penduduk Makkah-pun ketakutan, Abu Sofyan pemimpin suku Quraisy Makkah yang selama 20 tahun memburu Nabi Muhammad akhirnya bertekuk lutut dan masuk Islam secara terpaksa, Makkahpun ditaklukkan dan Ka’bah dibersihkan dari berhala-berhala. Inilah bukti bahwa jumlah umat yang bersemangat jihad dapat menjadi modal perjuangan Islam yang merobah takdir Islam dan merobah nasib umat Islam.  Sekarang   ini umat Islam didunia mencapai 1,9 miliar tapi tak berani melawan Yahudi yang negaranya hanya secuil dan penduduknya hanya 5.000.000 jiwa. Kenapa demikian ? Karena umat yang banyak itu hanya ibarat buih laut,  jumlah saja yang banyak, hanya kwantitas tak berkwalitas kebanyakan orang bodoh, miskin, lemah , dan takut mati, sudah tertular penyakit WAHAN.:
يوشك ان تداعى عليكم الامم كما تدعى الأكلة إلى قصعتها فقال قائل : أمن  قلة نحن يومئذ ؟ قال : لا بل انتم يومئذ كثير , ولكنكم غشاء كغشاء السيل  وسينزع الله من صدور عدوكم المهابة منكم, ولقذفن فى قلوبكم الوهن, قال  قائل : يا رسول الله وما الوهن ؟  قال حب الدنيا وكرهية الموت.
“ Kamu sudah semakin bersahabat pada suatu masa dimana kau akan dikerubungi orang orang ( kafir ) ibarat mengerubungi hidangan makanan. Maka bertanyalah salah seorang sahabat : “ Apakah kami ketika itu hanya sedikit? “ Jawab Nabi : “ Tidak, bahkan kau ketika itu sangat banyak akan tetapi ibarat buih laut yang hanyut dan dicabut Tuhan rasa gentar dari dalam dada musuh musuh kau terhadap kamu, dan masuklah kedalamnya penyakit “ Wahan “. “ Ya Rasulullah apakah wahan itu ? Jawab Nabi “ Cinta dunia dan benci akan kematian “ ( Hadits Shahih, Riwayat Abu Daud dan Baihaqy )
          Khalifah Umar Bin Khattab menaklukkan tanah Yudea ( Israil ) pada tahun 639 M, dia tak sempat mengislamkan penduduk Yudea. Ketika itu Jihad hanya gres tahap awal sekedar mengalahkan Bangsa Israil belum mengislamkan penduduk Israil, sekedar mengubah nama Israil menjadi Palestina. Kemudian beliaupun wafat, penggantinya Utsman Bin Affan masih tetap sebagai Penguasa di Palestina tidak menegakkan unsur Da’wah mengislamkan orang-orang orang Yahudi. Setelah Utsman, yang berdaulat yaitu Bani Umaiyah, khalifah pertamanya yaitu Mu’awiyah bin Abi Sofyan ( Abu Sofyan selama 20 tahun memburu Nabi yang akhirnya mengalah dengan terpaksa masuk Islam karena takut kepalanya dipenggal ) meneruskan Jihad Islam tapi tidak dengan semangat da’wah hanya jihad yang berbungkus hasrat berkuasa dan menguasai. Ketika putra dia Yazid Bin Mu’awiyah jadi Khalifah keadaan lebih parah lagi bukan hanya ingin menguasai negeri Yahudi itu malah keturunan Nabi Muhammad-pun dimusnahkannya supaya tidak ada penghambat keinginan hawa-nafsunya untuk menjadi raja-diraja diseluruh Timur Tengah, maka Hasan dan Husin   ( cucu kesayangan Nabi Muhammad )pun dibunuh.
              Penguasa Islam masa lampau  punya alasan kuat untuk menjajah tanah orang
kafir dengan menyodorkan Frman Tuhan :
وَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ كَمَا كَفَرُوا فَتَكُونُونَ سَوَاءً فَلَا تَتَّخِذُوا مِنْهُمْ أَوْلِيَاءَ حَتَّى يُهَاجِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَخُذُوهُمْ وَاقْتُلُوهُمْ حَيْثُ وَجَدْتُمُوهُمْ وَلَا تَتَّخِذُوا مِنْهُمْ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا(89)
“Mereka ingin supaya kau menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kau menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kau jadikan di antara mereka penolong-penolong (mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jikalau mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kau menemuinya, dan janganlah kau ambil seorangpun di antara mereka pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong” ( QS.4/An-Nisaa’ : 89 ).

