Loading...

085749607473 Jual Peci Kopiah Songkok Kesaksian (Syahadat) Yang Benar


Inti dari keimanan ialah "Syahadat" (Kesaksian). Ini ialah pilar yang paling pertama dalam Islam yang secara terang dinyatakan dalam Al-Quran menyerupai juga yang telah diungkapkan kepada akseptor Kitab Suci sebelumnya.

Kesaksian keimanan di dalam Taurat (Perjanjian Lama) berbunyi:

Ulangan (6) : 4-5
"Dengarlah, hai" Israel: Yang Mahakuasa Tuhan kita, Tuhan itu Esa".

Kesaksian yang diberikan di dalam Al Alquran menegaskan kebenaran yang sama:

Qs. Ali 'Imran (3) : 18
"Allah menyatakan sebetulnya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang cerdik (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".

Kesaksian yang benar tidak memiliki nama lain di dalamnya kecuali nama Allah.

Pertama
Pertama dan terpenting, satu-satunya Kesaksian yang disahkan oleh Yang Mahakuasa dalam Al-Quran ialah yang satu ini dalam Qs. Ali Imran (3) : 18.

Kata-kata "tidak ada Tuhan selain Dia (Allah)", ialah kata-kata yang sempurna yang Yang Mahakuasa sendiri ucapkan, juga para malaikat dan orang-orang yang memiliki pengetahuan.
Mayoritas umat Islam dikala ini tidak puas dengan Syahadat  yang diberikan dalam Qs. Ali 'Imran (3) : 18 dan untuk itu mereka menambahkan kata-kata: "dan saya bersaksi bahwa Muhammad ialah utusan-Nya".

Untuk menambahkan kata-kata atau nama untuk Kesaksian yang diberikan oleh Yang Mahakuasa sebenarnya menyiratkan bahwa Kesaksian yang diberikan oleh Yang Mahakuasa dalam Al-Quran itu tidak lengkap, atau bahwa Yang Mahakuasa lupa sebagian yang kedua Kesaksian tersebut! Tak perlu dikatakan, Yang Mahakuasa tidak pelupa juga Tuhan tidak membuat kesalahan!

Kita diperintahkan dengan terang di dalam  Al Alquran hanya untuk mengikuti Al Alquran dan tidak ada yang lain (lihat: Alquran Sendiri). Akibatnya, semua orang yang mengucapkan syahadat yang juga mencakup nama Nabi Muhammad adalah tidak mengikuti Al Quran.

Kedua
Banyak orang tidak menyadari fakta bahwa mengucapkan Syahadat adalah  memang benar suatu tindakan ibadah, bukan hanya pernyataan dari fakta.

Karena inilah, mereka mengatakan, "Kami hanya mengatakan bahwa Muhammad ialah utusan Allah, bagaimana mampu itu salah ketika itu ialah fakta?"

Jawabannya ialah bahwa Muhammad memang benar seorang utusan Tuhan, sehingga informasinya tidak salah, walaupun, ialah salah untuk mendedikasikan setiap kata dalam ibadah kita kepada selain Allah.

Sahadat untuk disebutkan ialah tindakan ibadah, bukan hanya pernyataan dari fakta.

Akibatnya, setiap kali kita bersaksi untuk keesaan Tuhan dengan mengucapkan Syahadat, berarti kita melaksanakan salah satu tindakan beribadah kepada Allah.

Quran menyatakan dengan sangat terang bahwa semua praktek ibadah kita harus ditujukan untuk nama Yang Mahakuasa saja:

Qs. Al 'An'am (6) : 162
"Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam".
"Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan saya ialah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".

Kalimat "praktek ibadah saya" sangat jelas, mereka semua harus dikhususkan untuk nama Yang Mahakuasa saja.

Ayat Al Quran  berikut juga menegaskan problem ini:

Qs. Al-Kahf (18) : 110
Katakanlah: Sesungguhnya saya ini insan biasa menyerupai kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kau itu ialah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".

Kebesaran Yang Mahakuasa ialah jauh melampaui pemahaman manusia, begitu banyak sehingga kita tidak mampu mengaitkan apa pun atau siapa pun dengan nama Allah.