            Padahal ayat diatas hanya untuk mereka ( orang kafir ) yang keras kepala yang memerangi Islam, kalau mereka sudah kalah, tidak ada niat mau memerangi maka hukum tawan dan bunuh itu tidak berlaku lagi,  ayat berikutnya menjelaskan:
إِلَّا الَّذِينَ يَصِلُونَ إِلَى قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ أَوْ جَاءُوكُمْ حَصِرَتْ صُدُورُهُمْ أَنْ يُقَاتِلُوكُمْ أَوْ يُقَاتِلُوا قَوْمَهُمْ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَسَلَّطَهُمْ عَلَيْكُمْ فَلَقَاتَلُوكُمْ فَإِنِ اعْتَزَلُوكُمْ فَلَمْ يُقَاتِلُوكُمْ وَأَلْقَوْا إِلَيْكُمُ السَّلَمَ فَمَا جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ عَلَيْهِمْ سَبِيلًا(90)
” Kecuali orang-orang yang meminta perlindungan kepada sesuatu kaum, yang antara kau dan kaum itu telah ada perjanjian (damai) atau orang-orang yang datang kepada kau sedang hati mereka merasa keberatan untuk memerangi kau dan memerangi kaumnya. Kalau Tuhan menghendaki, tentu Dia memberi kekuasaan kepada mereka terhadap kamu, lalu pastilah mereka memerangimu. Tetapi jikalau mereka membiarkan kamu, dan tidak memerangi kau serta mengemukakan perdamaian kepadamu maka Tuhan tidak memberi jalan bagimu (untuk menawan dan membunuh) mereka”                ( QS.2/Al-Baqarah : 90 )

            Pernah Palestina mengalami masa jayanya dimasa Khalifah Abdu’l Malik, ketika itu Masjid Al-Aqsho dibangun pada tahun 686 s/d 690. Orang Yahudi mengungsi keluar Palestina , ke Eropa, belakangan  ke Amerika. Di Amerika mereka dapat menyatu dengan orang orang yang menempati tanah benua Amerika itu lalu orang orang Yahudi itu menjadi orang Amerika. Orang orang Yahudi dengan pengalaman pahit dijajah oleh Penguasa Islam, lalu menata diri, mereka jadi orang pintar, jadi orang kaya, jadi orang berkuasa di Amerika . Kini mereka telah kuat dalam segala bidang, kuat keuangan kuat kecerdasan, kuat kedudukan, maka mereka kembali mengambil tanah airnya dan mengusir orang Islam yang menempati tanahnya. Orang Palestina tidak merasa bahwa Palestina itu tanah Yahudi  karena sudah beratus ratus tahun mereka tinggal disitu, mereka menganggap bahwa tanah Palestina itu yaitu milik orang Arab Palestina, mereka bertahan hingga hancur dan ternyata mereka hancur mempertahankan tanah yang bukan haknya. Kita yang tak mengerti sejarah lalu mengutuk Yahudi laknatu’llah, memang Yahudi insan terkutuk dibumi ( menurut umat Islam ) tapi Tuhan berkata lain :
يَابَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَنِّي فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ(4)
“ Hai Bani Israil, ingatlah akan ni`mat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) sesungguhnya Aku telah melebihkan kau atas segala umat  di alam kehidupan ini (  QS.2/Al-Baqarah :47)
           Allah mengatakan Yahudi itu bangsa besar kelak menjadi bangsa yang kuat karena itu umat Islam harus berhati-hati, maka jauh sebelum mereka membangun kekuatan  Allah mengingatkan :
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ(1)
“Orang-orang Yahudi dan Kristen tidak akan senang kepada kau hingga kau mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Tuhan itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jikalau kau mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Tuhan tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu” ( Q.S 2/ Al-Baqarah : 120 )