Qs. An-Nisa' (4) : 36
"Sembahlah Yang Mahakuasa dan janganlah kau mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun...."

Perhatikan kata-kata di Qs. An-Nisa' (4) :36: "jangan mempersekutukan dengan sesuatu".
dan di Qs. Al-Kahf (18) : 110 kita memiliki kata-kata: "janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat".

Kata-kata ini sangat jelas, kalimat ini menekankan bahwa seharusnya kita tidak pernah menempatkan nama apa pun dan siapapun juga setelah nama Allah, dan tentu saja jangan pernah mengucapkan nama apapun selain nama Yang Mahakuasa ketika kita berada di suatu tindakan menyembah Allah.
Dalam ayat berikut juga, kita diberitahu untuk mendedikasikan semua agama kita (Syahadat, Salat, Haji ... dll) hanya kepada Yang Mahakuasa saja:

Qs. Az-Zumar (39) : 2-3
"Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Yang Mahakuasa dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya". (MukhlişāanLahu Ad-Dīna)
"Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). (Ad-Dīnu Al-Khālişu) Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Yang Mahakuasa (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Yang Mahakuasa dengan sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Yang Mahakuasa akan memutuskan di antara mereka perihal apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Yang Mahakuasa tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar".

Kami mencatat bahwa pesan untuk mengabdikan semua agama untuk Yang Mahakuasa saja diulangi sebanyak dua kali.

Hal yang juga menarik bahwa semua orang yang memuji nama Muhammad siang dan malam, mereka mengatakan bahwa mereka melaksanakan ini alasannya ialah Yang Mahakuasa sangat mengasihi Muhammad dan alasannya ialah ini akan membawa mereka lebih bersahabat kepada Allah! Sayangnya, dengan berbuat begitu, mereka menawarkan bagaimana mereka berada di antara mereka yang dibicarakan dalam kalimat Al Alquran berikut:

Qs. Az-Zumar (39) : 3
..."Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Yang Mahakuasa (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Yang Mahakuasa dengan sedekat-dekatnya".
Dalam membalas klaim ini, Tuhan berkata:

Qs. Az-Zumar (39) : 3
...Sesungguhnya Yang Mahakuasa tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar".

Ketiga

Qs. Al-Baqarah (2) : 285
"Rasul telah beriman kepada Al Alquran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah daerah kembali".

Menurut definisi Al Alquran Al Baqarah (2) : 285, konsep Al-Iman (Keyakinan / Kepercayaan) terdiri dari Keimanan kepada berikut:
1- Allah
2- Malaikat
3- Kitab Suci
4- Rasul Allah

Percaya kepada ke empatnya diharapkan semoga memenuhi syarat seseorang untuk menjadi Beriman. Namun tidak ada keterangan yang diharapkan dari orang-orang beriman kecuali kepada Allah.

Tidak ada syahadat yang diharapkan dari kita untuk bersaksi bahwa kita percaya pada malaikat, atau kitab suci atau utusan. Satu-satunya syahadat yang kita butuh untuk ucapkan ialah untuk Allah.

Ada orang-orang yang mencoba untuk membenarkan penambahan nama Muhammad di Syahadat mereka dengan mengatakan bahwa ketika Al Alquran diturunkan dan Muhammad diutus oleh Allah, orang-orang Yahudi dan Nasrani menolak ia sebagai utusan Tuhan yang sejati, dan dengan demikian mereka bersaksi bahwa Muhammad ialah utusan Yang Mahakuasa untuk menyatakan penerimaan mereka terhadap dirinya, yang bertentangan dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani yang menolak dia.

Argumen ini terang cacat. Memang benar bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani menolak Nabi Muhammad, tetapi mereka juga menolak Al Alquran sebagai firman Yang Mahakuasa yang sejati.