            Masih zaman dinasti Bani Umaiyah, pernah berkuasa di Sepanyol selama 730 tahun, selama itu Islam hanya berkuasa tapi tidak mengislamkan orang Sepanyol.  Arab-Islam dipandang sebagai penjajah di negeri itu. Bagaimanapun hasil gemilang yang dicapai oleh Peradaban Islam ibarat adanya Masjid Al-Hambra di Cordoba,        ( Madinatu”z Zahara ), malah orang orang pintar di Eropa mengatakan bahwa dimasa Islam “sorga pernah hadir di Andalusia”, namun orang-Islam tetap dianggap penjajah yang harus disingkirkan dari bumi Sepanyol. Setelah Sepanyol kuat umat Islampun diusir dan bersebarlah Arab Andalus itu di Eropa sebagai pedagang. Makara Jihad dan Da’wah para Khalifah masa lampau  bukan memperbaiki nasib umat Islam malah menelantarkan umat Islam sepeninggalnya
           Lain halnya dengan pengikut Ali-Bin Abi Thalib yang disebut kaum Syi’ah, mereka mengalahkan dan menguasai Persia dan mengislamkan negeri itu maka Iran sekarang menjadi Republik  Islam yang kuat dan tidak ada Negeri Islam didunia yang berani memproklmirkan sebagi Republik Islam melainkan Republik Islam Iran, maka negeri ini disegani oleh musuh musuh Islam namun umat Islam tidak sadar kekuatan Kafir yang sanggup memecah belah umat Islam sehingga sekarang Iran retak dari dalam dimana kaum Sunny sangat membenci kaum Syi’i. Terbukti dengan Jihad dan Da’wah di Persia yang beragama Majusi  takdirnya berubah menjadi  Islam malah kini menjadi Republik Islam
            Begitu pula Bani Abbasiyah yang memegang teguh perinsip Da’wah dan jihad, ketika Harun Al-Rasyid mengirim Misi Da’wah ke Aceh orang Aceh-pun masuk Islam sementara orang Arab yang mengislamkan itu tidak mau jadi raja di Aceh, dan umat Islam tetap menghormati orang Arab.
            Kini umat Islam di Indonesia lebih kurang 200 juta orang tapi umat Islam bagaikan golongan Minoritas karena banyak yang tidak mengenal Islam dan tidak mencintai Islam hanya “Islam KTP”, hanya sedikit yang mengerti Islam, itupun terpecah belah tak mau hidup rukun tak mau bersatu menyusun kekuatan. Kenapa demikian ? Karena umat Islam Indonesia telah kehilangan semangat Jihad. Kehilangan semangat jihad sama artinya kehilangan kekuatan untuk merubah taqdir dan nasib umat Islam. ( amat disayangkan sebagian kecil umat Islam memahamkan jihad itu dengan arti : ”berjuang untuk memerangi orang kafir atau mau menegakkan negara sendiri” ini yaitu pemahaman yang menyimpang.

j.        Menumbuhkan Sifat suka menolong / menggiatkan
      Ta’awwun ( tolong menolong )
Leluhur kita semenjak zaman dahulu sudah mengenal sifat tolong menolong yang dalam Islam disebut ta’awwun. Sampai sekarang di didesa-desa masih berlaku kegiatan gotong royong misalnya bila mau membangun rumah dikerjakan secara gotong royomg. Memperbaiki jembatan dikerjakan dengan gotong royong. Penulis masih sempat mengalami ketika membuat rumah di Tembung Deli Serdang tahun 1980 rumah penulis digotong royongkan oleh Jamaah Pengajian dari Karangrejo Polonia. Alangkah indahnya  kalau sifat tolong menolong atau gotong royong ini dilestarikan hingga sekarang oleh umat Islam. Memang kalau membangun rumah secara gotong royong itu kan rumah yang semi permanen, kalau rumah yang permanen berdasarkan gambar bangunan mestilah dikerjakan oleh ahlinya supaya hasilnya bagus, namun tenaga kerja, materi bahan material bangunan bisa digotong royongkan. Misalnya ada saudara sepengajian yang mau membuat rumah alangkah indahnya kalau saudara sepengajian lain  ikut membantu pengadaan barang. Ada yang menyumbang Semen semampunya, pasir semanpunya, Keramik semampunya, menyumbang untuk makan minum pekerja, tidak bisa membantu berupa barang material ia bisa membantu tenaga untuk bekerja sebagai kernet: membawakan semen, menggali parit, merakit besi dan lain lain pekerjaan yang mungkin bisa dikerjakan sehingga biaya pembuatan rumah bisa cepat rampung dan irit biayanya..Allah berfirman :

.........وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ.....ِ(2)
Dan tolong-menolonglah kau dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran………….( QS.5/Al-Maidah :2 )




lainnya 4380185741898034618

Posting Komentar

emo-but-icon

Beranda item

Popular Posts