Oleh alasannya ialah itu, jikalau umat Islam ini jujur di hanya ingin menyatakan keyakinan mereka dalam apa yang orang-orang Yahudi dan Nasrani telah tolak, maka mereka harus (dengan budi dan motif yang sama) mengucapkan kesaksian suplemen untuk mengatakan:

"Tidak ada Tuhan selain Yang Mahakuasa dan Al-Quran ialah firman Allah" ....

tetapi apakah mereka begitu?

Mengapa tidak ada Muslim yang mengucapkan syahadat tersebut untuk menyatakan penerimaan mereka pada Al-Quran?

Pada kenyataannya, motif samar samar mereka ialah salah satunya, memuja Muhammad di atas semua rasul lain dan menempatkan namanya di samping nama Yang Mahakuasa dalam segala hal.

Memang, Yang Mahakuasa mengajak kita untuk percaya kepada Al Quran, percaya kepada Muhammad, dan juga percaya kepada Malaikat, Kitab Suci dan semua Rasul-Rasul Yang Mahakuasa lainnya.

Seperti disebutkan, Yang Mahakuasa tidak memerintahkan kita untuk bersaksi untuk semua ini. Satu-satunya Kesaksian yang disetujui oleh Yang Mahakuasa didedikasikan untuk nama Yang Mahakuasa SWT saja.

Keempat

Alasan keempat mengapa Syahadat yang benar harus berisi nama Yang Mahakuasa saja dan tidak ada nama yang lain ialah fakta bahwa kita diperintahkan dalam Al Quran  untuk tidak membuat perbedaan apapun di antara setiap Rasul-Rasul Allah:

Qs. Al-Baqarah (2) : 285

"Rasul telah beriman kepada Al Alquran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah daerah kembali".

Muhammad memang Rasul Allah, tapi begitu juga dengan Abraham, Musa, Yesus, David dan semua yang lain. Kita tidak harus menyebabkan Muhammad pilihan spesial, alasannya ialah kita telah diberitahu di dalam Al-Quran bahwa ia hanyalah hamba Yang Mahakuasa dan ia tidak berbeda dengan setiap Rasul Yang Mahakuasa lainnya.

Qs. Al-'Ahqaf (46) : 9

"Katakanlah: "Aku bukanlah rasul yang berbeda di antara rasul-rasul dan saya tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan saya tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan".

Mereka yang bersikeras menyebabkan Muhammad lebih besar dari semua rasul-rasul Yang Mahakuasa yang lain dan memanggil ia dengan gelar istimewa menyerupai "Sayeduna Muhammad" (Ya Tuan kami Muhammad), dan "Sayed Al Khalq" (Tuan dari semua ciptaan) dan "Ashraf al Mursaleen" (yang paling terhormat dari semua rasul), dan" habib Yang Mahakuasa "(kekasih Allah!) .... dll, ialah mereka yang dalam kebutaannya memuja Muhammad telah menolak kata-kata Yang Mahakuasa dalam al-Quran, seperti:

"Katakanlah: "Aku bukanlah rasul yang berbeda di antara rasul-rasul.....

dan:

Qs. Al-Kahf (18) : 110
"Katakanlah: Sesungguhnya saya ini insan biasa menyerupai kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kau itu ialah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".

Hal ini memang menarik bagaimana Yang Mahakuasa menempatkan kata-kata dalam Al-Quran! Kata-kata di atas yang menegaskan bahwa Muhammad hanya insan menyerupai orang lain diikuti dalam ayat yang sama (18: 110) dengan kata-kata: "janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya""

Jadi, jikalau orang-orang yang mengucapkan syahadat untuk Muhammad mengatakan mereka melakukannya untuk bersaksi kepada Rasulnya, mengapa mereka tidak pernah mengatakan:
"Tidak ada Tuhan selain Yang Mahakuasa dan Musa ialah Rasul-Nya"?

Musa juga Rasul Yang Mahakuasa di antara banyak lainnya, mengapa mereka tidak memberi kesaksian pada salah satu Rasul lainnya?

Sebuah saran kecil di sini untuk pembaca: Jangan pernah pergi ke masjid dan membuat kesaksian untuk Rasul lainnya! Muslim di sana mungkin akan melemparimu kerikil hingga mati!

Kelima

Quran berbicara perihal kesaksian lain. Kesaksian lain ini hanya dituturkan oleh orang-orang munafik:

Qs. Al-Munafiqun (3) : 1
"Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami bersaksi, bahwa sesungguhnya kau benar-benar Rasul Allah". Dan Yang Mahakuasa mengetahui bahwa sesungguhnya kau benar-benar Rasul-Nya; dan Yang Mahakuasa mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta".

Dari ayat ini kita mencatat pengamatan yang sangat penting. Pengamatan ini menjadi terang ketika kita memeriksa tiga kata kerja penting dalam ayat:

1- Orang-orang Munafik mengatakan "Kami bersaksi, bahwa sesungguhnya kau benar-benar Rasul Allah".
2- "Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kau benar-benar Rasul-Nya".
3- Allah bersaksi bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta".

Kami mencatat bahwa ayat tersebut dimulai dengan kata "saksi" dan berakhir dengan kata-kata yang sama, sehingga mengapa Tuhan menggunakan kata "tahu" ketika Tuhan berbicara perihal Muhammad menjadi seorang Rasul? Mengapa Yang Mahakuasa tidak mengatakan (Allah bersaksi bahwa kau ialah Rasul-Nya)? Karena tidak ada kebetulan di dalam Al Quran, kita memang harus waspada terhadap kata "tahu" yang Yang Mahakuasa pilih dengan sengaja".

Telah terang bahwa Yang Mahakuasa memberitahu kita bahwa Kesaksian yang Dia sahkan untuk kita tidak termasuk Kesaksian untuk Muhammad.

Tentunya jikalau Tuhan telah mengatakan (Allah bersaksi bahwa kau ialah utusan-Nya) maka ini telah merupakan episode yang tidak terpisahkan dari Syahadat, dan kita telah diwajibkan untuk mengucapkan hal yang sama.

Kenyataan bahwa Yang Mahakuasa menolak mengatakan "bersaksi, bahwa sesungguhnya kau benar-benar Rasul Allah" dan sebagai gantinya mengatakan "Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kau benar-benar Rasul-Nya" menegaskan bahwa satu-satunya Syahadat (Kesaksian) yang Sah yang diizinkan oleh Yang Mahakuasa ialah dengan Nama Yang Mahakuasa saja (Qs. Ali 'Imran (3):18), dan bahwa semua kesaksian lainnya itu ialah palsu dan tindakan penyembahan berhala.

Qs. Ali 'Imran (3) : 18
"Allah menyatakan sebetulnya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang cerdik (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".

Keenam
Kita telah diberikan dalam Al Alquran kriteria besar untuk membedakan orang-orang beriman yang ikhlas dengan orang-orang munafik.

Pada ayat di bawah, kita diberitahu bahwa mereka yang tidak beriman tidak akan mau menyatakan nama Yang Mahakuasa sendiri, mereka harus menyertakan nama orang (idola/sembahan) mereka semoga mereka menjadi puas:

Qs. Az-Zumar (39) : 45
"Dan apabila hanya nama Yang Mahakuasa saja disebut, kesallah hati orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat; dan apabila nama orang-orang (sembahan-sembahan) selain Yang Mahakuasa yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati".

Kesaksian ialah salah satu kriteria tersebut di mana orang-orang yang beriman diuji dalam kemurnian keyakinan mereka.

Orang yang betul-betul beriman tidak akan memilik problem untuk mengucapkan Kesaksian (Syahadat) yang benar, yang mana diberikan dalam Alquran (Qs. Ali 'Imran (3):18) dan yang tidak memiliki nama lain di dalam  Syahadat kecuali nama Allah.

Di sisi lain, orang-orang yang telah menyiapkan idola (sesembahan) selain Allah, tidak akan pernah puas dengan Kesaksian Al Alquran itu sendiri. Mereka tidak akan dapat mengucapkan Syahadat petunjuk Al Alquran tanpa menambahkan kesaksian lebih lanjut untuk Muhammad.


Diposkan oleh 00.06
lainnya 1688949301250744966

Posting Komentar

emo-but-icon

Beranda item

Popular Posts